Frederic mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Berkonsentrasi dan mencoba mengalihkan pikirannya dari nenek dan sepupunya yang baru datang tadi.
Ia melirik tuannya dari kaca mobil. Tuan Rico sepertinya tengah sibuk membaca pesan di ponselnya. Pria itu fokus menatap layar ponsel sambil menggeser layarnya berulang kali. Fred merasa lega tuannya tidak bertanya perihal dua tamu yang tadi ia temui.
Namun kelegaan Frederic hanya bersifat sementara. Setelah selesai dengan ponsel dan meletakkan ponsel itu di atas jok di sebelahnya, Enrico menatap ke arah punggung Frederic. Sikap tubuhnya santai, bersandar dengan kedua tangan ia letakkan di belakang kepala.
"Siapa mereka, Fred?" tanya Enrico tiba-tiba.
Frederic memejamkan matanya sejenak. Salah besar jika ia bisa lolos dari ini.
"Yang baru datang tadi, Tuan?"
"Ya."
"Oh, keluargaku, Tuan. Nenek dan adik sepupuku."
"Siapa nama nenekmu?"
"Arabella Margue ,Tuan."
"Dan gadis kecil itu?"
Frederic terdiam sebentar.
Gadis kecil? Apa Tuan mengira Vivianne adalah anak kecil.
"Maksudku sepupumu, Fred. Anak kecil yang datang dengan nenekmu. Siapa namanya?"
"Oh, Vivi, Tuan. Sepupuku Vivianne Margue. Ummm ... Tuan ... saya mohon maaf ... mereka datang tanpa pemberitahuan, jadi saya belum sempat mencarikan mereka tempat tinggal sementara."
Rico terlihat mengernyit. Sedikit kesal dengan ucapan Fred.
"Apa maksudmu mencarikan tempat tinggal? Apa Mansion Costra kurang besar untuk mereka? Pilih saja kamar yang kau mau. Mereka bisa tinggal berapa lama pun mereka menginginkannya."
"Terima kasih, Tuan. Tapi Nonna memang hanya sekedar berkunjung. Mereka tentu saja akan kembali lagi ke kota Broken Bridge."
"Berapa orang anak nenekmu Fred?"
"Dua, Tuan. Ayahku dan ayah Vivi ... tapi sekarang semua orang tua kami sudah meninggal."
Tidak ada jawaban. Frederic mengintip lewat kaca. Tuannya itu sudah memejamkan mata. Ia memutuskan membiarkan keheningan mewarnai perjalanan selanjutnya. Menghindar agar tuannya tidak bertanya lagi tentang Vivi dan neneknya.
Vivi ... kenapa datang tanpa memberitahu ... kau kan bisa mengirimiku surat dulu. Sialan ... kenapa aku sampai lupa menghubunginya tentang nomor baruku. Jangan sampai Tuan Rico melihat Vivi ... pria pemikat wanita ini akan membuat Vivi terpesona. Vivi masih sangat polos ...kasihan sepupu kecilku bila sampai jatuh cinta lalu patah hati karena play boy kaya ini ... Tuan Rico memang membutuhkan istri segera, untuk menghilangkan rasa gundah dan gelisahnya. Tapi Vivi kami bukan gadis yang tepat. Vivi tidak akan sanggup menghadapi pria dominan seperti Tuan Rico ... Well ... bukan berarti Tuan Rico akan memilih Vivi ketika melihatnya. Tapi itulah masalahnya ... Vivi akan terpesona ... dan Tuan Rico akan dengan senang hati mempermainkan perasaannya sampai saatnya ia bosan. Ia selalu begitu ... tidak ada gadis yang bisa mencuri hatinya. Memikatnya mungkin ... seperti Amy Langton dulu ... tapi Tuan Rico memang selalu terpikat pada makhluk cantik bernama perempuan. Apalagi yang mungil dan pandai berdansa ... seperti Vivi ... Uh ....
"Kau melamun ya, Fred?"
"Apa? Apa Tuan?" tanya Frederic, sangat terkejut karena ia memang melamun.
"Aku tanya kau melamun ya?"
"Kenapa Tuan?"
"Kau sudah melewati jalan menuju rumah perkebunan Sanchez. Seharusnya tadi kau belok kiri."
Frederic berhenti tiba-tiba. Membuat Enrico terguncang ke depan.
"Ya ampun ... ada apa denganmu hari ini, Fred?"
"Maafkan saya Tuan! Tidak akan terjadi lagi. Saya janji."
Enrico diam saja. Ia hanya bersedekap dan mengawasi ketika Frederic memutar mobil dan kembali ke jalan awal. Tiba di belokan yang terlewati olehnya tadi lalu melajukan mobilnya dengan hati-hati menuju rumah perkebunan keluarga Sanchez.
*******
"Paman! Paman!" Alan berlari kencang menuruni undakan tangga rumah perkebunan Sanchez. Bocah itu sangat senang melihat Rico.
"Ya ampun! Alan! Jangan lari!"
Enrico yang baru saja turun dari mobil segera menyambut bocah itu. Ia menangkapnya dan mengangkatnya dalam gendongan semudah mengangkat sebuah bantal.
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik, Paman."
"Sepertinya begitu. Dan dari mana kau dapatkan lecet ini?"
Rico menunjuk sebuah goresan memanjang di kening Alan, tampak masih baru dan kemerahan.
"Aku tergores ranting ketika pulang memancing, Paman."
"Ck. Kau tidak hati-hati. Dengan siapa kau pergi memancing."
"Dengan kakak."
Bola mata Enrico melotot. " Ally masih pergi memancing?"
Tawa Alan meledak. "Ally sudah tidak bisa berjalan dengan benar, Paman. Dia besar seperti bola. Dan dia tidak menyenangkan, semua dilarang kalau aku pergi dengannya."
"Jadi ... kau pergi dengan Lucius?"
Alan menganggukkan kepalanya. Rico melirik lewat ekor matanya kalau Lucius dan Ally telah berjalan mendekat menyambutnya. Lucius menggandeng istrinya yang tengah hamil besar dan membimbingnya hati-hati.
"Wajar saja kau mendapat luka goresan ini kalau pergi dengan dia. Dia tidak bisa menjagamu dengan baik. Pergi dengan seorang anak kecil yang terlalu lincah seperti kau seharusnya dia mesti punya penjagaan extra." Enrico sengaja berucap keras-keras.
"Ya. Bilang saja langsung aku tidak becus menjaga Alan ...." Lucius yang mendengar ucapan Rico berkata dengan nada datar.
"Tidak, tidak , Paman. Kakak sudah menjagaku. Aku yang terlalu bersemangat mencari cacing tanah di bawah rumpun tanaman, dan karena aku dapat banyak, aku langsung berdiri sambil berteriak dan ranting pohonnya menggores di sini." Alan menunjuk keningnya yang tergores.
"Bagus, kau mengakui kalau kau nakal," ucap Ally pada adiknya.
"Aku tidak nakal! Aku bilang terlalu bersemangat!" Alan memelototi kakaknya.
"Sama saja. Kau nakal."
Alan merengut, lalu menatap Ally sambil menyipit. Jari telunjuknya tiba-tiba terangkat.
"Dan kau, Ally. Kau beeeeesarr," ejek Alan puas.
Ally diam saja, tapi bibirnya cemberut dan alisnya melengkung kesal.
Lucius langsung melingkarkan lengan ke pinggang Ally dan berbisik. " Dan kau makin cantik meskipun beeesarr."
Bisikan yang akhirnya membuat Ally merona dan tersenyum.
"Kemarilah. Beri aku ciuman," ucap Rico.
Ally langsung maju dan mencium pipi walinya itu. Dengan tetap menggendong Alan di satu tangan, dan tangan satunya meraup bahu Ally, Rico mengajak mereka semua masuk.
"Ayo masuk. Kita ngobrol di dalam."
"Ya, ya. Anggap rumahmu sendiri, Costra." Lucius mengucapkannya dengan nada jengkel.
"Tentu saja akan kulakukan, Sanchez."
Lucius mendengus, lalu menatap tiga orang itu meninggalkannya di halaman rumah. Kepala istrinya sempat menengok ke belakang, tapi Enrico meremas bahu Ally dan terus mengajaknya melangkah.
Dasar laki-laki sok! Kalau saja bukan wali istriku, akan kupukul kau seperti kau dulu memukulku! Lucius bersungut-sungut di dalam hati. Kemudian matanya melihat Frederic yang masih berdiri sambil tersenyum menatapnya.
"Fred. Ayo masuk," ajak Lucius.
"Terima kasih, Tuan." Frederic mengikuti langkah kaki Lucius menuju rumah. Menaiki undakan tangga dan kemudian masuk ke dalam ruang tamu yang besar.
Ally sudah duduk di sofa di samping Ester dan Pabio, pasangan orang tua yang telah menjaga tanah perkebunan itu sebelum diambil alih oleh Lucius. Mereka tetap dipertahankan oleh Lucius di rumah perkebunan itu. Lucius memperlakukan keduanya seperti orang tuanya sendiri ketimbang sebagai pegawainya.
Alan duduk di pangkuan Rico sambil memperlihatkan lembaran karya gambar yang ia buat dari daun dan kelopak bunga yang dikeringkan kemudian di tempel di lembaran kertas.
Lucius duduk di salah satu sofa, ia menunjuk satu sofa di dekatnya pada Frederic, tanda agar Frederic ikut duduk.
"Kau sudah menerima undangannya?" tanya Lucius pada Enrico.
Enrico mengangkat kepalanya dari lembaran kertas yang ditunjukkan Alan.
"Ya. Karena itulah aku kemari. Aku ingin tahu kapan kalian berangkat."
NEXT >>>>>
********
From Author,
Kisah Ally dan Lucius serta Alan kecil dapat dibaca di Love Seduction (season 2), mulai part 120 ke atas🙏🤗 dijamin bikin baper juga. Mampir ya🙏
Jangan lupa klik like, Love ,bintang lima, komentar dan Vote ya My Readers. Atas dukungannya Author ucapkan terima kasih.
Salam hangat, DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
sherly
kisah endrico juga buat gemesss
2023-09-24
0
Ney Maniez
udah baca👍👍👍👍
2023-02-22
0
Justme
Aing masih linglung🤭
2023-01-15
0