Setelah magrib tiba, Cahyana pergi menuju kolam pemancingan yang tidak begitu jauh dari rumah.
Setelah sebelumnya memastikan kalau ke tiga anak nya sudah tidur barulah Cahyana keluar dari rumah.
Tiba di kolam pemancingan, karena sudah banyak orang, Cahyana duduk di sebuah bangku panjang dan memainkan ponsel nya.
[Assalamu'alaikum, Oriza. Ini pak Cahyana]. Terkirim
Lucu sekali aku memanggil diri ku pak, harusnya tadi kakak saja atau Aa biar lebih akrab.
Lama Cahyana menunggu balasan dari Oriza sambil sesekali menghisap rokoknya,
Huh Ada apa dia? Balas jangan yaa. Oriza
[Wa alaikumsalam, Iya]. Dengan singkatnya dia membalas pesan Cahyana.
Ku pikir Oriza sudah tidur. Cahyana
[Lagi apa?]. Terkirim lagi
Basa-basi dia ini. Oriza
[Lagi membuat agenda susunan acara untuk festival band nanti pak].
Astaga aku sampai lupa akan ada acara hiburan di sekolah yang di sponsori oleh permen KI**. Cahyana
Cahyana tidak berbalas pesan lagi, dia fikir biar Oriza fokus dengan tugas nya.
Cahyana melanjutkan saja aktifitas memancingnya, semakin bersemangat karena ada perlombaan dengan hadiah uang dan tropi.
Seperti biasa jika ada perlombaan berhadiah seperti ini, Cahyana selalu membawa senjata.
Yaitu setetes atau dua tetes essen yang di campurkan ke dalam umpan.
Perlombaan pun berjalan dengan begitu meriah namun santai.
Biasanya kalau perlombaan seperti ini di waktu, kali ini waktu yang
di berikan lumayan panjang sekitar tiga sampai empat jam.
Sesekali ada teriakan dari seseorang yang berhasil mendapat ikan, sesekali juga hening
tidak ada suara dari seorang pun karena fokus menanti ikan yang memakan umpan.
Acara ini berlangsung hingga larut malam, untuk yang berhasil memenangkan pertandingan
mendapatkan uang tunai berserta tropi. Sedangkan yang belum mencapai target hanya bisa membawa ikan yang di dapatnya.
Sedangkan Cahyana membawa ikan ke rumah.
Lumayan untuk lauk besok. Cahyana
***
Cahyana melakukan aktivitas mengajar nya seperti biasa, hari ini Cahyana mengajar
anak-anak STM otomotif, dan yang pasti semua siswanya laki-laki.
"Satu, dua, satu, dua". Bersama anak-anak,
Cahyana melakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu agar tidak terjadi cedera otot atau kram yang sangat menyakitkan itu.
Tidak lama kegiatan olah raga pun selesai karena sudah memasuki jam istirahat. Cahyana
melihat ke lantai dua tempat kelas Oriza berada, berharap Oriza ada di atas sana melihatnya yang
sedang mengajar, mungkin Cahyana akan lebih bersemangat.
Pemanasan selesai, olah raga inti di mulai yaitu senam lantai, roll depan dan roll belakang.
Cahyana memanggil muridnya satu persatu untuk praktek gerakan tersebut. Di sela kegiatan, Cahyana
melihat seorang wanita yang sedikit banyak dia pun mengenalnya, ya dia Oriza.
Ada apa dia pagi-pagi datang ke ruang guru. Ucap Cahyana dan hanya dia yang mendengarnya.
Tidak lama Oriza pun keluar dari ruang guru dan kembali menuju kelasnya.
Karena penasaran, setelah selesai mengajar Cahyana bertanya kepada salah satu staf yang ada di ruang guru.
"Tadi aku melihat seorang siswi datang kemari, adapakah? Apa ada masalah?". Sedikit khawatir Cahyana bertanya.
"Dia bertanya apakah Bu Elis ada, jika tidak dia meminta tugas". Staf menjelaskan.
"Lalu?". Cahyana masih penasaran.
" Ya aku bilang bu Elis nya ada, dia sedang ke toilet". Imbuhnya.
"Kenapa dia yang kesini? Bukannya itu tugas ketua kelas untuk menanyakan guru yang belum masuk kelas". Cahyana kembali bertanya.
Aneh kok dia yang ke ruang guru, mau-mau nya sih di suruh sama ketua kelas. Cahyana
" Iyaaa... Memang dia ketua kelas nya".
"Oohhh". Cahyana manggut "Apa?". Kaget sendiri Cahyana dengan jawaban staf tersebut.
***
Lagi, malam ini Cahyana sengaja pergi memancing supaya ada kesempatan untuk bisa kontek Oriza Satifa si gadis manis tiada tara.
[Oriza]. Send
Cahyana kirim pesan tentunya setelah dia berada di kursi tunggu kolam pemancingan.
Malam ini Cahyana tidak meracik umpan, karena memang tujuannya datang ke sini bukan untuk memancing.
[Iya].
Singakat banget balasannya. Cahyana
[Sibukkah].
[Tidak].
Aku balas singkat malah di balas satu kata saja. Cahyana
Cahyana memutar otak agar berbalas pesan ini tidak berakhir. Akhirnya Cahyana memutuskan untuk menelpon Oriza.
"Assalamu'alaikum". Sebenarnya Cahyana gugup.
" Wa alaikumsalam". Jawabnya.
"Oh iya, tadi pagi ke ruang guru ada apa?". Cahyana mulai pembicaraan.
Basa-basi lagi nih, sebenarnya ada perlu apa sih?. Oriza
"Itu... menanyakan bu Elis ada atau tidak. Soalnya sudah sepuluh menit belum masuk kelas juga". Mendengar jawabannya Cahyana malah di buat bingung.
"Kan cuman telat sepuluh menit". Halisnya bertaut.
"Yaa... Rugi dong pak. Kita sekolah di sini juga kan bayar".
Kritis sekali pemikirannya ini anak.
"Kalau bisa, seharusnya guru yang telat masuk kelas juga di hukum pak". Tambah Oriza
"Kenapa?". Cahyana di buat bingung.
"Ya karena mengganggu belajar mengajar, jangan hanya murid yang terlambat saja yang di hukum, guru nya juga dong".
Ide yang bagus nih. Cahyana
"Kan cuman sepuluh menit, itu hanya sebentar". Cahyana mencoba menanggapi.
"Sepuluh menit juga waktu pak, jangan sampai berlalu dengan sia-sia". Jelas Oriza
"Jangan panggil pak, ini kan diluar sekolah".
Sejujurnya aku malu berbicara seperti itu, tapi biarlah. Supaya tidak terlalu formalkan yaa. Cahyana
Apa lagi sih guru yang satu ini. Umur juga kan beda sepuluh tahun. Oriza
"Memangnya harus panggil apa?". Mendelik malas tanpa di lihat oleh Cahyana.
"Aa saja tidak apa-apa, hehe". Duaaaarrr,
Bisa-bisanya aku berkata seperti itu. Cahyana
Wahahaha, permintaan macam apa itu. Oriza tertawa tertahan
"Heeeeemmmm...iya".
Hah? Dia menyetujui nya? Apakah ini sebuah lampu hijau? yeay... Cahyana
Hari sudah cukup malam, Cahyana takut mengganggu jam tidur dan
waktu istirahat Oriza akhirnya Cahyana mengakhiri telpon dengan mengucapkan salam.
Sementara itu di tempat Oriza.
Beda usia sepuluh tahun dan dia ingin di panggil Aa? Ada apa dengannya? Apa dia belum menikah?. Oriza
Tapi Oriza masih penasaran, lagi-lagi dia berfikir kalau sepertinya Oriza pernah melihat Cahyana.
Ah aku ingat. Dia kan bapak guru yang waktu itu menerima pendaftaran siswa-siswi baru, hah. Oriza
Saat itu Oriza datang bersama ibunya ke sekolah XX untuk mendaftarkan diri menjadi siswi di tahun ajaran baru.
"Baik Oriza Satifa memilih jurusan pemasaran. Masih ada beberapa kuota lagi di gelombang tiga, dengan kata lain ada
potongan dari biaya pendaftaran yang sudah termasuk dengan biaya pembangunan.
Biaya untuk jurusan di gelombang tiga ini ada potongan harga sebesar dua puluh lima persen.
Jadi biaya yang tadi nya sekian menjadi sekian. Dengan SPP perbulan sekian". Panjang lebar Cahyana menjelaskan
"Apa di sini ada beasiswa?". Oriza bertanya
"Untuk beasiswa tentu ada, yaitu gratis SPP selama satu semester untuk siswa-siswi yang meraih rangking atau peringkat satu di kelasnya". Oriza tersenyum senang,
Semoga aku adalah salah satu peraih beasiswa di sekolah ini.
Dulu pak Cahyana berkumis dan berjenggot, sekarang kumis dan jenggot nya tidak ada. Mungkin itu yang membuat pak Cahyana merasa sepuluh tahun lebih muda, hahahha.
Oriza menertawakan kesimpulan yang di buatnya sendiri.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments