18 tahun berlalu, bayi mungil yang dulu dijadikan anak angkat oleh Davina dan Dave kini sudah tubuh menjadi gadis cantik yang membanggakan.
Meski tak terlahir dari rahim Davina, gadis yang kerap di sapa Elia itu memiliki kesamaan sifat seperti Davina. Elia menjadi pribadi yang ceria, sangat baik dan tulus dengan orang di sekitarnya.
Dia bahkan menjadi kebanggaan Davina karna nilai akademisnya selalu tinggi hingga menjadi lulusan terbaik di sekolahnya.
"El,, Kakakmu sudah sampai,,!" Davina berteriak dari luar kamar putrinya yang terkunci.
Gadis yang tengah menatap diri di pantulan cermin itu buru-buru berlari dan membuka pintu.
"Dimana Kak Adit.?" Elia begitu antusias, selama 6 bulan dia menahan kerinduannya pada sosok sang kakak yang sejak dulu menjadi pelindungnya. Kakak yang selalu mengantarkannya kemana pun dia pergi karna sifat protektifnya.
"Mobilnya baru terparkir di garasi, ayo turun." Davina mengajak putrinya turun ke bawah untuk menyambut kepulangan Aditya yang baru menyelesaikan studi s2 nya di usia ke 24 tahun.
Sementara itu di halaman rumah, seorang laki-laki tampan turun dari mobil mewah yang di kendari oleh supir pribadi.
Memiliki tinggi 180 cm dan berat bada ideal, dia tampak gagah di usianya yang baru 24 tahun.
"Tolong bawakan ke kamar." Suara berat itu sangat cocok dengan fisiknya yang tegap dan tinggi serta otot-otot yang tercetak di beberapa bagian tertentu.
Dia lalu beranjak dari garasi setelah menyuruh supir untuk membawakan koper miliknya.
Biasanya setiap 2 bulan sekali dia akan pulang untuk berkumpul dengan keluarga tercintanya.
Tapi kali ini setelah 6 bulan, dia baru menginjakkan kaki di istana masa kecilnya itu lantaran sedang fokus untuk menyelesaikan studinya.
Tentu rasa rindu pada kedua orang tua dan adik manjanya itu sudah menggebu.
"Pah,,," Aditya menghampiri Dave di ruang keluarga. Laki-laki yang kini berusia lebih dari setengah abad itu masih tampak gagah dan berwibawa. Tubuhnya terlampau kekar dan bagus untuk pria paruh baya berusia 56 tahun.
Senyum Dave merekah, dia berdiri dan keduanya saling memeluk. Memliki putra yang pintar dan baik adalah kebahagiaan tersendiri untuknya.
Belum lagi wajah Aditya 80 persen mirip dengannya.
"Bagaimana kabar Papa.?" Tanya Aditya.
Lelaki tampan itu tumbuh menjadi sosok yang penuh perhatian pada keluarganya.
"Papa sehat, begitu juga dengan Mama dan adikmu. Hanya saja mereka sangat rindu padamu." Jawab Dave seraya melepaskan pelukannya.
"Aku juga rindu pada mereka." Balas Aditya.
"Dimana mereka.?" Dia mencari dua sosok wanita yang paling berarti dalam. hidupnya.
"Kami disini Kak." Suara khas Elia mampu memberikan energi positif yang membuat perasaan orang-orang di sekitarnya ikut terbawa keceriaannya.
Berjalan setengah berlari, Elia menghampiri Aditya dan menghambur ke pelukannya. Dia mendekap erat tubuh Aditya yang ukurannya 2 kali lipat dari badannya. Membenamkan wajah di dada bidang Aditya, Elia meluapkan kerinduannya pada sang kakak tercinta. Kakak yang selalu menyayanginya dan mau menuruti semua permintaannya.
"Apa Kakak tidak tau kalau kami sangat merindukan kakak." Pelukan Elia semakin erat.
Aditya membalas pelukan adik semata wayangnya itu dan mengacak gemas pucuk kepala Elia.
"Aku juga rindu pada kelian El,,"
"Sudah lepas, jangan sampai Mama menangis karna aku tidak memeluknya." Ujar Aditya dengan candaan. Dia mengurai pelukan Elia dan beralih pada Mama tercinta.
"Mama senang kamu sehat dan bisa menyelesaikan kuliahmu. Kita akan berangkat bersama ke acara wisudamu nanti." Davina mendekap penuh kasih anak laki-lakinya.
Walaupun Aditya sudah dewasa, dia tetap menganggap Aditya sebagai jagoan kecilnya.
"Terimakasih Mah, semua ini juga berkat Mama dan Papa." Jawab Aditya. Menurutnya, kedua orang tuanya adalah orang yang paling berperan penting atas pencapaiannya saat ini.
Mereka berhasil mendidiknya dengan baik.
Meluapkan kerinduan dan saling bercengkrama, keluarga kecil itu tampak sangat harmonis dan bahagia. Obrolan ringan yang di selingi gelak tawa menambah kesan hangat pada keluarga kecil mereka. Kehadiran Elia lah yang mampu menghidupkan suasana. Dengan segala tingkah laku dan celotehannya, mereka bisa tertawa bahagia walaupun hanya di dalam rumah saja.
"Sudah malam, sebaiknya kalian tidur." Ucap Dave pada kedua anaknya.
"Aku belum mengantuk Pah, masih mau mengobrol dengan kak Adit." Elia menolak untuk beranjak dari ruang keluarga. Dia belum puas mengobrol dengan Aditya. Banyak hal yang ingin dia ceritakan pada Kakak laki-lakinya itu.
"Jangan membantah El, lagipula masih ada hari esok." Ucap Aditya menasehati.
"Ayo aku antar ke kamarmu." Aditya beranjak dari duduknya. Dan tanpa di minta, Elia langsung ikut berdiri. Dia justru semangat karna Aditya mau mengantarnya ke kamar.
Keduanya lalu pamit untuk pergi ke lantai atas.
Kakak beradik yang tak memiliki hubungan darah itu terlihat saling mengasihi sebagai saudara.
Davina sampai berbinar menatap kepergian kedua anaknya itu.
"Aku tidak rela menyerahkan Elia pada laki-laki lain, begitu juga sebaliknya." Ucap Davina disaat Elia dan Aditya hilang dari pandangan.
Rasa sayang yang teramat besar pada mereka berdua, membuat Davina takut dan tidak rela jika mereka memilih pasangan hidup masing.
Mengingat bagaimana masa mudanya dulu yang pernah di kelilingi wanita dan laki-laki tak baik, membuat Davina takut jika anaknya salah dalam memilih pasangan.
Sampai akhirnya Davina berfikir untuk menjodohkan mereka di waktu yang tepat.
Karna dia sangat mengenal sifat dan karakter keduanya. Dan Davina yakin bahwa Elia akan menjadi istri yang baik untuk Aditya, begitu juga sebaliknya.
"Mereka berhak memilih dan menentukan hidupnya sendiri sayang,, jangan memaksakan kehendak pada mereka." Dave hanya bisa memberikan pengertian pada istrinya, walaupun dia juga merasakan kekhawatiran yang sama.
"Tapi Mas, dengan apa yang akan dimiliki oleh Aditya nanti, aku yakin pasti banyak wanita yang mendekatinya hanya karna harta dan ketampanannya saja."
"Jaman sekarang terlalu sulit membedakan mana yang tulus dan mana yang modus."
Davina masih bersikeras pada pendiriannya dan berharap Dave akan mendukung keputusannya juga. Karna apa yang dia lakukan hanya demi kebaikan anak-anak mereka.
...*****...
"Kak Adit tidur di kamarku saja, aku ingin menceritakan sesuatu. Aku bahkan tidak berani menceritakannya pada Mama ataupun Papa." Pinta Elia sedikit merengek. Dia tidak mau melepaskan tangan Aditya dan memaksanya untuk masuk ke dalam kamar.
"Kamu sudah dewasa El, mana bisa tidur dengan Kakakmu ini." Aditya menolak secara halus.
"Besok saja ceritanya,. sekalian pergi jalan-jalan." Bujuknya.
Elia menggeleng, dia tetap bersikeras ingin mengajak Aditya tidur di kamarnya.
"Kali ini saja pleaseee,," Elia memohon, wajah sendu dan memelasnya membuat Aditya tidak tega. Mau tidak mau, Aditya akhirnya menuruti permintaan adik manjanya itu yang sangat lengket dengannya.
"Kak,, jangan tidur dulu." Tegur Elia saat dia baru kembali dari kamar mandi. Hanya di tinggal 15 menit untuk gosok gigi dan memakai skincare, Aditya sudah berbaring dengan mata terpejam.
"Aku mau curhat." Elia tetap berbicara walaupun Aditya hanya berdeham tanpa membuka mata.
"1 bulan yang lalu saat aku pergi ke kampus, aku tidak sengaja menabrak laki-laki tampan. Kami lalu berkenalan dan belakangan ini dia sering menghubungiku." Ada binar tak biasa dari sorot mata Elia. Begitu juga nada bicaranya yang terdengar bahagia.
Sedangkan Kakak laki-lakinya, kedua matanya melotot tajam mendengar penurunan Elia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
yetiku86
ah... manisnya 😍😍😍.....cuma dengar kata tolong saja dari kamu aq dah respect sam kamu kak .😘
2024-08-11
0
🌼 Pisces Boy's 🦋
Aditya cemburu tuh
2023-05-24
5
Kotin Rahman
aku mampir Thor......sprtinya menarik.......nyimak dlu yaa 🙏🙏🙏
2023-04-28
1