Hari ini sama seperti hari hari sebelumnya, Tak hanya Bianca yang mendapati Airin mimisan, beberapa rekan kerjanya juga Pak Beni atasannya sering melihat Airin mimisan dan pusing seketika, semakin lama Airin semakin terlihat sangat pucat, vitamin dan juga waktu tidurnya sudah ia tambahi namun semuanya itu tak bereaksi terhadap Airin yang masih saja mimisan dan pingsan.
Beruntung hari ini adalah jatah libur bagi Airin, jadi ia bisa bangun lebih siang dari sebelumnya. Maksud hati ingin bermalas malasan, namun suara bel rumah yang terus berbunyi sedikit mengganggunya, membuatnya bangun dari ranjang yang terasa sangat nyaman dan membukakan pintunya.
“Bukankah ini terlalu dini untuk berkunjung ke rumah orang lain?”, tanya Airin yang melihat Bianca berdiri didepan pintu rumahnya, tanpa banyak berucap Bianca menerobos masuk dan duduk di sofa untuk sedikit meregangkan tubuhnya.
“Kamu gila? Ini jam sembilan pagi, apakah masih terlalu dini bagi mu tuan puteri?”, sindir Bianca yang melihat sikap sahabatnya yang selalu bangun siang ketika ia libur bekerja. Airin diam sana dan duduk di samping Bianca, tak biasanya Bianca berkunjung ke rumahnya sepagi ini.
“Bersiaplah. Kita akan menjalani tes kesehatan di salah satu rumah sakit. Aku sudah membuatkan jadwal untukmu, jadi lebih baik bersiaplah”, ujar Bianca pada Airin.Bianca sudah tak ingin lagi mendengar alasan apapun yang keluar dari mulut sahabatnya itu, sudah hampir satu minggu Airin selalu memiliki alasan agar ia tak pergi ke dokter dan memeriksakan dirinya, kini Bianca datang masuk ke dalam rumah Airin dan menariknya seara paksa.
Dalam sebuah rumah sakit, Airin sedang menjalani sebuah pemeriksaan dan ditemani oleh Bianca sahabatnya, kedua kakinya yang tak bisa diam dan juga terus memainkan jemarinya menandakan bahwa Airin sedikit khawatir dengan hasil pemeriksaannya. Ia masih berharap bahwa dirinya baik baik saja , namun Airin juga tak dapat memungkiri bahwa dirinya yang sering pingsan juga mimisan berkali kali tidak sedang dalam keadaan baik baik saja.
“Hasil pemeriksaan bisa diambil minggu depan. Untuk saat ini saya tak bisa memastikannya, Namun kemungkinan besar ini adalah Leukimia atau kanker darah”, ucap dokter mencoba menyimpulkan apa yang ia ketahui.
“Namun untuk memastikannya datanglah minggu depan”, sambung dokter itu.
Seakan jantung Aiirn berhenti berdetak ketika dokter mengatakan kanker darah, Airin sungguh terkejut, bahkan tubuhnya pun seperti mematung. Mereka berdua keluar dari ruangan dokter dan melangkah keluar dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan Airin dan Bianca tak erbicara satu dengan yang lainnya. Bianda merasa sedikit bersalah karena mengantar Airin ke dokter dan mengetahui kabar buruk itu meski belum pasti, Airin yang terus menatap ke luar jendela mobil mencoba menenangkan dirinya dan berusaha untuk tak memikirkan ucapan dokter yang belum pasti itu.
“Apapun yang akan terjadi nantinya, bagaimanapun hasilnya, aku akan ada disampingmu Rin”, ucap Bianca menggenggam tangan Airin yang terlihat takut dan juga khawatir.
“Aku tak apa Bi, dokter mengatakan segalanya belum pasti, dokter itu pasti salah. Aku baik baik saja dan akan terus seperti itu hingga hasil darahnya keluar”, balas Airin yang mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Sejak saat itu rasa pusinng dan juga mimisan masih terus terjadi pada Airin, di tempat kerja, ketika diapartemen bahkan ketika ia sedang makan malam bersama Billy pun pusing dan mimisan masih ia rasakan. Malam ini Billy mengajak Airin pergi makan malam bersama, beruntung waktu longgar mereka sama jadi mereka berdua dapat bertemu lebih lama dan melepas rindu berdua, mengingat beberapa hari yang lalu acara makan malam mereka batal karena Billy memiliki pekerjaan yang belum selesai.
Di dalam kamar Airin menatap dirinya di cermin sambil memperhatikan penampilannya awas awas jika ada yang kurang dari dirinya, memoles wajahnya di daerah yang masih terlihat kurang lalu kembali lagi bercermin memperhatikan penampilannya dari atas sampai kebawah.
“Sepertinya ini cukup untuk malam ini”, ucapnya dengan terus menatap dirinya di cermin.
Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya, Billy telah datang dan menunggu di bawah, dengan berbalutkan dress hitam, Airin mengambil ponsel juga tasnya lalu mantel yang sudah ia siapkan dengan warna yang senada dengan dress yang ia gunakan. Dari dalam mobil Billy melihat sesosok wanita cantik yang sedang berjalan menuju mobilnya, tiada hari tanpa rasa kagum yang terpancar di wajah Billy tiap kali ia melihat Airin yang berdandan dengan sangat cantik.
“Bahkan tanpa polesan apapun ia sangat cantik. Mengapa ia harus berdandan semenawan ini? Pantas saja aku tergila gila padanya”, gumamnya dalam hati samil terus menatap Airin yang berjalan semakin mendekat padanya.
“Tahukah kamu bahwa kamu terlihat sangat cantik malam ini?”, tanya Billy pada Airin yang masuk kedalam mobilnya, ia bahkan menatap Airin tanpa berkedip, menikmati kecantikan Airin hanya untuknya sendiri.
“Tahukah kamu bahwa kita akan terlambat?”, balas Airin pada Billy yang masih menatapnya kagum.
“Kita tak membuat janji dengan siaapun jadi biarkan aku menatapmu hingga aku puas”, ucap Billy yang semakin mendekatkan wajahnya pada Airin, ia menggenggam tangan Airin dan mengecup lembut tangannya sambil tersnyum manis. Setelah puas dengan menaap Airin, Billy menyalakan kembali mobilnya dan pergi ke restoran yang sedah ia reservasi sebelumnya.
Sebuah restoran yang cukup indah untuk sekedar makan malam berdua, Billy memilih tempat yang sang sangat indah dan nyaman untuk Airin, waktu terbatas yang mereka miliki tak ingin terbuang sia sia. Billy sangat merindukan kekasihnya ini.
“Bagaimana pekerjaanmu? Semuanya baik?”, tanya Billy sambil memotong daging pada piringnya.
“Sepertinya berjalan dengan baik, hanya saja ada beberapa masalah, namun aku mampu menyelesaikannya dengan baik”, balas Airin.
“Bagaimana dengan perusahaanmu?” sambung Airin menanyakan.
“Sepertinya aku akan lebih sebuk dari sebelumnya, karena perusahaan akan meluncurkan sebuah produk baru. Jadi ku pikir aku akan lebih lelah dari sebelumnya”, jawab Billy yang mengungkapkan perasaannya pada Airin.
Acara makan malam mereka berjalan dengan baik, hingga darah kembali keluar dari hidung Airin, beruntung Billy tak melihatnya.
“Aku harus kekamar mandi”, ucap Airin melangkah pergi setelah ia mengusap darah yang keluar dari hidungnya.
Darah yang keluar kali ini lebih banyak dari sebelumnya, entah sudah berapa tisu yang Airin guakan untuk membersihkan hidungnya dari darah yang keluar.
“Sial, mengapa harus saat ini ketika aku sedang bersama Billy?”, geramnya pada darah yang terus saja keluar tiada henti. Airin melihat dirinya di cermin dan mendapati wajahnya yang terlihat pucat , segera ia mengambil bedak dan sedikit memoles wajahnya agar tak terlihat pucat dimata Billy.
“Aku baik baik saja dan akan terus seperti itu”, ujarnya menatap diri pada cermin dikamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
nih iklannya ku balikin 1 doang aja hehe
2023-03-28
1