Dia Bukan Untukku
“ Bukankah kamu sift malam?”, tanya Beni bingung sambil menunjuk ke arah Airin yang dilihatnya berada di studio pagi ini.
“Aku bertukar dengan Siska, ia mendadak ada acara, jadi ku handle tugasnya sebagai program director”, jawab Airin lalu ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke ruangannya di bagian produksi. Baru saja ia duduk dan melepaskan jaket juga tasnya, seorang wanita berdiri tepat di belakangnya dan menatap Airin tajam.
“Sangat menyebalkan ketika aku tahu kamu masuk pagi ini dari orang lain”, ucap Bianca pada Airin sambil membawa tumpukkan kertas di tangannya, seluruh orang di studio mengetahui bahwa Airin dan Bianca bersahabat sejak mereka pertama kali menginjakkan kakinya untuk melamar pekerjaan di studio ini.
“Jangan ganggu aku dan bekerjalah, aku ingin segera pulang agar bisa pergi bersama Billy”, balas Airin sambil menopang kedua dagunya dan membayangkan kekasihnya. Bianca menyingkirkan apapun yang sedang dipegang oleh Airin dan menariknya pergi bersamanya.
“Bantu aku terlebih dahulu mengisi voice over, Pak Beni memintaku menyerahkannya jam sepuluh pagi ini”, rengek Bianca pada Airin yang sedang mempersiapkan diri untuk mengerjakan tugasnya.
“Kerjakanlah sendiri, aku harus mengerjakan banyak hal bodoh” tolak Airin dengan sedikit mengejek namun Bianca tak peduli, ia terus saja menarik tangan Airin dan tak melepaskannya, mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan “Voice Over Room” dimana hanya ada Bianca dan juga Airin didalamnya.
“Kalau aku melakukannya bersama mu maka semuanya akan cepat selesai, kamu pengisi suara terbaik di studio ini Airin. Bantulah sahabatmu yang bodoh ini”, pinta Bianca pada Airin sambil sedikit merengek seperti anak kecil. Ditolakpun percuma saja, Airin tak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan sahabatnya itu.
Pengisian suara cukup cepat dilakukan, beberapa iklan yang akan ditayangkan di tv pada akhirnya selesai kurang dari setengah jam. Bianca mengeditnya sedikit lalu menyerahkannya pada Pak Beni.
“Sudahlah aku harus mengerjakan bagianku”, seru Airin berjalan keluar dari ruang vo.
Waktu berlalu degan cepat, dua program acara telah selesai. Kini Airin sangat sibuk dengan mengedit naskah untuk acara di Tim 3, timnya sendiri. Tiba tiba sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselnya, maksud hati tak ingin menghiraukannya namun pesan itu datang lagi dan lagi yang berhasil mengalihkan perhatiannya.
Billy : [ Sepertinya aku sedikit terlambat dan tak bisa menjemputmu. Bisakah kamu pergi sendiri ke restauran itu? ]
Airin : [ Tak perlu memaksakan diri kalau tak bisa. Jika terlalu malam, kita batalkan saja dan ganti lain waktu ] balas Airin dengan wajah sedikit kecewa namun masih berharap.
Billy : [ Jika ku batalkan namun kita bertemu di apartemenmu bagaimana? ]
Airin : [ Ok, See you there ]
Billy : [ See you soon. Love you]
Sinar matahari mulai padam dan terbenam seutuhnya pukul enam sore, waktu bagi Airin untuk pulang dan melanjutkan pekerjaannya esok hari, mengingat Billy akan datang ke apartemen miliknya, ia segera membersihkan dirinya dan juga rumahnya serta mulai memasak untuk makan malam mereka berdua. Setelah segalanya terlihat rapi dan bersih, Airin meluruskan kedua kakinya dan bersantai sambil menunggu Biily datang, meski sedikit lama namun Airin tetap menunggu ditemani ponselnya yang ia mainkan.
Tepat pukul delapan malam, suara pintu terbuka, Billy masuk begitu saja ke dalam rumah Airin karena ia mengetahui kata sandinya, Billy datang bersama dua kantung keresek ditangannya. Seorang pria tinggi tegak kini berada di hadapannya.
“Apa yang kamu bawa?”, tanya Airin berjalan mendekat pada Billy, membantunya membawakan dua kantung keresek di tanggannya.
“Ayam, pizza dan juga bir lalu minuman beralkohol lainnya”, jawab Billy
“Kamu sudah makan?”, sambungnya
“Sudah, namun untuk ayam dan juga pizza akan selalu ada ruang didalam perutku”, jawabnya singkat sambil memegang lemak pada perutnya yang tertutup kaos putih yang dikenakannya, wajahnya yang terlihat tak sabar membuka ayam dan juga pizza yang menjadi menu favoritnya, ditambah bir dan juga minuman beralkohol yang sangat serasi dengan makanannya.
Mereka berdua melewati malam bersama sama, Airin masih terus terjaga bahkan meski ia mulai mabuk sekalipun akibat bir dan juga alkohol yang telah dimunumnya. Mengingat bahwa besok Airin sift malam, Billy bisa lebih lama menemani Airin di apartemen milik kekasihnya itu. Namun ia tak bisa lagi berlama lama karena ia pun sudah mulai mabuk, tak mungkin ia menyetir dalam keadaan mabuk atau sesuatu yang buruk akan terjadi.
“Sudah hampir jam dua Airin, aku harus pulang”, ucap Billy lembut pada Airin yang masih berusaha meneguk segelas alkohol yang telah habis itu.
“Ah.. Tidak, jangan tinggalkan aku. Menginaplah disini”, rengek Airin sambil memegangi tangan Billy yang berdiri dan hendak mengambil jaket miliknya.
“Besok aku harus bekerja, tak mungkin juga aku menginap sayang”, balasnya lalu mencium kening Airin yang telah mabuk sepenuhnya. Airin masih tetap memegangi Billy bahkan ia berdiri lalu memeluk kekasihnya itu agar tak pergi meninggalkannya, sambil terus merengek agar tak ditinggalkan Airin terus mendekap Billy.
“Akan sangat berbahaya jika aku menginap Airin, hal buruk akan terjadi padamu”, bisiknya yang membuat Airin kegelian dan menarik langkahnya sedikit menjauh.
“Takkan ada yang terjadi padaku. Jadi tinggallah lebih lama”, pinta Airin dengan terus berusaha mempertahankan kesadarannya disaat ia mabuk sepenuhnya, wajah Airin yang seperti orang linglung sangat menggemaskan di hadapan Billy, bahkan untuk berdiri saja sulit baginya karena dibawah pengaruh alkohol.
“Aku adalah pria yang pemalu Airin, kamu tahu itu. Namun bersamamu aku mungkin dapat melewati batasanku” seru Billy menatap tajam Airin dan langsung mengecup bibir Airin dengan lembut. Maksud hati benar benar melakukannya dengan lembut namun Billy pun sedikit dikuasai alkohol, membuatnya mencium Airin dengan sedikit lebih rakus.
Billy memapah Airin masuk ke dalam kamarnya dan menidurkannya di kasur, ia sadar bahwa dirinya hampir saja melewati batasannya. Billy menyelimuti Airin lalu mematikan lampu kamarnya, segera ia pergi dari apartemen Airin sebelum benda kecil dalam dirinya bangkit dan berdiri dengan tegak.
“Sial, aku benar benar harus pergi dari tempat ini, dia selalu saja seperti ini saat mabuk”, gerutunya kesal karena ia tak bisa melakukan apa yang diinginkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Rosee
nama kita sama wkwkw
2023-04-25
0
レイREI
keren
2023-03-31
0
sudah mampir nih. Sekalian boleh minta folback nya agar bisa berteman
2023-03-27
1