*Part 4 Kata tidak.

Karena telah berhasil mengatakan apa yang ingin dia katakan, Jaka langsung merasa tenang. Karena saat ingin berucap kata-kata itu, dadanya seperti sedang terhimpit batu besar saja.

Sementara Meta, tentu saja dia kaget bukan kepalang. Sangking kagetnya dia dengan apa yang Jaka katakan, dia yang awalnya duduk tenang, kini langsung berdiri dengan cepat.

"Apa!? Nikah!" Meta bicara dengan nada tinggi yang lebih mirip berteriak dengan keras.

Untung saja saat itu, taman komplek sedang sepi karena masih pagi. Semua orang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Jika tidak, mungkin satu komplek akan gempar akibat kata-kata yang Meta ucapkan barusan.

Tanggapan Meta yang berlebihan tentu membuat Jaka jadi agak panik. Bagaimana tidak? Seumur hidup, dia mana pernah menyatakan cinta pada siapapun. Jatuh cinta emang pernah, tapi sayangnya, tidak pernah ia ungkapkan rasa cinta itu pada orang yang dia cintai. Karena cinta itu adalah cinta terlarang yang hanya bisa dia simpan dalam hati saja.

"A-- apa ... apa ada yang salah, Meta? Apa ... aku salah bicara barusan?" Jaka berucap dengan nada yang masih gugup.

"Itu ... jika kamu tidak bersedia. Maka aku tidak akan memaksa. Aku hanya .... "

"Tidak. Aku bersedia kok, kak Jaka. Bahkan, sangat bersedia," kata Meta langsung memotong perkataan Jaka dengan cepat. Tentunya, dengan wajah yang sangat berseri-seri karena terlalu bahagia.

Selanjutnya, tanpa pikir panjang lagi, Meta tiba-tiba reflek langsung menghambur ke dalam pelukan Jaka. Mungkin, karena terlalu bahagia dengan lamaran mendadak yang tidak mirip lamaran sama sekali. Tapi, itu sangat membuat Meta bahagia. Karena penantian yang dia lakukan selama ini, telah berhasil dengan hasil yang sangat memuaskan.

Namun, saat kebahagiaan itu dia rasakan, dia lupa akan satu hal. Yaitu, cinta dari Jaka. Ajakan pernikahan ia dapatkan, tapi bagaimana dengan cinta Jaka yang selama ini dia kejar? Apakah dia juga mendapatkannya? Sayangnya, Meta lupa akan pertanyaan soal itu. Dia terlalu terbuai akan bahagianya menerima tawaran pernikahan yang entah akan membawa bahagia, atau malah akan sebaliknya.

"Aku terima lamaran ini dengan lapang dada, Kak. Terima kasih banyak untuk lamaran ini. Karena lamaran ini, sangat membahagiakan hatiku," ucap Meta sambil terus memeluk erat tubuh Jaka.

Jaka yang dipeluk terlihat agak enggan untuk mengangkat tangannya buat membalas pelukan Meta. Tapi pada akhirnya, tangan itu bisa ia gerakkan meski dengan wajah sedikit terpaksa.

"Iy-- iya." Jaka berucap lirih sambil membelai pelan punggung Meta.

....

Kebahagiaan besar yang kini Meta rasakan akibat penantiannya yang tidak sia-sia, membuat semua yang kenal dengan Meta ikut bahagia. Mereka ikut bahagia dengan lamaran Jaka untuk Meta.

Ditambah, lamaran itu ternyata cukup mewah. Maklum, latar belakang adik angkat Jaka itu sangat besar. Dia anak orang terkaya nomor satu di kota ini. Sedangkan suaminya adalah anak orang kaya nomor dua. Lah, semua kekayaan itu jika bersatu tentu akan sangat luar biasa. Mana mereka orang terpandang, ya tentu akan menciptakan pengaruh yang besar.

Jaka yang peduli dengan Jesi, mana mungkin Jesi akan mengabaikan kakak angkatnya ini. Apalagi Jaka akan melamar Meta, gadis yang selama ini Jesi percaya bisa menjaga kakak angkatnya dengan baik. Tentu dia akan turun tangan untuk menyiapkan segalanya.

Dua hari setelah ungkapan lamaran antara Jaka dengan Meta, lamaran yang sesungguhnya pun datang ke komplek tersebut. Hampir semua penghuni komplek ikut hadir di acara tersebut. Karena kabar bahagia itu cepat tersebar.

"Pernikahan akan kita adakan satu minggu lagi. Bagaimana? Apa kalian semua setuju?" Papa Meta berucap saat semua sudah dibicarakan.

"Setuju (tidak)."

Kata tidak yang terdengar merusak obrolan dari perwakilan kedua keluarga langsung membuat semua berpaling. Mereka tentu menjadikan orang yang berucap kata tidak itu sebagai pusat perhatian. Tentunya, dengan tatapan penasaran yang dipenuhi rasa ingin tahu, mereka menatap Jaka.

Ya, kata tidak itu tak lain datangnya dari Jaka. Entah kenapa, dia tiba-tiba ikut bicara saat pertanyaan dilemparkan ke pihak mereka Sepertinya, ada hal yang memberatkan hati Jaka sampai dia langsung menjawab pertanyaan dari papa Meta barusan.

"Jaka. Kenapa? Apa yang kamu pikirkan sampai kamu tidak setuju jika pernikahan kalian diadakan minggu depan?" Indra, papa dari adik angkatnya langsung bertanya sebagai perwakilan dari semua orang yang ada di sana.

"Iya, Nak Jaka. Ada apa? Kenapa kamu tidak setuju? Apa karena masalah persiapan? Jika iya, kamu tidak perlu cemas. Kita bisa mengadakan persiapan dalam waktu yang sangat singkat. Jangankan satu minggu, dua atau tiga hari saja kita bisa mengadakan persiapan yang mewah dan megah untuk pernikahan kamu, Nak." Kali ini giliran papa mertua dari adik angkatnya yang berucap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!