Episode 3

Jam istirahat

sekolah Keyla memberondong pertanyaan ke Hanna. Ia penasaran apa yang terjadi

pada Hanna saat di kamar mandi. Hanna memasukkan buku-bukunya dan keluar dari

ruangan kelas mereka. Keyla mengikuti langkah Hanna.

“Han, sebenarnya

ada apa?” Tanyanya Keyla penasaran. Hanna diam

sejenak lalu menceritakan kejadian itu.

“Aku tadi ke kamar

mandi.”

“Trus?” Keyla memberondong.

Hanna diam lagi sambil mengingat kejadian tadi. Ia menarik nafasnya

dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Pandangannya mengedar ke koridor

dan halaman depan.

“Aku mendengar

bisikan-bisikan aneh, Key. Trus pintu kamar

mandi tertutup sendiri.” Tuturnya

bercerita.

“Tuh kan, aku bilang juga apa. Sekolah kita semakin

menakutkan. Kamu

ngelihat sesuatu?”  Keyla bertanya lagi ingin tahu.

Hanna menggeleng. “Enggak sih, tapi aku

merasakan kehadiran mahluk itu di sana, Key. Tengkukku merinding. Ada suara

desisan aneh dan sepertinya ada sosok mahluk di belakangku.”

“Ada sosok di belakangmu? Siapa?” Keyla semakin penasaran. Lengannya mulai meremang.

“Aku nggak tahu. Aku nggak berani melihatnya dan langsung keluar dari

kamar mandi.” Ujar Hanna.

“Uuughh... Kamu

bikin aku semakin takut aja pun. Aku jadi

merinding nih.” Rengek

Keyla seperti anak kecil.

“Udah ah, nggak

usah diperdulikan. Kan kamu tadi yang minta aku cerita. Sekarang kamu sendiri

yang ketakutan.”

“Iya, aku penasaran aja melihatmu dengan wajah pucat gitu. Aku pikir kamu ketemu

kuntilanak di sana. Makanya jangan ke kamar mandi

sendirian.”

“Trus kalau berdua

emang nggak diganggu?”

“Ya setidaknya

nggak ketakutan. Kalau ketakutan juga berdua.”

“Huh, sama aja. Udah

ah, kita ke kantin yuk. Laper nih.” Ajak Hanna kemudian.

Keyla mengangguk dan segera ke kantin sekolah bersama Hanna. Kantin sekolah tampak ramai dan mereka

makan dengan lahapnya. Tapi Hanna melihat kehadiran mereka di sana. Penjual

kantin pasti memakai tumbal agar kantinnya ramai. Buktinya Hanna melihat banyak

mahluk tak kasat mata di sana. Hanna bergidik dan mengurungkan niatnya.

###

Sepulang sekolah,

Hanna tiba-tiba saja teringat sesuatu. Jam tangannya tertinggal di meja

belajarnya. Jam itu pemberian om-nya yang dibeli dari Swiss.

Hanna tak ingin kehilangan jam itu. Hanna buru-buru melangkahkan kakinya dan

menaiki anak tangga. Para murid sudah pada pulang dan sekolah kembali sepi.

Hanna berhenti

sejenak di koridor lantai dua. Ia menatap jauh koridor yang terlihat sepi.

Kemudian ia berjalan dengan perlahan dan takut-takut. Suara derap langkahnya

terdengar beradu. Sejak kejadian siang tadi ia jadi ketakutan. Dengan tergesa

Hanna melangkahkan kakinya dan segera membuka pintu ruangan. Hanna masuk dan

berlari ke meja belajarnya. Ia merogo laci meja dan membungkukan tubuhnya. Di

dalam laci ada sepenggal tangan pucat yang memegang jam tangannya. Hanna

meraihnya tanpa melihat laci. Setelah jam tangan itu ia pegang, Hanna langsung

memakainya. Sejenak ia terpaku mempehatikan ruangan kelasnya yang terlihat

sepi.

Terdengar

suara-suara desisan aneh yang membuat bulu kuduk Hanna merinding. Tiba-tiba

saja ia melihat sosok seorang pelajar di sudut ruangan berdiri membelakanginya.

Hanna terkecat dan membelalakkan matanya karena terkejut. Sosok pelajar putri

itu tiba-tiba menangis sedih. Hanna yang sudah ketakutan tidak berani beranjak

dari tempat duduknya. Dari keningnya keluar keringat dingin.

Sosok berambut

sebahu itu sesenggukkan, namun hanya sebentar. Hanna memperhatikan sosok itu

sambil ketakutan. Tiba-tiba saja rambutnya bergerak dan memanjang ke bawah. Seragam

sekolah yang dikenakan pun berubah menjadi jubah putih bercampur krem

sampai ke lantai. Darah merembes dari kepalanya.

Hanna terkejut dan

ketakutan dengan bibir gemetar. Seluruh tubuhnya merinding. Hanna ingin

menjerit namun lagi-lagi bibirnya seperti terkatup. Ia menutup mata dan ingin

menangis saking takutnya.

BRAAK...

Tiba-tiba saja

pintu ruangan terbuka. Hanna tercekat dan melihat pintu ruangan dengan

terbelalak. Ia melihat Pak Damsit, penjaga sekolah berdiri sambil menatapnya.

Pak Damsit menghampirinya.

“Kenapa kamu belum

pulang, Nak?” Tanyanya heran.

Hanna menangis dan

segera beranjak dari tempat duduknya.

“Jam saya

ketinggalan, Pak...” Ujarnya dengan suara parau.

“Kenapa kamu

menangis?” tanya Pak Damsyik.

“Saya takut, Pak...

Tadi ada... ada... sosok mengerikan, Pak...”

“Sudahlah,

sekarang kamu pulang. Jangan pernah sendirian di ruangan ini.” Ucap Pak Damsit

menasehati.

Hanna menunduk dan

mengangguk. Ia menghapus air matanya lalu keluar dengan langkah yang gemetar.

Hanna menuruni anak tangga dengan tergesa. Beberapa koridor terlihat sepi dan menakutkan.

Ketika sampai di

lantai satu, Hanna melihat sosok pelajar duduk di bangku taman. Bajunya penuh

dengan lumpur. Hanna bergidik dan ketakutan. Ia mempercepat langkahnya seraya

berlari kecil. Koridor sekolah terasa amat panjang. Kakinya gemetaran. Hanna

terus saja berlari melewati halaman sekolah dan keluar dari gerbang dengan

nafas lega. Sejenak ia melihat bangku yang ada di taman. Bangku itu terlihat

kosong.

###

Hanna tiba di rumah dan langsung masuk ke kamar. Hanna meletakkan

tasnya di atas meja belajar. Kemudian ia duduk di atas tempat tidur sambil

termenung. Ia mengingat lagi sosok mengerikan di sekolahnya. Ia berpikir terus

dan berusaha mengingat siapa sosok itu. Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk

dari luar.

“Hanna....” Panggil sang nenek.

“Iya, Nek...”

“Nenek masak bubur

jagung nih. Kamu mau kan?”

“Iya, Nek.

Sebentar. Hanna ganti baju dulu.” Jawab Hanna sambil mengganti bajunya. Hanna menuju

lemari bajunya dan membuka seragam sekolahnya. Namun tiba-tiba saja Hanna

terkejut ketika melihat lengan kirinya ada bekas lebam seperti cengkraman

tangan. Ada empat garis yang berbentuk seperti jari-jari tangan di sana. Hanna

mengerutkan keningnya sambil mengelus lengannya.

Setelah mengganti bajunya, Hanna keluar kamar dan menemui nenek di dapur. Sang nenek yang

tak sengaja melihat pergelangan tangan Hanna pun terkejut.

“Lenganmu kenapa?”

Tanyanya. Raut wajahnya tampak keheranan.

“Hmm... Nggak tau,

Nek. Tiba-tiba udah ada aja.”

Sang nenek

menghampiri Hanna dan melihat lebam di lengannya. Sang nenek menarik nafas dengan berat lalu menggelengkan kepalanya.

“Ada apa, Nek?”

Tanya Hanna heran.

“Ada mahluk halus

yang memegangmu.” Kata nenek.

"Mahluk halus?" Hanna bergumam.

Hanna terkejut dan

menatap wajah neneknya dengan lekat. Ia teringat sosok di sekolah sore tadi.

Apakah sosok itu yang memegangnya? Pikirnya.

Sang Nenek kemudian tersenyum tipis.

“Ya udah nggak

usah takut. Nanti nenek obati.” Kata nenek sambil komat-kamit. Nenek membaca sesuatu yang tidak dimengerti oleh Hanna.

“Memangnya nenek

bisa?”

Perempuan tua itu

mengangguk sambil tersenyum. Ia tak ingin cucunya ketakutan hanya karena

masalah sepele seperti itu. Nenek Hanna memang

bisa mengobati hal-hal gaib seperti di lengan Hanna. Perempuan tua itu punya ilmu

kebatinan yang diwarisi dari sang kakek.

Terpopuler

Comments

Fitria Valentina

Fitria Valentina

bagus ceritanya aq suka

2020-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!