Sistem Kekayaan Paranormal

Sistem Kekayaan Paranormal

Sampah Sekolah

Hai kak, selamat datang di Sistem Kekayaan Paranormal!

Novel ini berisi kisah perjalanan Julian menjadi paranormal muda dengan bantuan sistem ya! Jangan keki, Julian tidak akan lelaku puasa mutih atau pati geni di sini. Jangan tegang-tegang, ini bukan horor thriller … ini cuma horor komedi. Ini bukan soal kaya karena pesugihan, ini kaya karena sistem!

Well, semboyan kita hari ini masih sama dengan kemarin yak : Safety first than go wild!

*

*

*

Julian berlari mengejar gadis yang akan meninggalkan sekolah untuk merayakan kelulusan. Langkah kakinya tanpa keraguan, tapi suara yang keluar dari mulutnya terdengar tak yakin ketika memanggil. “Putri …!”

Gadis yang dipanggil Julian menghentikan langkahnya. Namanya bukan Putri, tapi ia tahu kalau salah satu teman sekelasnya selalu memanggilnya seperti itu. Ia tidak perlu berbalik untuk memastikan siapa yang mengejarnya. Pemuda itu pasti Julian, anak miskin yang menganggapnya princess dari negeri dongeng.

Ya ampun, itu bukan salah Julian sepenuhnya! Marsha memang cantik seperti tokoh dari negeri asing. Marsha seperti bidadari, seperti elf atau seperti barbie yang kecantikannya tidak umum ada di bumi. Setidaknya itu pendapat pribadi Julian.

Whatever, bagi Julian … Marsha adalah seorang princess dan layak dipanggil putri. Marsha yang disukainya dari sejak kelas 10 tanpa pernah berani mendekati. Marsha yang … pokoknya Julian ingin menyatakan perasaannya hari ini. Hari terakhir mereka ada di sekolah yang sama.

“Beb … kamu dicari sama si dekil, tuh! Mau diajak ngamen buat rayakan kelulusan kayaknya!” Riena menyenggol bahu Marsha sambil terkikik meledek.

Marsha menjawab tanpa menoleh, “Ada apa, Julian?”

“Beb, ngapain sih kamu ngeladenin cowok termiskin di dunia ini?” protes Riena. “Gede kepala dia nanti.”

“Riena bener, Sha! Jangan buang waktu untuk Julian, kita sudah ditunggu Yoga sama yang lain tuh di depan!” tunjuk Lila pada beberapa pemuda yang sudah berdiri di samping mobil masing-masing. Siap berangkat merayakan kelulusan.

Riena kembali memprovokasi, “Beb … masa kamu mau gaul sama orang miskin, sih! Apa kata orang nanti? Gimana kalau ada yang diam-diam ambil foto kamu lagi ngobrol sama sampah ini? Hancur reputasi kamu sebagai lady most wanted di sekolah ini, Marsha!”

Lila menambahi, “Semua orang tahu kalau Julian masuk sekolah ini karena yayasan memberikan jatah satu kursi tiap tahun untuk panti asuhan tempat dia tinggal!”

Marsha mengangkat tangan, menghentikan olok-olok kedua sahabatnya. “Biarkan dia bicara sebentar!”

“Sha, kamu serius? Sampah sekolah satu ini kalau tidak salah adalah yatim-piatu di panti asuhannya, ah ya … jangan-jangan dia anak haram yang dibuang emaknya!” sahut Lila sarkastik.

Tanpa memperdulikan kedua sahabatnya, Marsha kembali bertanya pada Julian. “Ada perlu apa, Julian?”

Julian tersenyum kecut ketika menatap gadis yang dipujanya selama tiga tahun berdiri tak jauh darinya. Marsha tidak begitu ramah padanya, apalagi kedua sahabatnya. Dan Julian sudah terbiasa dengan hal seperti itu.

Bukan hanya tiga gadis yang sedang berdiri di depannya, tapi semua anak yang bersekolah di sana memang tak ada yang ramah padanya. Semua merendahkan status dan kemiskinannya. Julian hanya dianggap sampah ‘berotak’ karena cukup pintar di sekolah.

Namun, pintar bukanlah ukuran di sekolah yang dihuni oleh kaum hedon. Siapa yang kaya itulah yang punya kuasa dalam pergaulan siswa. Kelayakan dalam sistem sosial dinilai dari seberapa borjuis orang tuamu dan gaya hidupmu!

“Putri … mungkin ini akan terdengar konyol. Aku minta maaf harus mengatakan ini, sejujurnya aku suka kamu dari sejak kelas 10,” ucap Julian dengan bibir bergetar. Lega, itulah yang dirasakan Julian. Setidaknya, beban perasaannya terangkat setelah diungkapkan.

Kedua sahabat Marsha terbahak-bahak memegangi perut, mereka menggelengkan kepala karena geli melihat Julian yang bodoh. Lila spontan bertanya sinis pada Julian, “Panti asuhan tidak memiliki cermin ya? Kamu itu cuma pengamen jalanan loh!”

Reina menyahut sarkas, “Ngaca! Ngaca woi! L.O.L!”

Marsha mendiamkan dua sahabatnya dengan satu gerakan tangan. “Thanks, tapi aku sudah punya pacar, Julian! Maaf ….”

Julian mengangguk, ia memang tak pernah bermimpi menjadikan Marsha pacarnya. Ia sadar tak memiliki apa-apa untuk bersaing dengan Yoga, idola sekolah yang kaya raya. Julian hanya ingin mengungkapkan cinta, tidak lebih.

Dari belakang Marsha, Yoga datang dengan dua temannya. Mereka menghampiri Julian. Yoga mendorong dada Julian kasar, “Kamu nembak pacarku? Kamu itu cuma sampah sekolah, jangan mimpi bisa dapetin Marsha. Sadar diri, Bro! Jangan bertingkah tolol dengan mempermalukan diri sendiri.”

Marsha menarik tangan Yoga untuk menjauhi Julian, “Yoga, sudah! Kita pergi sekarang aja, jangan buat keributan di hari kelulusan! Moodku sudah hampir hilang ini.”

Reina berseru, “Ayo deh! Time to party! Ngapain juga ngurusin si miskin satu ini? Buang-buang energi!”

“Poor you, Boy!” ujar Lila terkekeh, ekspresinya terlihat jijik ketika melihat Julian. “Bye bye, Pengamen Jalanan!”

Julian hanya diam, menatap hampa kepergian Marsha dan Don Juan sekolahnya. Ia tidak sakit hati Marsha menolaknya, ia memang tak layak untuk gadis kaya yang ia kagumi kecantikannya itu. Marsha lebih pantas bersama Yoga.

Soal hinaan dan bullying di sekolah, bisa dibilang Julian kenyang dan sudah terbiasa. Julian tidak bisa mengingkari fakta kalau ia miskin, tak punya orang tua dan hanya tinggal di panti asuhan. Pulang sekolah harus mengamen di jalan untuk tambahan uang jajan.

Keberadaan Julian di international school tersebut karena sebuah undangan dari yayasan yang peduli dengan pendidikan kaum miskin. Satu kursi tiap tahun untuk anak panti tempat Julian tinggal. Dan Julian adalah salah satu anak panti yang beruntung bisa mengenyam pendidikan gratis di SMA favorit itu.

Tapi fakta sebenarnya, Julian justru menjadi siswa paling malang nasibnya selama bersekolah di sana. Ia dianggap sebagai 'aib' karena berada di tempat pendidikan yang bukan milik kastanya. Sebagian lain menganggapnya sebagai ‘sampah’ pintar yang bisa berjalan. Banyak juga yang memperlakukannya seperti 'keset', yang disediakan sekolah khusus untuk diinjak.

***

Terpopuler

Comments

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

nyimak

2024-09-09

0

Sintia Wati

Sintia Wati

baru baca nih, dri kmrin2 pngn bca tpi ga sempt🤭

2024-02-09

1

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

setidaknya sikap marsha gak buruk 2 amat meski gak baik juga 😅😅

2024-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!