Jelena memegangi lututnya yang terasa gemetar dan pegal. Ini sudah pukul sepuluh malam, tapi Katherine masih begitu gencar menyiksanya. Dari pukul lima sore, dan bisa bayangkan betapa pegalnya Jelena melayani Katherine dengan segala tingkah menyebalkannya? Masalah air sudah selesai, ganti buah, hanya karena potongan buah yang tidak sesuai selera, Jelena lagi-lagi harus menerima makian dari Katherine sementara Victor nampak begitu los dan cuek saja dengan tingkah Katherine seolah tidak tahu menahu bahwa Jelena tengah hamil saat ini. Lanjut masalah menyiapkan air hangat, katanya kepanasan, terlalu dingin, terlalu banyak menuangkan minyak terapi. Setelah selesai mandi, Jelena di mintai untuk memijat seluruh tubuh Katherine. Tapi lagi-lagi Katherine membuatnya menahan diri karena harus mendengar ocehan Katherine.
Terlalu kuat! Jangan menekan seperti itu! Memijat atau mengusap?! Tanganmu tidak enak! Tangan tidak berguna! Dan masih banyak makian yang di terima Jelena.
Sebenarnya pembantu lain sudah menawarkan diri untuk membantu atau menggantikan Jelena, tapi Katherine yang memang dari awal tidak menyukai Jelena menolak untuk di dilayani oleh pembantu lain. Jelena tentu saja tidak bisa menolak, meski dia adalah istrinya Jelena, nyatanya itu juga tidak dapat mengubah apapun apalagi membuatnya di hormati sebagai Nyonya muda, dan lagi Victor pasti akan marah besar kalau sampai ada yang memberitahu Katherine tentang pernikahannya kan?
" Jelena! " Panggil lagi Katherine serta membuka pintu kamarnya, kamar yang juga di gunakan oleh Victor. Yah, mereka berdua memang selalu tidur di kamar yang sama selama orang tua Victor tidak berada di rumah.
Jelena sebenarnya sudah lelah sekali, di kehamilan awal begini seharusnya dia banyak istirahat, tapi malah begitu lelah sampai tidak sempat makan dan minum. Wajah pucat Jelena benar-benar di abaikan oleh Katherine yang masih ingin menyiksanya masa bodoh mau sepucat apa wajah Jelena.
" Iya, Nona? "
" Belikan aku pil penunda kehamilan, sekarang! "
Jelena terdiam menatap wajah Katherine, pil penunda kehamilan? Tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa Jelena benar-benar terkejut dengan perintah Katherine. Jujur, Jelena memang sudah mengidolakan Victor yang kini sudah menjadi suaminya sendiri. Jelena hampir tak pernah melewatkan acara televisi asalkan ada Victor di sana, dan mungkin karena terlalu mengidolakan suaminya sendiri hingga dia merasa cemburu dengan ucapan Katherine barusan.
" Kenapa kau diam? Telingamu tersumbat kotoran? Makanya jadilah sedikit bersih, jangan biarkan kotoran telinga mengganggu pendengaran. " Ujar Katherine dengan wajah sinis seperti biasanya saat berbicara kepada Jelena.
" Baik. " Ucap Jelena yang jelas tidak bisa dan tidak boleh mengatakan apapun selain kata itu. Dia menjalankan kakinya meski sudah sangat lemas dan gemetar karena dia belum sempat makan, juga minum.
" Kalau kau jalan seperti siput begitu, kapan sampainya?! " Bentak Katherine menatap Jelena dengan mimik yang begitu marah.
Jelena mengangguk cepat, dengan sekuat tenaga dia mencoba menjalankan kakinya agar bisa lebih cepat berjalan menuju apotik terdekat. Iya, untungnya apotik memang berada tak jauh dari rumah Victor, tapi meskipun begitu tetap saja Jelena sampai panas dingin dengan kondisinya yang seperti itu.
Lain halnya dengan Jelena yang begitu menderita dan kesulitan dalam hidup, orang tua Jelena kini justru tengah tertawa bahagia, terbahak-bahak tidak perduli dengan putrinya yang sudah pasti tidak akan mudah untuknya menjalani rumah tangga dengan majikannya sendiri.
Seperti kebiasaan mereka, tidak begitu mementingkan bagaimana rumah mereka yang sudah bobrok, tidak penting akan makan apa, tidak penting pakaian yang mereka gunakan, yang mereka kejar adalah narkoba, juga minuman alkohol yang sudah seperti menyita nyawa dan harus mereka tebus dengan membeli semua itu.
Menyedihkan bukan? Sedari Jelena kecil, dia sudah di paksa untuk menghasilkan uang dari mengemis, saat sekolah dasar Jelena di paksa mengamen di jalanan, sekolah menengah pertama dia bahkan hampir di jual oleh Ayahnya untuk membayar hutang judi juga hutang minuman keras yang cukup besar jumlahnya. Untung saja saat itu Jelena bertemu dengan orang baik yang membantunya kabur, tapi karena tidak ada pilihan dan juga tempat lain yang bisa Jelena tuju, Jelena hanya bisa kembali ke rumah orang tuanya. Semenjak itu Jelena di paksa untuk bekerja serabutan hingga bertemu dengan Bibi dapur di pasar, lalu Bibi dapur menawari Jelena untuk bekerja dengan majikannya yang adalah orang tua Victor, atau Nyonya dan Tuan Horrison.
Benar-benar di sambut dengan penuh syukur, semua pekerjaan dapur bisa Jelena selesaikan dengan benar, gaji di sana juga lumayan besar, bahkan lebih besar di banding bekerja di tempat lain. Sayangnya Jelena bahkan tidak bisa menikmati uang itu, dan Jelena hanya bisa menyisahkan sedikit uang untuk kebutuhan sehari-harinya.
Setelah beberapa saat.
Jelena akhirnya sampai di rumah dengan selamat meski matanya sudah berkunang-kunang ingin pingsan. Jelena mengetuk pintu kamar dimana Katherine dan Victor berada untuk menyerahkan pil penunda kehamilan itu.
" Apa? " Tanya Katherine begitu membuka pintu kamarnya.
" Ini pil nya, Nona. " Jelena menyerahkan pil penunda kehamilan itu dengan tangannya yang gemetar hebat.
" Cih! Berlebihan sekali! Baru saja jalan di ujung hidung sana kau sudah kelelahan, dasar tidak berguna! "
Brak!
Katherine menutup pintu kamarnya dengan kasar membuat Jelena terdiam sebentar.
" Jelena? " Panggil Bibi dapur dengan wajah panik karena sebenarnya dia sudah memperhatikan Jelena, hanya saja karena di larang oleh Katherine dia tidak mampu membantu Jelena menggantikan pekerjaan yang di berikan Katherine.
" Bibi, kenapa belum tidur? " Tanya Jelena.
" Bagaimana mungkin aku bisa tidur? Ayo ikut ke dapur! Kau belum makan, juga belum minum, susu hamil mu juga perlu kau minum. " Ujar Bibi dapur lalu membantu Jelena berjalan karena dia tahu Jelena pasti sudah sangat kesulitan sekarang ini.
" Maaf Bibi, aku jadi merepotkan Bibi. " Ucap Jelena.
" Jangan bicara yang aneh-aneh, Jelena. Justru Bibi dan Popi yang merasa bersalah karena tidak bisa membantumu, jadi jangan banyak bicara karena itu akan membuang tenaga. Makananmu sedang di hangatkan oleh Popi, buah nya juga sedang di potong, nanti Bibi yang akan buat susunya untukmu ya? "
Jelena mengangguk lalu tersenyum. Iya, bagaimanapun dia tetap bersyukur juga berada di rumah itu. Selain Bibi dapur dan juga Popi, hampir tidak ada yang memperhatikan dirinya seperti keluarga sendiri.
Begitu semua makanan sudah siap, segera Jelena memakan makanan itu dengan tergesa-gesa karena dia sangat lapar. Bibi dapur dan Popi hanya bisa menatapnya dengan melas di tambah Jelena yang sampai menitihkan air mata saat menangis, mereka jadi semakin tak bisa berkata-kata.
" Jelena, kau mau makan lagi? Kalau mau aku buatkan telur mata sapi untukmu ya? " Ucap Popi yang merasa melas dan Jelena juga terlihat masih kurang makannya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
mei
awas aj kedepannya jelena mudah memaafkan si piktor2 😡😡
2024-10-29
0
Nala Ratih Soemarna
Begini amat nasib u Jelena, kayaknya Author nya punya dendam pribadi sama u Jelena, hingga jalan hidup u dibikin menderita begini sama si Author 😭
2023-05-31
2
Istrinya minkyung
next
2023-04-11
1