Victor menatap Jelena dengan tatapan tajam, dia jelas menegaskan bahwa tengah marah karena makanan yang di makan Katherine sangatlah pedas dan asin. Katherine yang tidak terbiasa memakan pedas tentu saja begitu heboh dalam merasakan rasa pedas yang seperti melahap api. Tapi Jelena bisa apa? Dia sama sekali tidak tahu kenapa Katherine bereaksi seperti itu, kalau mengingat semua kejahilan, sikap tidak baik Katherine yang selalu membuat Jelena tersiksa, bukankah ini adalah trik yang sama agar Jelena mendapatkan bentakan dari Victor?
" Masih ingin diam saja dan tidak mengakui kesalahanmu? " Victor semakin terlihat marah, sementara Katherine benar-benar tersiksa dengan terus menempelkan lidahnya ke es batu dan terus mengupas wajahnya yang memerah, matanya mengeluarkan air mata, jadi barulah Jelena sadar kalau ternyata Katherine memang tidak main-main, atau berpura-pura.
Jelena mengeryit, diam dan bertanya, kenapa bisa begitu? Jelas dia tida menambahkan bubuk cabai atau merica, jadi bagaimana bisa makanan itu menjadi pedas?
" Aku, Tuan. " Ujar Popi membuat semua orang menoleh kaget ke arahnya. Sebagai seorang teman, sebagai seorang pelayan dia juga merasa begitu tidak terima. Pertama dia kesal melihat sahabatnya di rendahkan, di siksa oleh kekasih Tuan muda rumahnya, belum lagi cara bicara Katherine saat tidak ada Victor benar-benar sangat sinis, arogan, dan juga sok berkuasa. Tahu, dia tahu dan sadar bena jika Katherine adalah aktris peran, model terkenal juga, tapi apakah pantas untuknya menginjak harga diri seorang pelayan, belum lagi perlakukan buruknya terkadang Rien tempo hari.
Jelena terdiam membeku, Popi? Bagaimana bisa orang yang selama ini begitu sabar dan juga masa bodoh dengan Katherine melakukan hal yang tidak masuk akal itu? Padahal jelas-jelas Popi adalah orang yang baik, dia begitu setia, serius dalam bekerja, tidak mungkin rasanya kalau Popi yang melakukanya.
Victor menghela nafas, sungguh dia tidak mengerti dari mana keberanian seorang pelayan yang sengaja mencelakai kekasihnya itu. Kalau saja Popi bukan anak mendiang pengasuhnya yang sudah menemani Victor dari bayi hingga dewasa, mana mungkin Victor akan diam dan bersabar seperti ini. Tapi meskipun dia tidak bisa memberhentikan Popi, setidaknya dia juga harus memberikan hukuman sebagai efek jera agar dia tidak melakukan kesalahan yang sama lagi di kemudian hari.
" Kenapa kau melakukan hal bodoh itu?! "
Popi mencengkram jari tangannya yang saling bertautan, dia menegakkan pandangan untuk menatap Victor, lalu menatap Katherine yang melotot marah padanya. Takut? Tentu saja takut, dia memiliki seorang adik yang sedang sekolah, juga seorang Ayah yang sudah tidak bisa menghasilkan banyak uang untuk kehidupan adiknya, upah bekerja di kediaman Victor memang sangat tinggi, tapi dia juga cukup kehilangan kesabaran setelah apa yang di lakukan Katherine kepada Jelena, juga kepadanya.
" Nona Katherine, dia sengaja mengerjai Jelena. Dia memerintah ini dan itu, memaki tiada henti, bahkan membuat Jelena tidak makan seharian dan harus berjalan mencari pil penunda kehamilan sampai malam, keadaan Jelena tidak bisa di samakan denganku. Aku sudah menawarkan diri, tapi Nona Katherine sengaja meminta Jelena untuk menyiksanya. Nona Katherine juga sering sekali memakiku, aku hanya merasa kesal dan sakit hati tadi, maaf karena tidak mengontrol emosiku dengan baik, maaf karena apa yang aku lakukan membuat Nona Katherine tersiksa. "
Victor tidak bisa berkata-kata lagi. Bukannya tidak tahu kebiasaan Katherine selama ini, dia memang mudah marah, tapi mau bagaimana lagi kalau nyatanya hatinya mencintai Katherine dan siap menerima sifat bak juga buruknya seorang Katherine. Tapi ya, apapun alasannya, Popi tetaplah bersalah, jadi dia tidak akan melepaskan Popi begitu saja, dan harus memberikan hukuman untuk Popi.
Victor menghela nafas, lalu menatap Popi dengan tatapan dingin.
" Bersihkan semua ruangan di lantai dua. Jangan berani berhenti kalau belum selesai. Entah itu akan membuatmu tidur atau tidak, kau tidak boleh berhenti saat belum selesai, kau paham?! "
Popi mengangguk sembari membatin lega, dia pikir Victor akan memintanya untuk mengambil tas dan keluar dari rumah itu segera, dan ternyata dia masih bisa selamat dan Ayahnya tidak perlu repot mencari uang untuk hidupnya lagi.
Katherine tentu saja tidak terima, dia menatap marah Popi dan membatin dendam. Bagiamanapun selama ini sama sekali tidak ada yang berani melakukan hal kurang ajar seperti itu padanya. Dia bisa di layani, di ratukan oleh orang dia sekitarnya, dan kali ini bukan hanya Jelena saja targetnya, tapi Popi juga akan dia singkirkan dari kediaman Victor.
" Sayang, kau yakin hanya menghukum dia seperti itu? " Tanya Katherine dengan tatapan sedih. Victor tentu saja tidak tega melihat kekasih yang dia cintai sedih dan merasa tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi? Ibunya Popi berjasa besar dalam hidupnya, di tambah Ibunya Popi juga pernah menyelamatkannya dari orang jahat yang ingin menculik dan menjadikannya sandera. Entah sebesar apapun kesalahan yang di buat Popi, Victor hanya bisa memaafkan dan tidak mendendam demi membalas hutang Budi yang tentu saja tidak mungkin bisa terbalaskan dengan impas.
Victor merangkul Katherine dan membawanya meninggalkan meja makan, dia tidak ingin terus membahas tentang Popi atau siapapun lagi. Katherine juga jadi tidak bisa berkata-kata dan memilih diam. Popi sudah mengatakan banyak hal yang seharusnya tidak dia katakan, jadi mana mungkin Katherine akan menerima saja seperti itu?
Setelah kepergian Victor dan Katherine, Jelena dan Ibu dapur berbarengan menghela nafas dan menatap Popi dengan tatapan penuh tanya.
" Sudahlah, kalian jangan menatapku seperti itu. Aku memang kesal sekali dia nenek sihir berwajah malaikat itu. Meskipun dia memang cantik, tapi dia juga tidak akan mungkin bisa terus menutupi wajah seorang penyihir selamanya kan? "
Jelena terdiam, sementara Bibi dapur mengusap punggung Popi dengan lembut. Sayangnya dia sama sekali tidak memiliki keberanian seperti Popi, dia juga hanya mengandalkan loyalitas dalam bekerja saja sehingga bisa bertahan lama di kediaman Victor. Popi, tentu saja dia tidak akan di tendang keluar begitu saja mengingat jasa besar Ibunya di rumah besar itu.
Malam itu Jelena dan Bibi dapur ikut membantu Popi untuk membersihkan lantai dua, meskipun sudah di peringati untuk membuatkan saja Popi bekerja sendiri, nyatanya Jelena dan Bibi dapur benar-benar ogah meninggalkan Popi sendirian bekerja.
" Jelena! " Panggil tukang kebun dengan tergesa-gesa.
" Ada apa, pak? " Tanya Jelena sebentar menghentikan kegiatannya.
" Di luar ada Ayah dan Ibumu, sudah aku peringatan untuk datang lagi besok karena ini sudah malam, tapi mereka memaksa untuk bertemu denganmu. "
Jelena mengeryit bingung.
" Untuk apa mereka datang malam-malam begini, pak? "
" Dia bilang, dia tidak punya uang, jadi dia datang untuk mengambil uang. "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nala Ratih Soemarna
Apalagi ini Thor tega sekali kau sama Jelena 😭
2023-05-31
1
Arin
ya ampun Thor...kasian bngt si Jelena,ap ngga ada orng baik yg bawa dia kbur dri neraka itu.kok sy berhrp klo Jelena itu nanti aslny anak orng kaya y
2023-05-31
0
Bunda Salma
ngenes banget hidup mu je... udah diperas sama ortu lucnut masih disiksa lahir batin sama suami dan kekasih lucnutnya pula 😭
2023-04-22
1