Ally melihat ke arah suaminya. Lucius berencana berangkat besok pagi-pagi. Mereka tentu saja akan pulang lebih awal agar bisa cepat berkumpul dengan keluarga besar Sanchez dan menyambut hari pernikahan Lance serta Cecil.
"Kami berangkat besok. Pagi-pagi sekali." Lucius menjawab pertanyaan Enrico.
"Kami berencana mengunjungimu malam ini dan memberitahu," ucap Ally.
"Well ... kalian telat kalau begitu. Aku sudah datang ke sini."
"Kau akan datang bukan?" tanya Ally.
"Tentu saja aku akan datang." Rico mengucapkannya tanpa mengangkat wajah dari Alan yang masih membolak-balik lembaran kertas di pangkuannya
"Aku mengatakan pada Ally, Paman Rico. Aku akan merasa sedih sekali meninggalkanmu di sini. Aku tahu kau tidak suka kalau kami pergi jauh-jauh. Kau akan sedih dan kesepian. Hanya Paman Frederic yang menemanimu, dan paman Frederic sangat pendiam. Tidak seperti aku. Aku suka mengajakmu bicara." Alan mengoceh, lalu mengangkat wajahnya menatap Enrico.
Enrico sengaja memasang wajah sedih, bibirnya mencebik dan matanya dibuat redup.
"Kau benar, Alan. Aku akan sangat kesepian. Bagaimana kalau kau tinggal dulu dan membiarkan kakakmu berangkat duluan," bujuk Enrico.
"Oh, tidak. Tidak bisa. Alan harus ikut kami. Dia masih kecil. Memangnya kau tahu apa tentang mengurus anak kecil. Alan akan ikut aku dan Ally besok. Titik." Lucius menatap tajam pada Enrico. Tapi Enrico tidak peduli.
"Alan ... bagaimana pendapatmu? Kau tahu Frederic kadang tidak menyenangkan diajak bermain. Aku akan sedih sekali ditinggal sendirian. Ally pergi ... kau juga,"
Frederic menahan senyumnya mendengar rayuan tuannya itu. Tentu saja ia tidak pernah diajak bermain . Ia bekerja untuk tuannya, bukan teman bermain.
"Besok hari minggu, Ally dan Lucius akan pergi besok. Kita akan menyusul mereka di hari kamis. Jadi kau hanya tertunda 4 hari, Kita akan pergi bersama-sama menyusul mereka."
"Kenapa tidak kau saja yang berangkat dengan kami, Paman?"
"Tidak bisa, Alan. Ada yang harus kukerjakan beberapa hari ke depan."
Alan tampak ragu-ragu. Ally tersenyum lebar melihat dilema adiknya itu. Tampak jelas Alan memuja Enrico. Mendengar Enrico akan sedih dan kesepian membuat adiknya itu tidak enak hati. Ally meragukan kalau walinya itu akan benar-benar kesepian. Ia hanya tinggal pergi ke desa di pinggir lahan Costra Land. Gadis-gadis itu akan dengan senang hati menemaninya. Atau tinggal berkendara ke kota terdekat , kota Woodsky, pergi ke klub atau menemui wanita-wanita kekasih pria itu di sana.
"Alan ... Erland menunggu kau datang. Kau menelepon akan datang dan menemuinya bukan?" Lucius berusaha membujuk Alan lagi. Erland adalah putra Derek Langton yang umurnya hampir sama dengan Alan, Derek teman Enrico sekaligus kerabat keluarga Sanchez karena pernikahan.
"Erland tak sabar bertemu denganmu lagi," tambah Lucius.
"Erland tidak akan kesepian selagi menunggu. Ada adik-adiknya yang bisa membuatnya sibuk. Ada Arthur, Marie ... dan dia sedang menanti kelahiran adiknya yang satu lagi. Tapi aku? Kalau kau pergi, aku hanya punya Fred."
Lucius mendengus keras mendengar ucapan Enrico. Pria itu selalu punya cara agar ia menang. Alan terlihat sudah mengambil keputusan dan Lucius dapat mengira dengan pasti keputusan bocah itu.
"Kalau begitu, aku akan tinggal. Aku akan datang nanti bersama Paman Rico ke tempat Paman Lance," ucap bocah itu yakin.
Lucius menarik napas panjang.
"Kau yakin? Tega sekali kau memilih menemani Paman Rico dari pada aku," ucap Ally, berpura-pura sedih di hadapan adiknya.
"Kau punya Lucius, Ally. Kau tidak sendirian. Paman Rico sendirian," ucap Alan. Merasa ucapannya sangat benar.
"Alan yang pintar. Jadi sudah diputuskan. Turunkan kopermu. Siapkan di sini. Setelah selesai makan malam, kau ikut aku pulang ke Mansion Costra." perintah Enrico.
"Baik!" Alan langsung melorotkan tubuhnya, turun dari pangkuan Rico dan berlari ke lantai atas. Pabio dan Ester tertawa melihat bocah itu.
"Semaumulah, Enrico Costra," sindir Lucius setelah Alan berlalu.
Enrico hanya menjawab dengan tertawa. Puas melihat wajah kesal Lucius. Suami Ally itu mengusap rambut pendeknya sambil menghembuskan napas panjang. Enrico melirik ke arah anting berlian yang masih tersemat di telinga kiri suami Ally itu.
Dulu, Lucius punya rambut hitam panjang yang tebal dan mengkilat, sebuah anting disematkan di telinga kiri pria itu. Enrico merasa anting berlian itu adalah pelengkap penampilan saja, rambut panjang dan anting sebelah, terasa cocok.
Enrico lalu mengajukan syarat, Lucius harus memotong rambutnya jika mau menikahi Ally. Tidak disangka, pria itu benar-benar memotongnya. Rico mengira anting itu akan Lucius lepas setelah sekarang ia berambut pendek. Tapi ternyata tidak.
Suara Alan yang menyeret koper di lantai atas terdengar dari ruang tamu, Setelah Alan muncul di tangga teratas, Frederic langsung bangkit dan naik menuju bocah itu. Ia membantu Alan membawa kopernya turun.
"Terima kasih, Paman Fred."
"Sama-sama, Alan."
Ally tersenyum ketika adiknya tiba dan kembali duduk di pangkuan Enrico. Sepertinya ia dan Lucius tidak dapat lagi membujuk bocah itu. Adiknya itu akan tinggal, dan akan berangkat menyusul bersama Enrico nanti.
Cast : Alan Salvadore
**********
From Author,
Beda umur Ally dan Alan memang jauh ya. Kenapa begitu? Ikuti kisah mereka di Love Seduction (season 2)🙏🙏
Jangan lupa klik like ya Readers, tekan love, bintang lima dan komentar. Dukung juga novel ini dengan memberi vote ya.
Atas dukungannya terima kasih banyak.
Salam hangat, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Melda Simamora
baru ini saya baca novel bikin pusing ngk ngerti alury tapi sebagai pembaca novel berat penasaran ko bayak yg komen JD penasaran ceritay walau blm mengerti masih saya baca aza walau kadang di lewatkan aza hahaha..semoga menarik krna Mash niat untuk membaca,,semangat thor
2023-05-18
0
Ney Maniez
🤗🤗🤗🤗
2023-02-22
0
Nova Riana
novel ini sering seliweran di notif tp aku skip terus ehhh ternyata seru banget
2022-12-02
0