"Hallo..."
^^^"Hallo..."^^^
"Suaramu benar-benar indah, nama kamu siapa?"
^^^"Maaf Cowok, salah sambung."^^^
Seketika terdengar bunyi 'tuut' di seberang sana. Itulah awal dari percakapan virtualku dengan suamiku.
Selang lima menit kemudian, muncul notifikasi sebuah pesan baru dari nomor baru.
Assalamualaikum Rara...
Saya Alan,
Saya dapat nomor kamu dari Sita.
Maaf jika sebelumnya, saya merebut hand phone Sita karena saya hanya ingin berkenalan denganmu ketika saya mendengar suaramu yang indah dari hand phone Sita.
Aku masih bingung dan ragu dengan penjelasannya. Aku mencari riwayat panggilan kemudian menekan tombol hijau dari hand phoneku.
"Maaf Kak,"
^^^"Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi!"^^^
"Sebenarnya tadi ketika kak Alan lewat, ia mendengar suara Kakak, lalu merampas hand phone yang aku letakkan di atas meja."
^^^"Owh... Jadi tadi di loud ya..."^^^
"Iya, soalnya aku lagi ngikat sepatuku Kak."
^^^"Hmmm, terus?"^^^
"Kayaknya kak Alan langsung nyimpan nomor Kakak di daftar kontaknya."
Aku hanya bisa menghembuskan nafasku kasar, untuk melepaskan amarahku kepada Sita.
Dengan terpaksa aku membalas chatnya.
"Waalaikumussalam."
Seketika, ponselku berdering pertanda sebuah telepon yang masuk.
"Dia lagi," gumamku kesal. Dengan malas kumeladeni panggilannya.
^^^"Ya,"^^^
"Maaf Rara, semoga tidak mengganggu aktifitasmu."
^^^"Hmmm,"^^^
"Kamu sedang apa Ra?"
^^^"Lagi berbaring sambil memegangi sebuah alat komunikasi yang bernama hand phone di telingaku."^^^
"Wk-wk-wk, ternyata kamu lucu juga ya...,"
^^^"Hey, aku sedang kesal."^^^
"Kesal kenapa?"
^^^"Kesal dengan orang yang sedang menelponku."^^^
"Ha-ha-ha, kamu benar-benar lucu Ra, pantas saja Sita selalu tertawa jika sedang menelponmu,"
"Dasar Cowok Aneh, memangnya dia tidak sadar aku sedang menyindirnya." gumamku membatin, berbagai sindiran lainnya kutujukan untuknya, namun ia hanya menganggap diriku lucu.
Aku menjadi semakin kesal dibuatnya, kuabaikan segala celotehannya dengan mengucapkan 'Hmmm' ketika ia menanyakan keberadaanku. Tanpa sadar aku terlelap tanpa mematikan sambungan telepon darinya.
Dua jam lamanya aku terlena di alam mimpi, ketika itu sinar mentari di siang terik, mulai condong ke timur itu masuk melalui jendela kamarku dan memancarkan cahayanya yang sangat menyilaukan.
Seketika, pelupuk mataku terbuka perlahan-lahan karena pantulan dari sinarnya, "Astagfirullah ...," pekikku setelah aku melihat jam weker yang sudah menunjukkan pukul satu siang.
Aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan bergegas mengguyur seluruh tubuhku kemudian bersiap-siap melaksanakan sholat Dzuhur di dalam kamar.
Tidak ada satu orang pun di rumah ini yang mengetahui rutinitasku tersebut. Mereka hanya mengira aku tidur dan bersemedi di dalam kamar, bahkan mereka sering mengejekku dengan sebutan 'Putri tidur'.
Setelah selesai, aku mengambil Al-Qur'an yang selalu kusembunyikan bersama mukena dan sajadahku di sebuah laci meja belajarku.
Kulantunkan sabda-sabda-Nya dengan merdu dengan suara yang sangat lirih, agar tidak ada yang bisa mendengarnya. Setelah tiga 'ain, aku mengucapkan "Shadaqallah huladzim...," sembari menutup Al-Qur'an kemudian mengecupnya lembut.
Dengan perasaan yang plong, kurebahkan tubuhku di atas kasur dan menghidupkan layar ponselku, "Apa!!!?" pekikku membatin ketika kumelihat ia belum memutuskan panggilannya sedari tadi.
Aku mencoba menguping untuk mencari tahu apakah ia sengaja melakukannya atau ia juga lupa memutuskan sambungan telepon kami?
"Owh.. iya, terus, ha-ha-ha, iya Sayang, nggak apa-apa," dan berbagai celotehan lainnya seakan-akan ia sedang berbicara dengan seseorang.
"Dasar aneh." rutukku membatin, aku pun tidak ingin memutuskan panggilannya karena aku tidak ingin ia menyadari bahwa aku sudah mengetahui drama yang sedang ia perankan. Hal itu sangat jelas ketika aku menangkap suara angin seolah-oleh ia sedang berjalan sembari memasang headset ditelinganya dan berpura-pura berbicara dengan seseorang.
'Kartu lama, sangat mudah ditebak' itulah yang muncul di fikiranku, akhirnya aku memilih untuk mengabaikannya lagi dan mengambil novelku yang berjudul 'Ayat Ayat Cinta' karya Habiburrahman.
Aku terlarut dalam dunia novel, sehingga melupakan si penelepon yang aneh itu. Entah sampai kapan ia akan bertahan seperti itu.
Kruuk-kruuk-kruuk
Terdengar panggilan alam dari kas dapurku, akupun menyudahi kegiatanku dan bergegas menuju ke pelipir untuk memenuhi brangkas.
Tak lama kemudian terdengar suara Adzan yang menandakan waktu Ashar telah tiba.
Aku kembali ketempat persemedianku yang sebelumnya, kemudian bersiap-siap untuk menunaikan kewajibanku lagi.
Setelah selesai, aku menjadi penasaran dengan 'si Aneh' itu. Kuambil ponselku untuk menjawab rasa penasaran yang menyelimutiku.
"Mungkin ia sudah menyerah," gumamku ketika melihat riwayat panggilan yang baru saja ia putuskan sepuluh menit yang lalu, lebih tepatnya ketika Adzan Ashar berkumandang.
Aku mematikan ponselku untuk mengisi daya. Aku pun bergegas ke pelipir dan melaksanakan tugas rumah ala seorang anak Gadis.
.....
Malam harinya setelah sholat Isya, kunyalakan ponselku yang sedari tadi masih tetap dalam keadaan tidak aktif.
Tiba-tiba...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Penelop3
hadiiiir
2023-05-15
0
Embun Kesiangan
satu vote penyemangat🙏suka sekali penulisan author ini😍tetap semangat, Ka💪
2023-05-05
0
Embun Kesiangan
pertemuan yg lucu😊
2023-05-05
0