Menuju Bahagia

Menuju Bahagia

Bab 1

...Hy Readers ......

...Selamat datang di novel kedua Author yg bertema Family life. ...

^^^Semoga kalian suka dengan ceritanya ...^^^

...Selamat membaca...

...___...

Sejuknya udara terasa menyambut kehadiranku kala itu, membuatku tergerak untuk menghirup sedalam-dalamnya sembari mengatupkan kedua netraku. Tanpa kusadari, sebuah senyuman mulai merekah menghiasi wajah seiring dengan hembusan nafasku.

Selang beberapa menit, Sang Mentari pun mulai menampakkan sinarnya, suara ayam yang saling sahut menyahut penuh kegembiraan seakan menyambut kedatangannya.

Aku berdiri di samping rumahku sembari menikmati pemandangan alam yang hanya dapat disaksikan oleh sekian persen umat manusia, karena kebanyakan dari kita masih terlelap dalam tidur yang sangat nyaman di balik selimut halus yang bisa merayu siapa saja untuk terus melanjutkan mimpi indahnya, daripada bangun untuk mewujudkan mimpi.

Walaupun hal itu adalah rutinitas harianku, tapi menikmati suasana subuh yang sangat menenangkan itu sudah menjadi candu bagiku. Entah sejak kapan, aku tidak pernah menyadarinya sama sekali.

Aku hanya mengikuti suara hatiku yang tidak ingin melewatkan saat-saat yang menurutku sangat menakjubkan itu. Dimana aku bisa mengagumi ciptaan dari Sang Maha Indah, yang keindahan-Nya sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata.

Aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara nan sejuk dan menyejukkan sembari mengucapkan kata Hamdallah kemudian diiringi kalimat-kalimat dzikir lainnya.

Sembari memejamkan kedua netraku, aku merasakan sesaat tubuhku melayang entah ke mana. Seakan-akan dunia yang menjadi tempatku berpijak seketika menjadi sangat kecil, "Sungguh besar nikmat-Mu ya Rabb," gumamku membatin.

Semangat baru dan harapan baru pun tumbuh di lubuk hatiku, semangat untuk mengawali hari dengan segala sesuatunya. Dan berharap semoga lelahku menjadi Lillahi ta alla.

"Bismillah ...," ujarku setelah selesai melakukan ritual harianku.

Ketika aku hendak berbalik untuk masuk kembali ke dalam rumah, anakku yang bernama Sabrina datang menghampiriku.

'Sabrina' adalah nama yang kuberikan dengan harapan agar ia menjadi seorang gadis yang penyabar.

Ia adalah anak keempat yang dianugerahkan Allah untuk keluarga kecilku, kini ia sudah menjadi seorang gadis kecil yang berusia 10 tahun. Kata orang-orang, jika kami berjalan beriringan akan terlihat seperti kakak beradik karena wajah kami yang sangat mirip.

Sembari mengucek matanya ia bertanya, "Ibu mau ke mana?"

Aku mengulas senyuman samar menyambut kedatangannya. "Ekh... mukenanya sudah dirapikan Nak?" tanyaku berbasa-basi ingin mengalihkan perhatiannya. Semalam Ayahnya sudah berjanji akan mengajaknya bersama saudara-saudaranya yang lain untuk mengunjungi area persawahan yang saat itu sudah siap ditanami.

Ia hanya diam merajuk menanggapi pertanyaanku. Aku tahu sebenarnya dia kesal karena aku tidak menjawab pertanyaannya, kemudian aku merangkul bahunya mesra. "Ibu tidak akan ke mana-mana, memangnya kenapa sayang?"

"Ayah sama Kakak belum pulang?"

"Belum sayang."

"Mudah-mudahan saja Ayah tidak melupakan janjinya," gumamnya sangat pelan.

Aku hanya tersenyum samar melihat ekspresinya ketika bibirnya menjadi lebih mancung saat bergumam.

Aku menoleh mengintip ke arah jalanan untuk melihat sumber suara yang kukenal. Suara seorang ayah yang sedang terkekeh bersama kelima anak laki-lakinya.

Tak lama kemudian, terdengar suara orang yang mengucapkan salam.

"Waalaikumussalam ..." jawabku

"Itu Ayah, yes... yes...," sorak Sabrina kegiraan sembari mempersembahkan sebuah tarian kegembiraan ala anak-anak.

"Ayah... Kakak... Adik..." Teriak Isra yang baru saja selesai merapikan tempat tidur.

Inilah keluarga kecil kami. Kami dianugerahkan tujuh orang anak yang memiliki bermacam-macam karakter. Keanekaragaman karakter tersebut seakan-akan menjadi pelangi yang menghiasi bahtera rumah tangga dalam kehidupan kami.

.

.

.

Kuciumi punggung tangan suamiku dengan penuh takhdim sembari berdoa di dalam qalbuku, "Ya Allah berkahilah pemilik tangan yang telah berjuang menafkahi dan merawat kami dengan penuh kehangatan." Ia pun menciumi keningku dengan mesra. Cukup lama, sehingga anak-anak kami protes dengan berbagai ocehan versi mereka.

"So sweet,"

"Cie... Makin mesra saja."

"Ingat umur Bu, Yah."

"Ayah lebay deh,"

"Hmmm, mulai kumat lagi..."

"Akh... Kelamaan,"

"Giliran kami kapan Yah, Bu?"

Begitulah mereka, setiap kali ayah mereka melakukan hal yang sama, mereka pasti akan mengeluarkan uneg-uneg mereka.

Walaupun hampir setiap hari kumendengar ocehan dari anak-anak kami, tapi bagi kami itu adalah sesuatu yang sangat berarti.

Kami yakin, suatu hari nanti semua hal-hal kecil seperti ini tidak akan terulang lagi. Entah kapan, tapi kami hanya ingin menikmati setiap kebersamaan yang menurut kami sangat sempurna itu.

Setelah melepaskan kecupannya, kedua putri kami berebutan menciumi punggung tangan suamiku, begitupun dengan kelima putra kami yang saling berebutan menciumi punggung tanganku.

Sembari mengukirkan senyum khas dengan lesung pipiku aku menyambut mereka kemudian menciumi satu persatu kening dan pipi mereka.

Mungkin hal itulah yang mereka perebutkan sedari dulu.

Setelah semuanya merasa puas, kelima putraku masuk ke kamar mereka untuk mengganti baju koko mereka dengan pakaian biasa. Karena sebentar lagi mereka akan pergi bersama ayah mereka ke sawah untuk menanam padi.

Hal yang sama juga dilakukan suamiku, ia berganti pakaian dengan setelan yang sudah aku siapkan sebelumnya.

Tak lama kemudian, mereka berpamitan denganku kemudian menaiki Viar. Aku hanya tersenyum melambaikan tanganku untuk melepaskan kepergian mereka.

Kini, tinggallah aku seorang bertemankan sepi. Aku masuk dan mengunci pintu rumahku, kemudian melakukan aktifitas layaknya seorang ibu rumah tangga.

Saat itu, bulan Ramadhan tepatnya ramadhan yang ke-20. Tidak ada aktifitas masak-memasak di pagi hari itu, kurebahkan tubuhku di kursi keagunganku yang terbuat dari anyaman rotan.

.

.

.

Terima kasih sudah mampir di karyaku, jangan lupa like, koment dan subcribe jika kalian menyukai karyaku agar kalian dapat mengetahui update terbarunya.

Bisa juga berikan dukungan kalian berupa vote atau gift.

Serta tinggalkan kritik dan saran kalian Readers ...

See you next chapter ...

Terpopuler

Comments

Swadeekhab

Swadeekhab

jiwa yang tertukar bertamu

2023-04-30

0

🚀Tiioooo🛸🛰

🚀Tiioooo🛸🛰

Sabar atuh euy

2023-04-27

1

🚀Tiioooo🛸🛰

🚀Tiioooo🛸🛰

Anaknya ramah bngt😂😂

2023-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!