Catatan Air Mata Berdarah

Catatan Air Mata Berdarah

1. Dia kembali.

Samar suara lelaki di balik tirai, mengutarakan maksud kedatangannya kali ini, terdengar di telinga gadis manis bernama Kinanti Aristya. Sekadar silaturahmi, namun berhasil membuat hidup Kinanti kembali jungkir balik.

Tak hanya hidup Kinan jungkir balik, sebab nyatanya, hati Kinan kembali tergores meski hanya sekadar mendengar suara lelaki itu.

Sudah lima tahun berlalu, harusnya hati gadis dua puluh enam tahun itu sudah sembuh dari luka penolakan dari Marvin Bhaskara bertahun lalu. Nyatanya, keadaan hatinya masih tetap sama, berdarah ketika Marvin dengan tegas menolak cinta Kinan kala usianya dua puluh satu tahun.

Kenangan itu, masih membekas hingga saat ini. Rasanya luar biasa sakit, namun berusaha untuk Kinan sembuhkan sendiri, meski nyatanya Kinan tak mampu.

Dan yang lebih mengerikan, Marvin justru menikahi Atika Priyanka, sebelas hari setelah penolakan Marvin pada Kinan. Kinan meradang, sebab Marvin tak jujur dari awal, jika Marvin akan menikah. Lihat, bahkan Kinan seolah sebagai gadis tak punya harga diri disini.

Andai saja waktu bisa diputar, Kinan tak akan nekat nembak lelaki berdarah biru di ruang tamu rumahnya itu. Kisah tentang Marvin dulu, Kinan merasa sudah menutupnya, dan enggan membukanya kembali.

Lima tahun lalu, sikap Marvin seolah memberi harapan pada Kinan, namun setelahnya ... apa yang terjadi? Marvin menghempaskan Kinan dan perasaannya begitu saja. Sampai sekarang, Kinan masih tak puas hati, dengan jawaban Marvin untuk sebuah tanya terakhir dari gadis itu.

Mengapa Marvin tega memberinya harapan, jika akhirnya Marvin menolak dan menghempas perasaan gadis itu?

Kenapa selama ini Kak Marvin selalu memberikan harapan pada Kinan? Bahkan kak Marvin selalu baik pada Kinan, seolah kak Marvin sayang sama Kinan?

Kebaikanku padamu, hanya sebagai kakak terhadap adiknya, Kinan. Tolong mengerti. Sebatas itu saja, tidak lebih.

Cuih.

Bukan itu jawaban lelaki sejati. Mereka tak ada hubungan darah, juga kedekatan mereka hanyalah sebatas tetangga. Adik dari mana? Kinan benar-benar tak mengerti. Jika tak ada hubungan darah, mereka bukan sepasang kakak beradik, bukan?

"Sudah lama nak Marvin nggak ketemu kami. Oh ya, apa kabar Papa dan Mama nak Marvin?" tanya ayah Kinan, Bayu Priadi.

Di sisi kiri Bayu, Cici Lestari, ibu kinan seperti biasa memasang wajah ramah, terlebih pada Marvin yang sejak kecil sering bertandang ke rumahnya, jika orang tua Marvin sedang tugas di luar kota.

"Papa dan Mama baik, Pak Bayu. Mereka juga titip salam. Mumpung saya di pindah tugas di kota ini sama Papa, jadi ya mereka titip salam. Mama dan Papa bilang, mereka akan main kemari kapan-kapan," jawab Marvin tersenyum.

Baik Bayu maupun Cici saling pandang, terlihat sedang ada yang disembunyikan.

"Istrinya mana? Kok nggak diajak?" tanya Cici kemudian, merasa penasaran akan kedatangan Marvin yang hanya seorang diri.

"Atika tidak bisa berhenti dari pekerjaannya secara mendadak, Bu. Jadi ya, terpaksa kami jauh-jauhan dulu. Papa dan Mama juga sudah menjaga Tika disana. Jadi, saya lebih tenang," jawab Marvin.

Seperti tombak yang menembus jantung Kinanti yang berdiri di balik tirai pemisah, antara ruang tamu dan ruang tengah. Sesederhana itu rumah keluarga Bayu. Tak mewah, namun memiliki kehangatan yang bahkan sanggup membuat Marvin terkadang iri.

"Oh gitu. Ya, yang penting kalian tetap saling percaya dan setia," timpal Bayu.

"Oh ya, gimana kabar dek Dimas dan Kinanti?" tanya Marvin tiba-tiba. Sejak tadi, Marvin tidak melihat Kinan dan adiknya sama sekali.

Bayu dan Cici saling pandang, merasa tak nyaman ketika Marvin menyebut nama Kinanti. Bahkan sejak penolakan Marvin lima tahun lalu, Kinan tidak pernah dekat dengan lelaki, seolah menutup pintu hatinya untuk lelaki mana pun.

Meski berkali-kali lipat Bayu mengingatkan, dan berusaha untuk membesarkan hati putrinya, namun tetap saja Kinan tidak bisa move on dari masa lalunya, termasuk Marvin.

"Dimas ada kegiatan basket di kampusnya," Cici menjeda kalimatnya, sebelum ia kembali melanjutkan, "Kinanti ada di dalam. Sepertinya sebentar lagi dia mau berangkat kerja."

Dan Kinanti tidak tahu lagi, bagaimana caranya agar ia tak melewati ruang tamu, sebab tak ingin bertemu dengan Marvin. Bertemu dengan Marvin, sama artinya dengan bunuh diri. Kinan tidak ingin semua berakhir kacau. Lima tahun sudah cukup bagi Kinan, untuk menegaskan putusnya hubungan pertemanan dirinya dengan Marvin.

Andau dulu Marvin tak memberi harapan.

Maka, sebuah ide muncul, Kinanti segera menuju ke pintu belakang, dan menuju ke halaman depan melewati lorong samping rumah untuk mengambil motornya. Mungkin pergi tanpa suara layaknya maling, adalah sesuatu yang tepat.

Sialnya, Ayah memergoki Kinanti yang tengah mendorong sepeda menuju pintu pagar depan. Sungguh naas nasib Kinanti kali ini.

"Kinan, mau kerja kok nggak pamit? Sini sebentar, ada nak Marvin tanyain kamu," suara Bayu, sumpah demi tuhan, Kinan ingin rasanya marah saat itu juga pada Ayah. Harusnya Bayu tahu, dan menjaga perasaan Kinan, bukan justru memanggil Kinan dan menghadapkannya pada lelaki itu. Sejak awal Ayah pun sudah tahu tentang permasalahan Kinan dan Marvin.

Maka, dengan keterpaksaan Kinan berhenti dan masuk dengan wajah setengah marah.

Bukan sengaja bagi seorang Ayah ingin memojokkan hati putrinya. Hanya saja, Bayu ingin dengan begini, Kinan bisa bersikap biasa saja dan tak menunjukkan tentang lukanya dari masa lalu, hingga sekarang ini yang masih membekas.

"Salam dulu sama nak Marvin, Kinan. Jauh-jauh datang untuk silaturahmi, mari disambut dengan baik," ucap Cici.

Ini lagi. Kenapa ibu ikutan Ayah belain ini orang sih? Sebel!!!

Seru Kinanti dalam hati.

Marvin tersenyum manis, seraya mengulurkan tangannya, dan Kinan segera menjabatnya. Hanya sekilas, nyatanya getaran itu masih sama seperti hari ini.

"Kinan, apa kabar?" tanya Marvin seraya mengulas senyum.

"Baik. Maaf, saya harus berangkat kerja," jawab Kinan seraya menatap kedua orang tuanya penuh permohonan.

"Ya sudah, hati-hati di jalan, Kinan. Bapak pesan, nanti sore segera pulang, jangan mampir kemana-mana. Dimas biar tidak sendirian di rumah, Ibu dan Ayah ada acara nanti sore sampai malam," pinta Cici menasihati.

"Iya, Bu. Kinan pamit," jawab Kinan, tanpa sudi menatap sedikitpun ke arah Marvin. Marvin sendiri merasa bersalah pada gadis itu hingga kini.

"Maaf, Kinan memang begitu selama beberapa tahun terakhir. Dia selalu dingin pada orang-orang sekitar yang tak benar-benar mengenalnya. Ayo nak Marvin, silahkan diminum tehnya," ujar Bayu dengan senyum hangat.

"Terima kasih, Pak. Saya mengerti," jawab Marvin. Lelaki itu dilanda gelisah dan perasaan tak nyaman. Ada sebuah rasa penasaran, tentang kehidupan Kinan selepas ia berpisah dengan gadis itu.

Marvin masih ingat betul, bahwa dulu Kinan adalah gadis polos yang selalu baik, terbuka pada semua orang dan selalu ceria.

Apa mungkin perubahan Kinan karena aku?

Bisik hati Marvin.

**

Terpopuler

Comments

Arya akhtar

Arya akhtar

q hadir Thor

2023-03-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!