Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Hari sudah sore, matahari pun mulai bergelincir dan langit berwarna oranye dengan indahnya.
Waktu nya Cahyana pulang setelah seharian mengajar full time dari pagi hingga sore hari. Pagi hari Cahyana
mengajar anak SMA, sore harinya Cahyana mengajar anak SMP.
Begitulah keseharian Cahyana sebagai guru honorer di sekolah swasta yang
dulu juga menjadi saksi bisu pertemuan Cahyana dengan istrinya.
Singkat cerita di waktu itu..
Cahyana dan istrinya telah lulus dari sekolah yang sama, tempat yang saat ini juga
menjadi ladang mencari nafkah untuk Cahyana. Walau usia mereka terpaut jarak dua tahun dengan Cahyana yang lebih muda,
Saat itu Cahyana dan Dina pun sudah menjalin hubungan pacaran.
Cahyana dan Dina yang sekarang menjadi istri nya pergi ke tempat wisata kolam pemandian air panas di kota XX.
Saat keduanya telah selesai berendam dan bersantai, Cahyana dan Dina memutuskan untuk pulang
namun sebelum itu mereka berdua harus mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu.
Cahyana dan Dina berganti pakaian di tempat yang sama dengan Cahyana yang lebih dulu masuk ke ruang ganti
sedangkan Dina menunggu di luar di depan pintu.
Cahyana selesai keluar dari ruang ganti barulah Dina masuk untuk berganti pakaian.
Beberapa saat setelah Dina Masuk dia memanggil Cahyana.
"Aa sini dulu bantu aku". Sengaja Dina melakukan itu, dan Cahyana pun masuk tanpa bertanya terlebih dahulu.
Seorang penjaga pun tidak menegurnya karena mungkin menganggap mereka adalah pasangan suami istri kala itu.
"Bantu aku melepas celana ku, aku ke susahan membukanya". Dengan tangan gemetar menahan gejolak di hati,
Cahyana pun membantu Dina melepaskan celana nya. Namun siapa sangka, Cahyana tidak bisa menahan dan
memang Dina yang menginginkan ini pun tidak menolaknya.
Setelah Cahyana menuntaskan hasrat nya kepada Dina, mereka berdua keluar dari ruang ganti dengan pakaian sudah rapih.
Bagaimana pun nanti aku pasti akan bertanggung jawab kepadamu. Cahyana
Semoga Cahyana tidak curiga jika anak ini nanti lahir. Dina
Sekitar dua bulan dari ke jadian itu, Dina mengatakan kepada Cahyana bahwa dirinya telah hamil.
Cahyana pun tidak curiga karena memang dia telah melakukan itu bersama Dina.
Satu minggu kemudian, di gelarlah pesta pernikahan sedehana. Terlihat ibunya Dina menggandeng anak perempuan.
"Siapa anak yang bersama ibumu?". Ucap Cahyana sambil berbisik pelan di telinga Dina
"It-itu itu adikku A". Dina menjawab dengan gugup, dia tidak menyangka kalau Cahyana akan mempertanyakan anak itu.
"Mamah.... ". Anak itu menghambur ke pelukkan Dina
Cahyana menatap Dina dengan sorot mata tajam.
Dina saling pandang dengan ibunya setelah dia menurun kan anak perempuan itu dari gendongan.
"Ini anak bungsu mamah A, dia memanggil Dina mamah karena Dina kakak tertua".
Ibunya Dina buka suara memecah kecanggungan yang tercipta secara tiba-tiba, sepertinya ibunya Dina menyadari gelagat curiga dari Cahyana.
Cahyana hanya manggut, namun Cahyana melihat dengan ekor matanya kalau anak perempuan itu penatap ibunya Dina dengan alis berkerut
seolah bertanya "memangnya kenapa jika aku memanggil mamah".
Menjelang sore hari pesta pernikahan pun selesai, tamu pun sudah berhenti berdatangan.
pengantin pun sudah tiba di kamarnya nya dan berganti pakaian.
Semalam aku sampai tidak bisa tidur memikirkan anak perempuan itu. Aku yakin pasti ada yang Dina sembunyikan dariku.
Duduk bersandar di atas tempat tidur, Dina juga bersandar pada dada Cahyana sambil sedikit mengelus nya.
"Apa Aa boleh tanya sesuatu?". Cahyana ragu tapi semua harus jelas.
"Boleh, apa yang mau kamu tanyakan A". Jawab Dina.
Semoga jawaban Dina tidak mengecewakanku.
"Janji jawab jujur?".
" I-iya". Memang apa yang ingin kamu tanyakan hingga aku sampai harus janji untuk menjawab jujur.
"Siapa anak perempuan yang datang di bawa oleh ibumu waktu pesta pernikahan?". Pandangan Cahyana lurus.
Dina mendongakkan kepala menatap Cahyana. Cahyana pun kemudian menatap Dina seolah memaksa.
"Maafkan aku, maafkan aku". Dina menghambur memeluk Cahyana.
"Katakan!". Nada suara Cahyana dingin.
"Di-dia dia Afifah anak pertama ku dari pernikahan terdahulu". Dina menunduk menyembunyikan wajahnya,
dia pun takut Cahyana akan marah.
Mata Cahyana terbelalak "Jadi kau?".
"Iya, aku janda anak satu A". Air mata Dina mulai mengalir.
Oohh Tuhaaannnn apa yang garus aku lakukan?
Dina ingin kembali memeluk Cahyana, namun Cahyana menepisnya
dan mulai beranjak dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju jendela.
"Mengapa kamu tidak jujur sejak awal?". Cahyana mulai emosi tapi dia masih bisa mengendalikannya.
"Aku takut kamu meninggalkan aku A,
aku mencintaimu". Dina masih belum berani menatap Cahyana.
"Tapi kamu sudah membohongi aku". Cahyana mulai lepas kendali.
Seandainya kamu jujur sedari awal, mungkin aku akan ihklas menerima. Dan lukanya mungkin juga tidak akan sesakit ini. Cahyana
Aa mohon maafkanlah aku, ntah apa yang akan kamu lakukan jika kamu juga mengetahui bahwa anak yang ku kandung ini bukan anakmu. Dina
Sebenarnya Dina tidak begitu mencintai Cahyana, hanya saja Cahyana yang
terlebih dahulu menyatakan cinta jadi Dina pun menerimanya.
Terlebih Dina pun butuh seorang ayah untuk anak yang di kandungnya, karena lelaki XX itu tidak mau bertanggung jawab
bahkan menyuruh Dina untuk menggugurkan kandungannya.
Ayah Afifah dan juga Ayah dari anak yang di kandung oleh Dina
adalah dua laki-laki yang berbeda.
aku benci situasi yang seperti ini. Andai Dina belum mengandung anakku, dapat ku pastikan bahwa aku akan menceraikannya detik ini juga. Cahyana
Amarah yang membara, tertahan dan tidak dapat di luapkan
menjadikan wajah Cahyana memerah dan tangannya terkepal kuat.
Sedetik kemudian Cahyana melangkah pergi menuju pintu dan
Dina pun mengejarnya.
"Aa mau kemana?". Dina sempat menggenggam tangan Cahyana
namun lagi-lagi Cahyana menepis nya bahkan dengan kasar.
"Kamu diam saja di rumah, biarkan aku menenangkan hati dan fikiran ku". Cahyana berucap tanpa menoleh sedikit pun kepada Dina.
Dina mengangguk lemah, dan Cahyana pun berlalu setelah Dina melepaskan genggamannya.
Kau telah membuatku kecewa di awal pernikahan. Cahyana
Cahyana pun berlalu pergi menuju kolam pemancingan ikan yang
jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah setelah dia membawa alat pancing, sehingga bisa di tempuh walau dengan berjalan kaki.
Memancing ikan memang sudah menjadi hobi bagi Cahyana
semenjak dia remaja.
Selain sekedar hobi, memancing ikan pun bisa menjadi peluang menghasilkan uang.
Sampai di kolam pemancingan.
Di sana sudah banyak teman-teman Cahyana yang biasa memancing
"Pengantin baru sudah datang saja ke pemancingan". Ucap salah seorang temannya.
"Memang kau tidak memancing istri mu". Teman nya yang lain sambil menggerakkan
jari tengah dan jari telunjuk saat dia menyebut kata memancing.
Cahyana hanya mengangguk malas menanggapi guyonan kedua temannya itu
yang di sambut dengan tawa meriah dari teman-temannya yang lain.
Tidak lama Cahyana pun pulang, dia tidur di salah satu kamar di rumah orang tuanya.
Sengaja tidak pulang ke rumah, karena Cahyana belum siap untuk menemui Dina.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments