Cinta Atau Hutang Budi
"Kak Jaka, kapan kamu akan menikahi Meta?"
Adik angkat Jaka bertanya dengan senyum manis di bibir. Tapi, wajah serius tidak dia hilangkan sedikitpun.
Mendapat pertanyaan itu, pria yang kini sudah menginjak usia dua puluh sembilan tahun hanya tersenyum tipis. Bagaimana tidak? Pertanyaan yang sepertinya tidak pernah dia pikirkan sebelumnya itu, mana mungkin bisa ia jawab dengan mudah sekarang.
Jesika, adik angkat Jaka malah memang wajah cemberut saat pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. "Kenapa malah tersenyum sih? Aku kan nanya sama kamu, kak. Kapan kamu mau nikahin Meta. Ingat! Jangan gantung terus perempuan. Karena perempuan itu punya batas kesabaran lho, Kak."
"Perempuan itu paling gak suka kalo menunggu. Apalagi, menunggu terlalu lama, Kak Jaka." Jesi berucap dengan nada yang penuh penekanan. Sementara Jaka malah tetap tidak bergeming.
Hal itu semakin membuat Jesi merasa kesal. Sehingga dia langsung memanggil Jaka dengan nada tinggi.
"Kak Jaka! Dengar apa yang aku katakan gak sih?"
"Dengar Jesika, dengar. Ih, gak perlu bicara dengan nada tinggi juga kali. Kakak kamu ini masih baik pendengarannya."
"Ya kalo baik, kenapa gak jawab apa yang aku tanyakan tadi, hm?"
"Itu karena ... kakak gak punya jawaban untuk menjawab apa yang kamu tanyakan. Kakak gak tahu mau jawab apa. Karena itu kakak lebih memilih diam saja dari pada menjawab."
Jawaban Jaka barusan membuat Jesi melongo. Bagaimana tidak? Kakaknya ini sungguh membingungkan. Sudah bersama dengan perempuan yang bernama Meta selama hampir lebih dari satu tahun. Tapi, ternyata tidak berniat untuk menikahi si gadis. Sungguh, hal itu sangat tidak Jesi sukai.
Karena sebagai perempuan, dia tahu apa yang Meta rasakan. Karena sejak lama, dia tahu perasaan Meta. Dia juga tahu, kalau Meta sangat berharap dinikahkan oleh kakak angkatnya ini.
"Kak Jaka. Jangan bilang kalau kamu hanya ingin mempermainkan perasaan Meta. Kasihan dia, kak. Dia itu perempuan yang sangat tulus. Dia sudah menemani kakak selama lebih dari satu tahun. Sudah banyak yang ia korbankan untuk kakak. Dari waktu, tenaga, juga dana. Semua ia berikan buat kak Jaka. Jadi, tolong ingat itu baik-baik, Kak. Jangan sampai kak Jaka jadi pria bajingan yang tidak tahu diri. Aku sungguh sangat tidak suka akan hal itu."
Jaka terdiam mendengarkan penuturan dari Jesi. Sejujurnya, dia merasa terkejut dengan ungkapan itu. Tapi, dia juga tidak menyalahkan Jesi. Karena apa yang Jesi katakan itu benar.
Meta sudah terlalu banyak berkorban buat hidupnya. Kasih sayang yang tulus, kelembutan, juga waktu telah gadis itu korbankan buat Jaka.
Meski usianya terbilang sangat muda, tapi pengertiannya sangat baik. Selisih usia Jaka dengan Meta delapan tahun. Tapi kesabaran yang dia miliki mengalahkan Jaka.
Dia dengan sepenuh hati menjaga mama Jaka yang kini berada di rumah sakit jiwa. Dan, Meta juga mengurus Jaka seperti seorang pembantu. Mulai dari menyiapkan semua kebutuhan Jaka, sampai semua kebutuhan mama Jaka. Semua ia lakukan dengan tangannya sendiri tanpa ada keluh selama lebih dari satu tahun. Tapi, dia tidak pernah meminta lebih pada Jaka selama ini.
Memikirkan semua itu, Jaka merasa sangat bersalah sekarang. Di kamar tidurnya, dia merenungi semua yang telah ia lalui selama ini bersama Meta. Juga, dia pikirkan semua yang adik angkatnya katakan. Semua pikiran itu membuat Jaka merasa sangat resah.
"Ya Tuhan, apakah yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku menikahi Meta secepatnya? Tapi ... bagaimana dengan Junika ya?"
"Tunggu!" Tiba-tiba, Jaka langsung terbangun dari baringnya. "Sebenarnya, aku ini cinta atau tidak sih dengan Meta? Bagaimana kalau aku tidak cinta dia selama ini? Bagaimana jika aku hanya merasa nyaman karena kebaikan Meta saja? Haruskah aku tetap bersama dengannya?"
"Tapi ... apa yang Jesi katakan itu ada benarnya. Meta sudah banyak berkorban buat aku. Bukan hanya uang, waktu juga tenaga telah ia korbankan. Bagaimana aku bisa membalas semua itu padanya?"
"Jika aku tetap menggantungkan Meta, maka aku memang pria yang tidak tahu diri. Tidak tahu balas budi sedikitpun. Itu sama saja dengan pria bajingan yang hanya mau menikmati manisnya saja."
Jaka pun terlihat semakin bingung sekarang. Jalan hidup yang telah ia lalui terasa semakin rumit saja. Entah itu soal keluarga, atau juga soal cinta. Terasa sangat membingungkan buat Jaka sekarang.
"Aggh ...! Sial! Benar-benar sial!" Jaka berucap sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
Sementara itu, Meta Adinda sedang sibuk dengan khayalannya. Dia selalu membayangkan pernikahan yang megah dengan pria yang selama ini dia cintai.
Pria yang telah merebut hatinya sejak dia masih remaja. Hanya saja, saat usia remaja, dia tidak punya keberanian untuk mendekati pria itu. Yang bisa ia lakukan hanya memperhatikan pria itu dari sebelah rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ayu Sulistyawati
tanyakan pada hati mu Jaka siapa yg benar² yang ada di dalam hati mu..
jangan salah langkah yg akan mengakibatkan kamu kecewa dan kehilangan..
2023-03-11
1
Patrick Khan
.hai kakak rani..q lgsg mampir nie 😊😘
2023-03-10
1
🌺Nadia🍎
secangkir kopi dan fote
2023-03-10
1