BAB 3 | Kehidupan dengan Darah

Hari ini sama seperti hari hari sebelumnya, Tak hanya Bianca yang mendapati Airin mimisan, beberapa rekan kerjanya juga Pak Beni atasannya sering melihat Airin mimisan dan pusing seketika, semakin lama Airin semakin terlihat sangat pucat, vitamin dan juga waktu tidurnya sudah ia tambahi namun semuanya itu tak bereaksi terhadap Airin yang masih saja mimisan dan pingsan.

Beruntung hari ini adalah jatah libur bagi Airin, jadi ia bisa bangun lebih siang dari sebelumnya. Maksud hati ingin bermalas malasan, namun suara bel rumah yang terus berbunyi sedikit mengganggunya, membuatnya bangun dari ranjang yang terasa sangat nyaman dan membukakan pintunya.

“Bukankah ini terlalu dini untuk berkunjung ke rumah orang lain?”, tanya Airin yang melihat Bianca berdiri didepan pintu rumahnya, tanpa banyak berucap Bianca menerobos masuk dan duduk di sofa untuk sedikit meregangkan tubuhnya.

“Kamu gila? Ini jam sembilan pagi, apakah masih terlalu dini bagi mu tuan puteri?”, sindir Bianca yang melihat sikap sahabatnya yang selalu bangun siang ketika ia libur bekerja. Airin diam sana dan duduk di samping Bianca, tak biasanya Bianca berkunjung ke rumahnya sepagi ini.

“Bersiaplah. Kita akan menjalani tes kesehatan di salah satu rumah sakit. Aku sudah membuatkan jadwal untukmu, jadi lebih baik bersiaplah”, ujar Bianca pada Airin.Bianca sudah tak ingin lagi mendengar alasan apapun yang keluar dari mulut sahabatnya itu, sudah hampir satu minggu Airin selalu memiliki alasan agar ia tak pergi ke dokter dan memeriksakan dirinya, kini Bianca datang masuk ke dalam rumah Airin dan menariknya seara paksa.

Dalam sebuah rumah sakit, Airin sedang menjalani sebuah pemeriksaan dan ditemani oleh Bianca sahabatnya, kedua kakinya yang tak bisa diam dan juga terus memainkan jemarinya menandakan bahwa Airin sedikit khawatir dengan hasil pemeriksaannya. Ia masih berharap bahwa dirinya baik baik saja , namun Airin juga tak dapat memungkiri bahwa dirinya yang sering pingsan juga mimisan berkali kali tidak sedang dalam keadaan baik baik saja.

“Hasil pemeriksaan bisa diambil minggu depan. Untuk saat ini saya tak bisa memastikannya, Namun kemungkinan besar ini adalah Leukimia atau kanker darah”, ucap dokter mencoba menyimpulkan apa yang ia ketahui.

“Namun untuk memastikannya datanglah minggu depan”, sambung dokter itu.

Seakan jantung Aiirn berhenti berdetak ketika dokter mengatakan kanker darah, Airin sungguh terkejut, bahkan tubuhnya pun seperti mematung. Mereka berdua keluar dari ruangan dokter dan melangkah keluar dari rumah sakit. Sepanjang perjalanan Airin dan Bianca tak erbicara satu dengan yang lainnya. Bianda merasa sedikit bersalah karena mengantar Airin ke dokter dan mengetahui kabar buruk itu meski belum pasti, Airin yang terus menatap ke luar jendela mobil mencoba menenangkan dirinya dan berusaha untuk tak memikirkan ucapan dokter yang belum pasti itu.

“Apapun yang akan terjadi nantinya, bagaimanapun hasilnya, aku akan ada disampingmu Rin”, ucap Bianca menggenggam tangan Airin yang terlihat takut dan juga khawatir.

“Aku tak apa Bi, dokter mengatakan segalanya belum pasti, dokter itu pasti salah. Aku baik baik saja dan akan terus seperti itu hingga hasil darahnya keluar”, balas Airin yang mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Sejak saat itu rasa pusinng dan juga mimisan masih terus terjadi pada Airin, di tempat kerja, ketika diapartemen bahkan ketika ia sedang makan malam bersama Billy pun pusing dan mimisan masih ia rasakan. Malam ini Billy mengajak Airin pergi makan malam bersama, beruntung waktu longgar mereka sama jadi mereka berdua dapat bertemu lebih lama dan melepas rindu berdua, mengingat beberapa hari yang lalu acara makan malam mereka batal karena Billy memiliki pekerjaan yang belum selesai.

Di dalam kamar Airin menatap dirinya di cermin sambil memperhatikan penampilannya awas awas jika ada yang kurang dari dirinya, memoles wajahnya di daerah yang masih terlihat kurang lalu kembali lagi bercermin memperhatikan penampilannya dari atas sampai kebawah.

“Sepertinya ini cukup untuk malam ini”, ucapnya dengan terus menatap dirinya di cermin.

Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya, Billy telah datang dan menunggu di bawah, dengan berbalutkan dress hitam, Airin mengambil ponsel juga tasnya lalu mantel yang sudah ia siapkan dengan warna yang senada dengan dress yang ia gunakan. Dari dalam mobil Billy melihat sesosok wanita cantik yang sedang berjalan menuju mobilnya, tiada hari tanpa rasa kagum yang terpancar di wajah Billy tiap kali ia melihat Airin yang berdandan dengan sangat cantik.

“Bahkan tanpa polesan apapun ia sangat cantik. Mengapa ia harus berdandan semenawan ini? Pantas saja aku tergila gila padanya”, gumamnya dalam hati samil terus menatap Airin yang berjalan semakin mendekat padanya.

“Tahukah kamu bahwa kamu terlihat sangat cantik malam ini?”, tanya Billy pada Airin yang masuk kedalam mobilnya, ia bahkan menatap Airin tanpa berkedip, menikmati kecantikan Airin hanya untuknya sendiri.

“Tahukah kamu bahwa kita akan terlambat?”, balas Airin pada Billy yang masih menatapnya kagum.

“Kita tak membuat janji dengan siaapun jadi biarkan aku menatapmu hingga aku puas”, ucap Billy yang semakin mendekatkan wajahnya pada Airin, ia menggenggam tangan Airin dan mengecup lembut tangannya sambil tersnyum manis. Setelah puas dengan menaap Airin, Billy menyalakan kembali mobilnya dan pergi ke restoran yang sedah ia reservasi sebelumnya.

Sebuah restoran yang cukup indah untuk sekedar makan malam berdua, Billy memilih tempat yang sang sangat indah dan nyaman untuk Airin, waktu terbatas yang mereka miliki tak ingin terbuang sia sia. Billy sangat merindukan kekasihnya ini.

“Bagaimana pekerjaanmu? Semuanya baik?”, tanya Billy sambil memotong daging pada piringnya.

“Sepertinya berjalan dengan baik, hanya saja ada beberapa masalah, namun aku mampu menyelesaikannya dengan baik”, balas Airin.

“Bagaimana dengan perusahaanmu?” sambung Airin menanyakan.

“Sepertinya aku akan lebih sebuk dari sebelumnya, karena perusahaan akan meluncurkan sebuah produk baru. Jadi ku pikir aku akan lebih lelah dari sebelumnya”, jawab Billy yang mengungkapkan perasaannya pada Airin.

Acara makan malam mereka berjalan dengan baik, hingga darah kembali keluar dari hidung Airin, beruntung Billy tak melihatnya.

“Aku harus kekamar mandi”, ucap Airin melangkah pergi setelah ia mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

Darah yang keluar kali ini lebih banyak dari sebelumnya, entah sudah berapa tisu yang Airin guakan untuk membersihkan hidungnya dari darah yang keluar.

“Sial, mengapa harus saat ini ketika aku sedang bersama Billy?”, geramnya pada darah yang terus saja keluar tiada henti. Airin melihat dirinya di cermin dan mendapati wajahnya yang terlihat pucat , segera ia mengambil bedak dan sedikit memoles wajahnya agar tak terlihat pucat dimata Billy.

“Aku baik baik saja dan akan terus seperti itu”, ujarnya menatap diri pada cermin dikamar mandi.

Terpopuler

Comments

nih iklannya ku balikin 1 doang aja hehe

2023-03-28

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 | Mabuk
2 BAB 2 | Darah?
3 BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4 BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5 BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6 BAB 6 | Permintaan Kencan
7 BAB 7 | Perlahan Menghilang
8 BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9 BAB 9 | Tulip Merah
10 BAB 10 | Airin dan Yuki
11 BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12 BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13 BAB 13 | Kejang
14 BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15 BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16 BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17 BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18 BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19 BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20 BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21 BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22 BAB 22 | Hari Bersamanya
23 BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24 BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25 BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26 BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27 BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28 BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29 BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30 BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31 BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32 BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33 BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34 BAB 34 | Awal Pertemanan
35 BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36 BAB 36 | Rasakan Aku
37 BAB 37 | Cemburu
38 BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39 BAB 39 | Rindu
40 BAB 40 | Bersenang Senang
41 BAB 41| Segelintir Sampah
42 BAB 42 | Melepaskan Airin?
43 BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44 BAB 44 | Rahasia Yuki
45 BAB 45 | Kenyataan Awal
46 BAB 46 | Pemeran Utama
47 BAB 47 | Pertemuan Singkat
48 BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49 BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50 BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51 BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52 BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53 BAB 53 | Langkah Awal Denis
54 BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55 BAB 55 | Sifat Asli Billy
56 BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57 BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58 BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59 BAB 59 | Luluh
60 BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61 BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62 BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63 BAB 63 | Menangis Bersamaku
64 BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65 BAB | 55 Serangan Denis
66 BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67 BAB 67 | Keseriusan Denis
68 BAB 68 | Trauma Airin
69 BAB 69 | Aku Hamil
70 BAB 70 | Zona Merah
71 BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72 BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73 BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74 BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75 BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76 BAB 76 | I Loved You
77 BAB 77 | Salah Tingkah
78 BAB 78 | Will You Marry Me?
79 BAB 79 | Undangan Pernikahan
80 BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 | Mabuk
2
BAB 2 | Darah?
3
BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4
BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5
BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6
BAB 6 | Permintaan Kencan
7
BAB 7 | Perlahan Menghilang
8
BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9
BAB 9 | Tulip Merah
10
BAB 10 | Airin dan Yuki
11
BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12
BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13
BAB 13 | Kejang
14
BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15
BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16
BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17
BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18
BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19
BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20
BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21
BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22
BAB 22 | Hari Bersamanya
23
BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24
BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25
BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26
BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27
BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28
BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29
BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30
BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31
BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32
BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33
BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34
BAB 34 | Awal Pertemanan
35
BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36
BAB 36 | Rasakan Aku
37
BAB 37 | Cemburu
38
BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39
BAB 39 | Rindu
40
BAB 40 | Bersenang Senang
41
BAB 41| Segelintir Sampah
42
BAB 42 | Melepaskan Airin?
43
BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44
BAB 44 | Rahasia Yuki
45
BAB 45 | Kenyataan Awal
46
BAB 46 | Pemeran Utama
47
BAB 47 | Pertemuan Singkat
48
BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49
BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50
BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51
BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52
BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53
BAB 53 | Langkah Awal Denis
54
BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55
BAB 55 | Sifat Asli Billy
56
BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57
BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58
BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59
BAB 59 | Luluh
60
BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61
BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62
BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63
BAB 63 | Menangis Bersamaku
64
BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65
BAB | 55 Serangan Denis
66
BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67
BAB 67 | Keseriusan Denis
68
BAB 68 | Trauma Airin
69
BAB 69 | Aku Hamil
70
BAB 70 | Zona Merah
71
BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72
BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73
BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74
BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75
BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76
BAB 76 | I Loved You
77
BAB 77 | Salah Tingkah
78
BAB 78 | Will You Marry Me?
79
BAB 79 | Undangan Pernikahan
80
BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!