Pagi hari, Julian menyapu ulang ruang praktek paranormalnya dan memasang plakat yang dibuatnya sendiri memakai bekas papan belajar yang teronggok di gudang panti karena sudah rusak.
Praktek Julian sementara dibuka sore hingga malam hari saja karena Julian masih harus mengamen saat siang. Tujuan Julian mengamen bukan hanya untuk mencari uang, tapi untuk mencari informasi keberadaan ibunya.
Bermodal foto usang ibunya, Julian berpamitan pada Bu Rosidah untuk mengamen di terminal. Sebelumnya, Julian tidak pernah pergi jauh ketika mengamen. Hal itu karena Bu Rosidah terlalu mengkhawatirkannya.
Namun, Julian kini sudah dewasa, ia harus belajar menentukan arah hidupnya sendiri. Maka dari itu, Julian menenteng gitarnya menuju lokasi baru dengan harapan setinggi angkasa. Terminal adalah tempat harapan dimana Julian bisa bertemu banyak orang dari berbagai daerah untuk ditanyai.
Di dalam terminal yang padat, Julian bernyanyi dari satu bus ke bus lain. Ia tak segan meminta izin pada sopir atau kondektur agar diperbolehkan mencari rezeki ketika bus kota sedang menunggu penumpang. Setiap selesai bernyanyi, Julian mengulurkan topi kepada penumpang, berharap ada yang memberikan uang receh padanya sebagai imbalan.
Setiap mendapatkan kesempatan, Julian memperlihatkan sebuah foto hitam putih miliknya sambil bertanya sopan.
“Mohon maaf, mau tanya … pernah lihat orang dalam foto ini, Kak?” tanya Julian pada seorang wanita yang berpenampilan seperti pekerja kantoran.
Wanita itu memperhatikan seksama foto di tangan Julian, “Kayaknya nggak pernah kenal atau lihat, maaf!”
“Oh iya kak, tidak apa-apa. Terima kasih!” ujar Julian ramah. Hal tersebut diulanginya tanpa lelah tanpa putus asa.
Tiba-tiba, di sela-sela acara mengamen, Julian mendengar suara sistem dari dalam kepalanya.
DING!!!
[Misi 2 : Menyelamatkan seorang ibu yang akan menjadi korban gendam harta benda. Waktu untuk menyelesaikan misi : 5 menit.]
Julian langsung memperhatikan seluruh penumpang wanita dalam bus. Ia lalu mendatangi wanita yang duduk di kursi paling belakang. Menyapa seorang ibu muda yang sedang melepas gelang emas dan siap diberikan pada sosok laki-laki setengah baya.
“Stop! Jangan berikan gelang itu pada orang yang tidak ibu kenal!” Julian yang muncul di dekat pria yang sedang melancarkan gendam langsung menarik perhatian si ibu calon korban. Tangan wanita itu tidak jadi memberikan perhiasan yang sudah dilepas karena ditahan Julian. Sentuhan ringan Julian menghantarkan gelombang kejut kecil yang membawanya pada kesadaran.
“Tapi aku harus menyerahkan uang dan perhiasan pada bapak ini karena sudah diberi hadiah!” Si Ibu menunjuk kantong plastik kecil berisi gorengan di tangan kirinya. Terlihat bingung dan menatap nanar pada pria paruh baya yang secepat kilat turun dari bus.
“Simpan lagi perhiasan ibu,” kata Julian sembari tersenyum. “Hati-hati di jalan, Bu! Kalau bisa jangan mengundang orang jahat dengan memakai perhiasan ketika melakukan perjalanan.”
Wanita yang ditolong Julian mengangguk, baru sadar sepenuhnya kalau hendak dijadikan target gendam. “Terima kasih banyak ya, Mas!”
Julian hanya membalas dengan anggukan ringan dan segera turun dari bus. Ia ingin mengejar pria tukang gendam, tapi sayang kehilangan jejak karena banyaknya orang lalu lalang yang menutupi pandangan.
[Misi 2 berhasil. Hadiah uang lima juta rupiah telah dikirim ke rekening Tuan.]
Julian menyeringai gembira mendengar jumlah uang yang sudah ditransfer sistem ke dalam rekeningnya. Ia pun meninggalkan terminal karena hari hampir sore. Meski tidak mendapatkan informasi apapun tentang ibunya, setidaknya ia memiliki uang makan yang cukup banyak. Tidak ada yang sia-sia dari perjuangannya menghabiskan suara dan tenaga di terminal sepanjang siang.
Okelah, kayaknya cukup hari ini! Aku masih harus mempersiapkan diri untuk pekerjaan selanjutnya. Kira-kira aku pakai baju apa ya nanti di ruang praktek? Setelan hitam khas dukun atau bergaya kasual seperti biasanya?
Julian terkekeh membayangkan dirinya memakai udeng Jawa, memegang keris lalu membakar kemenyan seperti dukun yang ia lihat di film ketika menerima pasien.
Dengan senyum sinting, Julian menggosok pipinya. Ia adalah paranormal sistem, dukun muda milenial yang tidak butuh dupa atau kemenyan. Julian akhirnya memutuskan tidak akan memakai kostum tersebut, ia memilih berdandan seperti biasanya. Kasual dan bertopi.
Julian memutus lamunannya ketika turun dari bus yang membawanya pulang. Ia melangkah penuh semangat ke panti yang jaraknya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Siapa sangka, Julian sudah ditunggu seorang ibu di ruang prakteknya yang baru dibuka oleh Bu Rosidah?
Setelah mandi kilat, Julian menemui tamu pertamanya. Gayanya masih canggung ketika menyapa dan berbasa-basi dengan Bu Anna, tetangganya yang ternyata butuh bantuan.
“Mas Julian kalau memang ada waktu ayo ke warung sembako saya, tolong dilihatkan ada masalah gaib apa kok warung saya seret sekali penjualannya? Biasanya jam segini saya udah pegang uang penjualan satu setengah juta … ini seratus ribu aja belum, Mas!”
“Sudah berapa lama perubahan itu terjadi, Bu?” tanya Julian antusias. Sungguh ia masih bingung harus bagaimana menangani hal tersebut tanpa bantuan sistem. Dunia mistis adalah sesuatu yang baru baginya.
“Sudah seminggu, Mas! Ayo dilihat dulu, saya mulai stress ini. Pusing memikirkan utang barang yang jatuh tempo tapi belum laku!” keluh Bu Anna dengan ekspresi tak berdaya.
“Baiklah, kita kesana sekarang! Saya coba lihat dulu situasinya ….” Julian mengangguk yakin, mulai menunjukkan rasa percaya diri meski belum tau apa yang harus dikerjakan di warung tetangganya itu. Ia berdiri setelah mendengar suara bel berbunyi dalam kepalanya. Julian menyimak suara Mbah Jambrong tanpa bertanya agar tidak dianggap gila oleh Bu Anna karena berbicara sendiri.
DING!!!
[Misi 3 : Membersihkan debu gaib penutup usaha dengan air berenergi supranatural. Waktu untuk menyelesaikan misi : 40 menit.]
Julian reflek mengikuti langkah Bu Anna. Warung sembako tujuan mereka memang tidak begitu jauh dari panti, sehingga Julian sudah berdiri di depan warung lima menit kemudian.
[Waktu untuk menyelesaikan misi 34 menit 15 detik.]
“Bu … saya butuh air mineral satu botol!” pinta Julian.
Air mineral yang diberikan Bu Anna dialiri energi supranatural oleh Julian. Setelah itu ia memercikkan air tersebut di halaman, terus berjalan ke depan sampai batas pagar jalan.
Julian melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan dukun itu hanya berdasarkan naluri. Kemampuan supranaturalnya masih sangat rendah, tapi Julian tadi bisa merasakan adanya energi yang mengalir dari telapak tangannya ke dalam air. Hal itulah yang membuat Julian yakin kalau sistem di dalam tubuhnya memang bekerja dengan semestinya.
Julian bahkan bisa merasakan kalau energi supranaturalnya berpusat di tulang ekor. Ia cukup mengatur lewat pikiran ketika akan menggunakannya. Energi tersebut bisa dialirkan dengan mudah ke tangan, kaki, mata atau ke bagian tubuh lain sesuai keinginan Julian.
Tak lama, hawa tidak enak yang sebelumnya terasa memayungi rumah Bu Anna memudar dan perlahan menghilang. Julian bisa merasakan tempat itu lebih nyaman karena tidak ada lagi energi negatif yang berkeliaran. Air dalam botol pun telah habis digunakan untuk menyiram halaman.
[Misi 3 berhasil. Hadiah uang sepuluh juta rupiah telah dikirim ke rekening Tuan.]
Julian baru saja hendak mengucapkan terima kasih pada Mbah Jambrong ketika mendengar suara seorang pria menyapanya.
“Loh … kamu bukannya Julian anaknya Bu Rosidah?” tanya Pak Anam, pemilik warung sembako pojok kampung yang kebetulan lewat depan rumah Bu Anna. “Apa yang kamu lakukan di sini, Jul?”
“Saya sedang membantu Bu Anna bersih-bersih warung, Pak!” jawab Julian sambil mengacungkan botol kosong, lalu membuangnya ke tempat sampah.
Pak Anam menatap Julian dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik. “Aku lihat tadi gayamu kayak dukun aja pakai nyiprat-nyiprat air ke halaman! Secara tidak langsung kamu itu menunjukkan kalau warung Bu Anna ada yang menutup, padahal sepi bisa saja karena harganya mahal!”
Julian hanya tersenyum menanggapi Pak Anam yang berbicara dengan nada tidak menyenangkan. Lagi pula dari mana Pak Anam tau kalau yang sedang ditangani Julian adalah masalah sepinya warung? Bukankah tadi Julian hanya mengatakan kalau ia sedang membantu bersih-bersih Bu Anna?
Tidak ingin berdebat apalagi terlihat seperti seorang paranormal di depan Pak Anam, Julian pamit pada Bu Anna. Ia berterima kasih karena mendapatkan uang saku sebesar lima puluh ribu rupiah.
Berhubung hari belum malam, Julian tidak langsung pulang. Ia pergi ke rumah sahabatnya, Topan. Ada rencana yang ingin dibicarakan Julian, yaitu mengajak Topan mencari peruntungan dengan bernyanyi di kafe setiap weekend.
Selain untuk uang dan informasi, Julian sengaja menantang kemampuan dirinya bernyanyi di tempat yang lebih elegan, dan tentu saja untuk mencari relasi. Siapa tahu ada orang kaya yang mau menggunakan jasa paranormalnya untuk membuat penglaris misalnya?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Hulatus Sundusiyah
curiga ni sama pa anam
2024-10-03
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
pokoknya sampai ada yang ngiri dengan kemampuan nyanyi dan main gitar mu ya Julian 😁
2024-01-26
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
ooohh.. pak anam kayanya biang kerok nya 😅
2024-01-26
1