BAB 2 | Darah?

Tepat pukul empat sore Airin telah bersiap pergi bekerja, bersama mobil pribadinya ia berangkat dari apartemennya menuju kantornya yang berada di Surabaya Timur, suasana macet yang cukup panjang selalu terjadi di Surabaya, bagaimana tidak, Surabaya dinobatkan sebagai kota metropolitan No 2 di Indonesia. Namun di tengah percalanan, Airin merasakan kepalanya mulai berdenyut dan perlahan sakit dikepalanya semakin terasa, bahkan darah pun ikut keluar dari hidung Airin ditengah kemacetan itu.

“Hah.. Apa ini? Darah?”, tanya Airin terkejut ketika lendir berwarna merah itu seketika turun keluar dari kedua lubang hidugnya. Airin segera mengambil tisu lalu menyeka darahnya itu dengan tisu. Perlahan sakit di kepalanya hilang dan pandangan Airin kembali normal seperti sebelumnya.

“Ada apa denganku? Mengapa mendadak aku pusing dan mimisan?”, tanya Airin bingung pada dirinya sendiri. Airin mengabaikan alarm tubuhnya dan tak menghiraukannya, ia menganggap bahwa sakit kepala dan mimisan bukan hal yang penting dan tak perlu terlalu ditanggapi olehnya. Airin bekerja seperti biasanya, ia juga harus bersiap untuk pergi ke Kantor Gubernur Jawa Timur untuk meliput sebuah rapat disana bersama timnya.

Wajahnya yang cukup pucat tertangkap basah oleh Bianca yang saat itu berpapasan dengannya ketika hendak memasuki sebuah ruangan, mungkin semua orang tak menyadari bahwa Airin sedanng tidak baik baik saja tetapi berbeda dengan Bianca, ia sangat peka pada Airin. Segera Bianca menghampiri Airin dan memastikan bahwa sahabatnya itu baik baik saja.

“You good?”, tanya Airin menatap Airin yang terlihat sedikit pucat dimatana. Pertanyaan Bianca mendapat sebuah anggukkan dari Airin yang menandakan bahwa dirinya baik baik saja, Airin melepaskan genggaman tangan Bianca dan berjalan masuk ke dalam ruangannya, sementara Bianca masih terdiam melihat sikap sahabatnya itu yang sangat terlihat tak baik baik saja di matanya.

Bersama dengan timnya, Airin berangkat ke Kantor Gubernur untuk meliput sebuah berita, ia yang mulai merasa tubuhnya tak baik baik saja masih mengabaikannya dan menganggap bahwa dirinya hanya membutuhkan istirahat karena terlalu lelah dalam bekerja. Dalam perjalanan ke Kantor Gubernur, kepalanya kembali terasa sakit namun kali ini tak disertai dengan mimisan, ia hanya merasakan sakit dikepalanya dan seketika Airin kehilangan kesadarannya didalam mobil, membuat kawan satu timnya panik.

“Airin!! Rin bangun”, panggil salah satu kawannya dengan panik

“Telpon kantor, minta kirim satu atau dua orang menggantikan posisi Airin, keadaannya yang seperti ini tak mungkin kita biarkan dia ikut dalam meliput berita”, seru kawan lainnya, suasana yang sebelumnya baik baik saja mendadak menjadi sedikit panik karena kejadian Airin pingsan didalam mobil secara tiba tiba.

Bianca dan salah satu crew yang menggantikan posisi Airin datang, mereka segera masuk ke dalam Kantor Gubernur dan meninggalkan Airin juga Bianca didalam mobil sambil menunggu Airin sadar kembali. Sebelumnya Bianca sudah merasa bahwa Airin sedang tak baik baik saja namun ia menutupi keadaan dirinya, dengan setia Bianca menunggu Airin hingga ia sadar kembali sementara teman satu tim Airin berada didalam untuk meliput berita.

“Rin, sudah sadar?”, tanya Bianca sambil membantu Airin duduk dengan posisi yang benar.

Airin masih tetap memegangi kepalanya masih terasa sedikit sakit dan melihat sekitar, ia tak mendapati kawan satu timnya ada bersamanya, hanya Bianca yang menemaninya kala itu disaat ia pingsan.

“Mereka semua ada didalam? Aku juga haru masuk bersama mereka”, seru Airin mencoba membuka pintu mobil untuk masuk ke dalam gedung, namun Bianca berhasil menahan Airin untuk tetap tinggal bersamanya sampai taksi yang dipesan datang.

“Tidak, kamu tetap disini bersamaku, kita kembali ke studio”, seru Bianca pada Airin dengan wajah panik bercampur kesal.

“Mana mungkin bisa ku lakukan Bi? Mereka kekurangan orang”, seru Airin masih mencoba memaksakan diri untuk masuk kedalam.

“Kantor sudah mengirimkan Siska menggantikan posisimu, sekarang kita kembali ke kantor, ini perintah Pak Beni”, seru Bianca yang terpaksa membawa nama Pak Beni, atasan mereka karena ia tahu jika aka sangat sulit membawa Airin kembali ke kantor disaat seperti ini. Mendengar Bianca membawa nama atasannya, Airin terpaksa menurut dan ikut kembali ke kantor bersama Bianca.

Airin masih sangat yakin bahwa dirinya tak apa, dalam taksi ia hanya melihat ke luar jendela dan berusaha untuk berpikir positif seperti yang selalu dilakukannya.

“Mau ku temani pergi ke dokter?”, tanya Bianca lembut pada Airin sambil menggenggam tangan sahabatnya yang terus saja memalingkan wajahnya melihat keluar jendela. Airin menggelengkan kepalanya menolak ajakan Bianca untuk memeriksakan dirinya ke dokter, keyakinan dalam dirinya sangat kuat jika ia masih baik baik saja.

“Aku hanya memerlukan istirahat yang lebih banyak. Mungkin saja aku hanya kelelahan”, jawab Airin dengan suara sengau. Bianca membiarkan Airin sendiri dan tak mengganggunya untuk sementara waktu.

Sesampainya di kantor, Airin masuk begitu saja dan meninggalkan Bianca diluar. Untuk mengalihkan pikirannya dari pemikiran yang negatif, Airin mengerjakan apapun yang dapat ia kerjakan hingga waktu baginya untuk pulang. Ketika hendak bersiap pulang, pandangannya kembali kabur dan sakit kepala menyerangnya lagi, kali ini ia kembali mimisan seperti sebelumnya, sakit kepala yang semakin terasa membuatnya tak kuat untuk berdiri dengan kedua kakinya, Airin memegangi kepalanya dan ia jatuh tersungkur ke bawah, darah pun keluar terus menerus dari hidungnya. Beruntung saat itu Bianca datang dan melihat Airin yang jatuh tersungkur menahan sakit kepalanya.

“Airin!!”, teriak Bianca memanggil nama Airin, Bianca lebih panik ketika ia melihat darah keluar dari hidungnya, kini Bianca sangat yakin bahwa Airin tidak dalam keadaan baik baik saja.

Bianca membantu Airin untuk berdiri dan duduk pada kursinya, ia juga menyeka darah yang keluar dari hidung Airin, juga yang ada di lantai. Bianca membantu Airin menenangkan dirinya sampai ia merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, meski butuh waktu namun Bianca selalu ada di sisi Airin.

“Sudah merasa lebih baik?”, tanya Bianca. Airin hanya mengangguk melihat wajah khawatir sahabatnya itu, ia tersenyum dan menatap Bianca untuk mengurangi rasa kekhawatirannya.

“Sore ini aku akan menemanimu pergi ke dokter, ikuti ucapaku. Kamu tak bisa lagi mengatakan kalau kamu hanya butuh istirahat Airin, sudah berapa kali kamu mimisan? Sudah berapa kali kamu pingsan? Amsih tak sadar juga?”, kesal Bianca pada Airin yang mengacuhkan kesehatannya.

“Aku baik baik saja, tenanglah, jika aku merasa jauh lebih buruk dari ini maka aku akan memintamu menemaniku ke dokter”, jawab Airin mencoba menenangkan Bianca yang panik juga khawatir padanya.

“Billy tahu tentang kondisimu?”, tanya Bianca lagi. Airin hanya menundukkan kepalanya lalu menggeleng, dugaan Bianca benar, ia bahkan tak mengatakannya pada Billy yang adalah kekasihnya.

Ponsel Airin berbunyi, panggilan dari Billy masuk menandakan ia sudah berada di luar kantornya, segera Airin mengemas barang barangnya lalu menggandeng Bianca turun ke bawah.

“Billy telah menjemputku. Kamu tak perlu pusing pusing mengantarku Bi, kekasihku yang akan memastikan aku aman”, ucap Airin sambil tersenyum dengan wajahnya yang sangat terlihat pucat.

“Benahi dulu penampilanmu sebelum bertemu kekasihmu, kamu terlihat seperti nenek nenek yang menyeramkan, pucat dan juga buruk rupa. Pergilah ke toilet dasar bodoh” seru Bianca melihat pada sahabatnya yang tak berpenampilan menarik.

Airin menuruti ucapan Bianca untuk pergi ke toilet dan membenahi penampilannya agar ia terlihat segar dimata kekasihnya meski sebelumnya hal buruk menimpanya. Sedang Bianca masih saja memikirkan kesehatan sahabatnya itu, maksud hati ia ingin mengatakannya secara langsung pada Billy namun ia mengurungkan niatnya, ia tak ingin terlalu ikut campur dalam urusan mereka.

Terpopuler

Comments

Andini Maulidah

Andini Maulidah

sangatlah seru banget sahabatnya sungguh peka

2024-02-11

1

bunga pertemanan sudah kuberikan

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 | Mabuk
2 BAB 2 | Darah?
3 BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4 BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5 BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6 BAB 6 | Permintaan Kencan
7 BAB 7 | Perlahan Menghilang
8 BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9 BAB 9 | Tulip Merah
10 BAB 10 | Airin dan Yuki
11 BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12 BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13 BAB 13 | Kejang
14 BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15 BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16 BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17 BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18 BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19 BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20 BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21 BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22 BAB 22 | Hari Bersamanya
23 BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24 BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25 BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26 BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27 BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28 BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29 BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30 BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31 BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32 BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33 BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34 BAB 34 | Awal Pertemanan
35 BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36 BAB 36 | Rasakan Aku
37 BAB 37 | Cemburu
38 BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39 BAB 39 | Rindu
40 BAB 40 | Bersenang Senang
41 BAB 41| Segelintir Sampah
42 BAB 42 | Melepaskan Airin?
43 BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44 BAB 44 | Rahasia Yuki
45 BAB 45 | Kenyataan Awal
46 BAB 46 | Pemeran Utama
47 BAB 47 | Pertemuan Singkat
48 BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49 BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50 BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51 BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52 BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53 BAB 53 | Langkah Awal Denis
54 BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55 BAB 55 | Sifat Asli Billy
56 BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57 BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58 BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59 BAB 59 | Luluh
60 BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61 BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62 BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63 BAB 63 | Menangis Bersamaku
64 BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65 BAB | 55 Serangan Denis
66 BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67 BAB 67 | Keseriusan Denis
68 BAB 68 | Trauma Airin
69 BAB 69 | Aku Hamil
70 BAB 70 | Zona Merah
71 BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72 BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73 BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74 BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75 BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76 BAB 76 | I Loved You
77 BAB 77 | Salah Tingkah
78 BAB 78 | Will You Marry Me?
79 BAB 79 | Undangan Pernikahan
80 BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 | Mabuk
2
BAB 2 | Darah?
3
BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4
BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5
BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6
BAB 6 | Permintaan Kencan
7
BAB 7 | Perlahan Menghilang
8
BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9
BAB 9 | Tulip Merah
10
BAB 10 | Airin dan Yuki
11
BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12
BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13
BAB 13 | Kejang
14
BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15
BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16
BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17
BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18
BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19
BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20
BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21
BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22
BAB 22 | Hari Bersamanya
23
BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24
BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25
BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26
BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27
BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28
BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29
BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30
BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31
BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32
BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33
BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34
BAB 34 | Awal Pertemanan
35
BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36
BAB 36 | Rasakan Aku
37
BAB 37 | Cemburu
38
BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39
BAB 39 | Rindu
40
BAB 40 | Bersenang Senang
41
BAB 41| Segelintir Sampah
42
BAB 42 | Melepaskan Airin?
43
BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44
BAB 44 | Rahasia Yuki
45
BAB 45 | Kenyataan Awal
46
BAB 46 | Pemeran Utama
47
BAB 47 | Pertemuan Singkat
48
BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49
BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50
BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51
BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52
BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53
BAB 53 | Langkah Awal Denis
54
BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55
BAB 55 | Sifat Asli Billy
56
BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57
BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58
BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59
BAB 59 | Luluh
60
BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61
BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62
BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63
BAB 63 | Menangis Bersamaku
64
BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65
BAB | 55 Serangan Denis
66
BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67
BAB 67 | Keseriusan Denis
68
BAB 68 | Trauma Airin
69
BAB 69 | Aku Hamil
70
BAB 70 | Zona Merah
71
BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72
BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73
BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74
BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75
BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76
BAB 76 | I Loved You
77
BAB 77 | Salah Tingkah
78
BAB 78 | Will You Marry Me?
79
BAB 79 | Undangan Pernikahan
80
BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!