Hah jam berapa ini?
Gegas Oriza merapihkan tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.
Tidak biasanya Oriza bangun kesiangan. Dia mandi, berpakaian lalu melaksanakan kewajibannya.
Biasanya dia membantu ibunya dulu untuk beres-beres rumah sementara ibunya menyiapkan sarapan.
Namun kali ini Oriza benar-benar tidak sempat membantu ibunya, bahkan untuk sarapan pun tidak.
"Mah Oriza langsung berangkat yaa".
"Tidak sarapan dulu nak".
"Tidak akan sempat mah, jalan macet kalau sudah jam segini".
"Tunggu mamah buatkan bekal yaa". Orizapun mengangguk.
Begitulah ibunya Oriza. Walau Oriza sudah sarapan di rumah, dia tetap menyiapkan bekal untuk di bawa Oriza.
Apa lagi kali ini Oriza tidak sempat sarapan, dengan cekatan ibunya menyiapkan bekal untuk sarapan Oriza di sekolah.
"Ini bekalnyaa, di makan yaa".
"Terimakasib Mah". Oriza menerima bekal nasi dari ibunya.
"Hati-hati di jalan".
Oriza pun mengangguk dan berlalu setelah sebelumnya mencium punggung tangan ibunya dan mengucapkan salam.
Sampai di pertigaan yang jarak nya sudah tidak terlalu jauh dari sekolah.
Terjadi kemacetan yang lumayan parah.
Bagaimana ini aku bisa terlambat.
Namun Oriza hanya bisa pasrah dan menunggu saja di dalam angkot.
Duduk gelisah hingga sesekali mengecek jam yang pada ponselnya.
*Aku takut gerbang utama keburu di tutup. Apa aku turun saja yaa?
Tuhaaannn tapi inj masih sangat jauh jika di tempuh dengan jalan kaki*.
Sedikit demi sedikit kemacetan pun terurai namun tidak memberi pengaruh banyak.
Beberapa saat kemudian, angkot yang di tumpangi Oriza tinggal beberapa meter lagi tiba di depan gerbang sekolah.
Oriza pun memutuskan untuk turun saja dari angkot tersebut dan
berlari menuju gerbang sekolah setelah sebelum nya dia membayar ongkos kepada pak sopir.
"Pak Tatang tunggu pak, hah hah". Teriak Oriza yang nafasnya tersenggal karena sesak kepada pak satpam yang akan menutup pintu gerbang.
"Loh tumben siang?".
"Di pertigaan macet parah pak".
"Oohhh ayo masuk.
semua anggota rapat sudah berkumpul di ruang OSIS". Ucap pak Tatang yang membukakan pintu gerbnag untuk Oriza.
"Baik pak. Terimakasih banyak ya pak". Pak satpam hanya menangguk.
Oriza pun sedikit berlari menuju ruang OSIS, tiba di depan pintu dia mengatur nafas agar tidak terlalu sesak.
"Assalamu'alaikum". Oriza mengetuk dan membuka pintu.
Dia baru datang? Pantas saja dari tadi aku tidak melihatnya. Cahyana
"Wa alaikumsalam". Jawab yang ada di ruangan serempak.
Ketua OSIS mengangguk dan menyuruh Oriza untuk masuk dan duduk.
"Baiklah karena semua telah hadir, mari kita mulai rapat ini". Cahyana mulai membuka suara.
Oohhh jadi dia pembina OSIS yang baru, heemm.
"Seperti yang kita ketahui yaa besok adalah acara puncak hiburan yang akan di sponsori oleh permen Ki**
maka dari itu, di dalam rapat ini kita akan membentuk kelompok panitia supaya acara berjalan dengan lancar". Panjang lebar Cahyana menjelaskan
"Adapun susunan panitia acara adalah sebagai berikut,
Pembimbing, ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, seksi usaha, seksi publikasi dan dokumentasi,
seksi dekorasi, seksi stan, seksi perlengkapan, seksi keamanan, serta seksi konsumsi".
"Silahkan untuk di isi beberapa panitia". Ujar Cahyana menambahkan
Ricki Firmansyah selaku ketua OSIS menyebutkan beberapa nama yang akan mengisi posisi sebagai panitia.
Lapar begini, aku tidak konsen. Oriza
"Oriza apakah susunan acara sudah selesai di buat?". ketua OSIS bertanya, tapi yang di tanya malah bengong.
Ada apa dengan nyaa? wajahnya pucat begitu?
"Oriza". Sekali lagi sang ketua memanggil.
"Eh iya kak". Sang ketua tersenyum.
"Apakah susunan acara sudah selesai di buat?". Sang ketua mengulangi pertanyaannya.
"Sudah kak". Dengan Inisiatif nya Oriza memberikan buku cacatan kepada ketua.
Tidak berapa lama Oriza berlari menuju kelas, setelah rapat selesai dan di tutup.
Wajahnya pucat begitu tapi dia masih bisa lari menaiki tangga. Cahyana menggeleng.
Kelas nampak lengang rupanya guru hanya memberi tugas mengisi LKS itu pun tidak di kumpulkan.
Syukurlah.
Tiba di kursinya, Oriza langsung membuka bekal nya dan makan dengan lahap.
"Tadi kamu kemana Za". Lani teman sebangkunya bertanya karen tidak biasanya pagi-pagi tidak ada.
"Habis rapat OSIS". Singkat Oriza karena masih lapar.
"Acara permen Ki**?".
"Heem". Oriza masih mengunyah makanannya.
Makanlah dengan nikmat.
Lani menggelengkan kepala dan tidak bertanya lagi, sengaja agar Oriza menikmati sarapannya.
Sesaat setelah Oriza menyelesaikan makan paginya, tiba-tiba ponsel nya bergetar.
Oriza terlihat malas membuka pesannya.
[Kenapa buru-buru ke kelas]. Cahyana
[Lapar belum sarapan]. Oriza
Pantas wajah nya pucat begitu, berarti sedari rapat dia tahan lapar?
[Sudah sarapan?]. Cahyana kembali bertanya
[Alhamdulillah sudah, ini baru selesai]. Oriza
[Syukurlah]. Tidak ada balasan lagi dari Oriza.
Oriza langsung membuka tugas LKS yang di berikan guru.
Enak sekali menjadi guru, bisa memberi tugas tanpa harus cape-cape datang ke sekolah.
Entahlah, Oriza benci sekali keadaan seperti ini. Jika tidak mengerti, dia pun
bingung harus bertanya pada siapa. Rata-rata temanya pelit padahal mereka pun belum tentu bisa.
Oriza bertanya pun bukan bertanya jawaban dari soal atau pun mencoktek nya.
Beda kalo mereka bertanya kepada Oriza.
"Za nomor ini jawaban nya apa?"
Atau
"Za coba aku lihat yang essay".
Tapi kalo Oriza bilang tidak mau, mereka langsung jawab.
"Mentang-mentang Lu rangking di kelas".
Untungnya Oriza mempunyai teman sebangku yang begitu cocok dengannya.
Dia bernama Lani, seorang anak baru pindahan dari sekolah di kota XX.
Masuk ke sekolah yang sama dengan Oriza saat kelas sepuluh semester dua.
Datang ke sini di bawa oleh saudaranya, karena Lani seorang yatim dan ibunya sudah tidak sanggup membiayai sekolahnya.
Saudaranya pun baik sekali, tidak hanya membiayainya sekolah Lani tapi juga
membiayai makan termasuk barang dan keperluan pribadinya. Bahkan Lani sudah di anggap seperti anak sendiri oleh saudaranya itu.
Tidak terasa sudah masuk mata pelajaran ke dua, mata pelajaran yang paling di sukai oleh Oriza.
Yaitu pelajaran matematika, jika sudah tiba waktu ini Oriza pasti sangat bersemangat.
Kerena matematika adalah ilmu yang memberikan jawaban mutlak atau pasti pada hasilnya.
Entah mengapa, sebagian orang bahkan menganggap matematika adalah salah satu pelajaran yang paling sulit.
Sulit atau tidaknya itu semua bergantung dari cara memandanginya. Matematika dianggap sulit jika
mereka pada dasarnya tidak suka berhitung dan lebih condong untuk menghafal. Namun seseorang dapat menjadi suka pada ilmu
Matematika jika dia memiliki niat dan fokus untuk mempelajarinya.
Matematika bukanlah soal angka. Tetapi Matematika adalah ilmu yang harus memerlukan logika serta penalaran yang tinggi dalam proses pembelajarannya maupun penyelesaiannya.
Itulah salah satu alasan mengapa Oriza cocok dengan Lani, karena Lani pun menyukai hitunga-hitungan terutama di dalam mata pelajaran akuntansi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments