BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu

Satu minggu berlalu, saat bagi Airin kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes darah yang iaa lakukan minggu lalu, ia melangkah dengan penuh keyakinan jika apa yang dikatakan dokter tentang kanker darah yang mungkin dideritanya adalah salah. Namun, nyatanya tidak, ucapan dokter benar adanya.

“Tenanglah, banyak penderita leukimia mampu berhasil sembuh dari penyakitnya, dan lagi usiamu masih sangat mudah. Jadi tetaplah semangat untuk dapat sembuh”, ucap dokter berusaha menghibur Airin yang terlihat terkejut dihadapannya.

Seperti tak dapat mendengar suara lain lagi, Airin terdiam dan berharap bahwa apa yang ia dengar hanyalah sebatas mimpi yang tak akan menjadi kenyataan.

“Tenangkanlah dirimu, jika sudah merasa lebih baik datanglah kemari, kita buat jadwal terapi untukmu. Kami akan berusaha menyembuhkan penyakitmu”, ujar dokter itu kembali dengan nada lembut pada Airin.

Airin keluar dari rumah sakit dan pulang, ia sungguh tak mengira bahwa dirinya akan terserang penyakit mematikan itu, matanya lurus memandang ke depan namun tidak dengan pikiran juga hatinya. Dalam benaknya terbayang bayang ucapan dokter yang menyatakan bahwa dirinya positif terrkena kanker darah, sambil meremas hasil tes yang ada pada genggamannya Airin berjalan menahan tangis.

Belasan panggilan tak terjawab dari Billy dan Bianca ia lewatkan begitu saja. Ia bahkan ijin tak masuk kerja karena ada masalah mendadak, Airin terpaksa berbohong karena ia ingin menenangkan diri sejenak. Dalam apartemen miliknya Airin hanya duduk diam dan tak memikirkan apapun selain memandangi hasil tes yang ada di hadapannya. Bianca yang sudah menduga hal yang terjadi pada Airin berusaha menghubunginya dan juga datang ke apartemennya namun sayang, kode keamanan Airin telah diubah yang mengakibatkan Bianca tak bisa masuk ke dalam seperti biasanya.

Ponsel Airin kembali berbunyi, kali ini Billy yang menghubunginya, beberapa panggilan tak terjawab darinya terus menerus membuat Billy tak tenang dengan keadaan kekasihnya itu.

“Rin.. Ini aku. Ku mohon buka pintunya, biarkan aku masuk”, seru Bianca dengan terus mengetuk pintu rumah Airin memohon agar dibukakan. Namun kedua telinga Airin seakan tertutup, ia tak menghiraukan suara Bianca yang terus saja memanggil manggil namanya.

“Ku mohon diamlah.. Hah.. Biarkan aku tenang dan sendiri”, ucapnya dengan suara kecil yang hanya dia sendiri yang mendengar. Airin mulai meneteskan air matanya, ia sesekali menjambak rambutnya karena tak terima dengan kondisi yang sedang ia alami saat ini.

“Dari sekian banyak orang mengapa harus aku yang mengalami ini?”, ucapnya lagi

Sebuah pesan singkat masuk kedalam ponselnya, Billy yang tak bisa menghubungi Airin kini ia mengirim pesan pada Airin berharap Airin meresponnya.

Billy : [ Ada apa denganmu? Mengapa dari semua panggilanku tak ada satupun yang kamu jawab? Kamu baik baik saja?]

Airin : [ Ya, aku baik baik saja. Maaf aku sedang ada urusan bersama kedua orang tuaku. Ada apa menghuungiku?] balas Airin lagi lagi ia berbohong.

Billy : [ Tak ada, aku hanya merindukanmu, karena itu aku menghubungimu. Bisakah aku menelponmu sekarang?]

Airin : [ Maaf, aku sangat sibuk, aku takut kamu tak nyaman berbicara padakuku disaat aku sibuk dengan urusanku]

Billy : [ Baiklah. jika sudah pulang cepat hubungi aku, aku sungguh membutuhkanmu Rin ]

Percakapan singkat itu pada akhirnya berakhir, Airin kembali larut dalam kesedihannya. Ia bahkan terjaga hingga pagi bersama hasil lab yang ada padanya. Keputusannya tetap terjaga hingga pagi membuatnya harus kembali kesakitan. Kepala Airin kembali berdenyut dan kali ini lebih sakit dari sebelumnya.

“Ahhh..”, rinih Airin sambil memegangi kepalanya, dengan cepat ia mengambil tasnya dan meminum obat yang kemarin dokter berikan, tak lama untuk obat itu bereaksi sakit kepala Airin sudah berkurang dan ia merasa lebih baik.

“Back to work Airin. Sudahi sedihmu dan jalani hidupmu”, ucapnya pada diri sendiri.

Airin memutuskan untuk menutupi sakit yang dideritanya, bahkan orang ua juga ekkasihnya tak mengetahui apapun terkait kondisi kesehatan Airin. Ia berjalalan masuk ke dalam studio setelah memarkirkan mobilnya lalu masuk kedalam ditemani dua gelas kopi yang ia beli sebelum pergi bekerja.

Dengan menebarkan senyuman seperti yang ia lakukan Airin berjalan masuk ke ruang kerjanya. Baru saja ia membuka pintu Airin telah menerima tatapan tajam dari Bianca padanya.

“Kamu gila? Apa yang kamu lakukan kemarin? Mengapa tak ada satupun panggilanku yang kamu terima? Mengapa kamu mengganti kode keamanan apartemenmu?”, geram Bianca pada satu satunya sahabat yang ia miliki. Semua mata saat ini tertuju pada mereka berdua. Airin dan Bianca terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar karena tak ada komunikasi diantara mereka.

Airin memberikan segelas kopi pada Bianca karena ia tahu bahwa Bianca akan memarahinya habis habisan ketika mereka bertemu.

“Tenanglah, aku hanya tak ingin diganggu kemarin. Kini aku baik baik saja, kembalilah ketempatmu sebelum Pak Beni datang”, ucap Airin mengusir Bianca pergi dari tempatnya.

Bianca sedikit bingung dengan apa yang dilakukan Airin, ia positif terkena leukimia namun seperti tak ada yang terjadi padanya.

Hampir seluruh pekerjaannya telah selesai, beberapa program acara tv juga sudah banyak yang selesai, Airin kembali ke kantornya dan mencoba meghubungi Billy.

“Hmm?”, jawab Billy singkat pada Airin yang menghubunginya.

“Kamu sibuk?”, tanya Airin

“Lumayan, ada apa?”, tanya Billy kembali dengan fokus pada tumpukan kertas yang harus ia tandatangani.

“Tak apa, hanya menghubungimu saja. Baikalah jika kamu sibuk”, ucap Airin yang sedikit kecewa dengan jawaban kekasihnya itu.

“Siang ini kita makan diluar ya. Aku akan menjemputmu. Jangan merajuk sayang”, ucap Billy lembut yang berhasil mengembalikan senyuman pada wajah Airin.

“Can’t wait. See you” balas Airin dengan wajah senangnya. Baru saja ia merasakan senang, darah sudah turun dari hidungnya, dengan segera Airin membersihkan hidungnnya dengan tisu lalu menyembunyikannya dari orang orang.

“Masih berpura pura baik baik saja?”, tanya Bianca.

“Aku memang baik baik saja, penyakit seperti itu tak dapat merobohkanku”, balasnya dengan penuh percaya diri. Bianca kembali ke tempatnya dan menunggu hingga waktu istirahat datang.

Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Airin, Billy telah tiba dan menunggu di bawah. Segera Airin mengambil tasnya dan turun kembawah menghampiri kekasihnya.

“Aku akan makan siang dengan Billy, maaf tak bisa menemanimu sayang”, ucap Airin dengan tertawa kecil yang mebrhasil membuat Bianca geli karenanya.

“Najis, sungguh menjijikan makhluk sepertimu Airin”, seru Bianca memasang wajah geli yang dibalas sebuah tawa oleh Airin. Bianca yang melihat Airin kembali seperti dahulu merasa senang namun disisi lain ia juga sedikit takut, karena Airin ingin menghadapi semuanya seorang diri.

“Good luck for you dear”, gumam Bianca dalam hatinya berharap Airin akan selalu tertawa seperti ini meski ia merasakan sakit di tubuhnya.

“Jadi, apa yang ingin kamu makan?”, tanya Billy memberikan pilihan pada Airin.

“Terserah saja”, balas Airin merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

“Hmm, maakanan pedas? Atau berkuah atau goreng?”, tanya Billy.

“Hmmm.. tidak”, balas Airin sambil menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana dengan daging? Ayam? Atau ikan?”, tanya Billy kembali

“Terserah saja Bill”, balas Airin yang masih tetap merapikan rambutnya.

“Rin, Telor cicak mau?”, tanya Billy

Airin tertawa mendengar pilihan dari Billy, ia menyudahi diri pada cermin yang ia bawa dan menatap Billy sambil terus tertawa.

“Ikan bakar saja, aku ingin makan ikan bakar”, ucap Airin pada Billy.

Billy menyalakan mobilnya dan mengajak Airin makan seperti apa yang ia inginkan.

Episodes
1 BAB 1 | Mabuk
2 BAB 2 | Darah?
3 BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4 BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5 BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6 BAB 6 | Permintaan Kencan
7 BAB 7 | Perlahan Menghilang
8 BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9 BAB 9 | Tulip Merah
10 BAB 10 | Airin dan Yuki
11 BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12 BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13 BAB 13 | Kejang
14 BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15 BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16 BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17 BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18 BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19 BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20 BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21 BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22 BAB 22 | Hari Bersamanya
23 BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24 BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25 BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26 BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27 BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28 BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29 BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30 BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31 BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32 BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33 BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34 BAB 34 | Awal Pertemanan
35 BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36 BAB 36 | Rasakan Aku
37 BAB 37 | Cemburu
38 BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39 BAB 39 | Rindu
40 BAB 40 | Bersenang Senang
41 BAB 41| Segelintir Sampah
42 BAB 42 | Melepaskan Airin?
43 BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44 BAB 44 | Rahasia Yuki
45 BAB 45 | Kenyataan Awal
46 BAB 46 | Pemeran Utama
47 BAB 47 | Pertemuan Singkat
48 BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49 BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50 BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51 BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52 BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53 BAB 53 | Langkah Awal Denis
54 BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55 BAB 55 | Sifat Asli Billy
56 BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57 BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58 BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59 BAB 59 | Luluh
60 BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61 BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62 BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63 BAB 63 | Menangis Bersamaku
64 BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65 BAB | 55 Serangan Denis
66 BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67 BAB 67 | Keseriusan Denis
68 BAB 68 | Trauma Airin
69 BAB 69 | Aku Hamil
70 BAB 70 | Zona Merah
71 BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72 BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73 BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74 BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75 BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76 BAB 76 | I Loved You
77 BAB 77 | Salah Tingkah
78 BAB 78 | Will You Marry Me?
79 BAB 79 | Undangan Pernikahan
80 BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 | Mabuk
2
BAB 2 | Darah?
3
BAB 3 | Kehidupan dengan Darah
4
BAB 4 | Mencoba Kembali Seperti Dahulu
5
BAB 5 | Rahasia yang Terbongkar
6
BAB 6 | Permintaan Kencan
7
BAB 7 | Perlahan Menghilang
8
BAB 8 | Takut Kehilanganmu
9
BAB 9 | Tulip Merah
10
BAB 10 | Airin dan Yuki
11
BAB 11 | Bolehkah Aku Menginginkannya?
12
BAB 12 | Hati yang Tak Mungkin Tergapai
13
BAB 13 | Kejang
14
BAB 14 | Tetaplah Bersamaku
15
BAB 15 | Pertengkaran Kecil
16
BAB 16 | Yuki Bukan Airin
17
BAB 17 | Separuh Hati yang Kosong
18
BAB 18 | Dibalik Secangkir Kopi
19
BAB 19 | Pada Siapa Aku Harus Percaya?
20
BAB 20 | Antara Airin dan Yuki
21
BAB 21 | Hati yang Semakin Menjauh
22
BAB 22 | Hari Bersamanya
23
BAB 23 | Siapa Pria Itu?
24
BAB 24| Masih Dengan Perasaan Yang Sama
25
BAB 25 | Mencoba Menggapainya Kembali
26
BAB 26 | Hubungan Yang Tidak Baik Baik Saja
27
BAB 27 | Dua Wanita Dengan Masalahnya
28
BAB 28 | Terbakar Api Cemburu
29
BAB 29 | Jangan Hilangkan Senyumanmu
30
BAB 30| Tuntutan Seorang Anak
31
BAB 31 | Calon Menantu dan Calon Mertua
32
BAB 32 | Milikku Adalah Milikku
33
BAB 33 | Tak Bisa Dipercaya
34
BAB 34 | Awal Pertemanan
35
BAB 35 | Untukmu dan Untuknya
36
BAB 36 | Rasakan Aku
37
BAB 37 | Cemburu
38
BAB 38 | Apa yang Terjadi Dengannya?
39
BAB 39 | Rindu
40
BAB 40 | Bersenang Senang
41
BAB 41| Segelintir Sampah
42
BAB 42 | Melepaskan Airin?
43
BAB 43 | Wanita Itu Adalah Kamu
44
BAB 44 | Rahasia Yuki
45
BAB 45 | Kenyataan Awal
46
BAB 46 | Pemeran Utama
47
BAB 47 | Pertemuan Singkat
48
BAB 48 | Puncak Kemarahan Billy
49
BAB 49 | Karenanya Kamu Terluka
50
BAB 50 | Bukan Aku yang Kamu Cari tapi Dia
51
BAB 51 | Munculnya Orang Ketiga
52
BAB 52 | Semakin Lama Semakin Menjauh
53
BAB 53 | Langkah Awal Denis
54
BAB 54 | Pernikahan? Ku Rasa Tidak
55
BAB 55 | Sifat Asli Billy
56
BAB 56 | Airin, Maafkan Aku
57
BAB 57 | Satu Malam Bersama Denis
58
BAB 58 | Billy Adalah Milikku
59
BAB 59 | Luluh
60
BAB 60 | Peranmu Yang Ku Inginkan
61
BAB 61 | Misi Untuk Menghancurkan Hubungan Airin dan Billy
62
BAB 63| Kekecewaan Airin dan Kemarahan Billy
63
BAB 63 | Menangis Bersamaku
64
BAB | 64 Senyummu Sumber Bahagiaku
65
BAB | 55 Serangan Denis
66
BAB 66 | Si Pembuat Malu dan Si Penggoda
67
BAB 67 | Keseriusan Denis
68
BAB 68 | Trauma Airin
69
BAB 69 | Aku Hamil
70
BAB 70 | Zona Merah
71
BAB 71 | Ketika Denis Tak Bersamaku
72
BAB 72 | Denis, Tolong Aku!
73
BAB 73 | Menebus Kesalahanku
74
BAB 74 | Masih Dengan Perasaan Yang Sama?
75
BAB 75 | Dia Hamil. Mari Kita Selesaikan
76
BAB 76 | I Loved You
77
BAB 77 | Salah Tingkah
78
BAB 78 | Will You Marry Me?
79
BAB 79 | Undangan Pernikahan
80
BAB 80 | Selamat Tinggal Airin <END>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!