*Part 3 Keputusan

"Mama ingin katakan, apakah tidak sebaiknya, kamu menikah secepatnya, Meta?"

Ucapan itu langsung membuat mata Meta melebar. Bagaimana tidak? Sang mama jelas-jelas mengatakan supaya dia menikah dalam waktu dekat. Padahal, mamanya tahu bagaimana hubungan antara dirinya dengan Jaka saat ini.

"Ba-- bagaimana ... aku bisa menikah secepatnya, Ma? Kak ... Ja-- Jaka saja tidak terlihat ingin melamar ku dalam waktu dekat. Jangankan melamar, bicara soal hati saja tidak pernah sekalipun."

"Nah, itu kamu tahu kalau Jaka tidak pernah bicara soal hati sama kamu, Met. Lah tapi kenapa kamu tetap bertahan dengan Jaka hingga detik ini sih?"

"Kamu tahu berapa lama kamu menunggu, Meta? Apakah kamu akan tetap menunggu sampai mama tidak ada di dunia ini lagi?"

Sontak, ucapan itu langsung membuat mata Meta melebar karena kaget. "Mama ngomong apa sih, Ma? Jangan ngomong yang nggak-nggak dong, Ma."

"Mama tidak bicara yang bukan-bukan, Meta. Tapi mama bicara soal kenyataan. Usia mama sudah bertambah tua. Mama ingin segera menimang cucu dari anak satu-satunya yang mama punya. Jika kamu tetap bertahan tanpa ada kepastian, maka sampai kapan pula mama akan tetap bertahan untuk menunggu kamu membawa menantu buat mama."

Ucapan sang mama sangat benar. Karena itu, Meta tidak bisa berucap sepatah katapun untuk menanggapi apa yang mamanya katakan barusan. Yang bisa Meta lakukan hanyalah, diam sambil menundukkan kepala untuk menahan hati yang serba tidak enak.

Malam itu, baik Jaka ataupun Meta sama-sama tidak bisa tidur karena pikiran mereka masing-masing. Jaka yang masih tidak yakin dengan hatinya, sedangkan Meta yang merasa sedih karena tidak ada kepastian untuk kelanjutan langkah hidup kedepannya. Intinya, kedua anak manusia ini sama-sama sedang dilanda perasaan dilema yang sangat berat.

...

Semalaman tidak bisa tidur akibat memikirkan hidup yang rumit. Baik Jaka maupun Meta terlihat sedang tidak baik-baik saja. Wajah keduanya terlihat sedikit kusut saat matahari mulai menyapa.

Tapi, setelah semalaman berpikir, Jaka telah membulatkan niat untuk mengambil keputusan yang dia anggap sangat besar. Dia akan melamar Meta dalam waktu dekat. Meski dengan atau tanpa adanya rasa cinta, Jaka tetap akan menikahi Meta dalam waktu dekat.

Setelah membersihkan diri, Jaka mengajak Meta bertemu di tempat biasa. Itu adalah taman komplek yang letaknya tak jauh dari rumah mereka.

Tempat yang selama ini menjadi saksi bisu kebersamaan dua anak manusia. Sudah lama bersama, namun tidak pernah menyinggung kata cinta sedikitpun. Karena Jaka selalu mengganggap perasaan Meta itu hal yang tidak ingin ia bahas. Meskipun satu komplek tahu apa perasaan Meta pada dirinya, tapi dia tetap mengganggap semua itu masa bodoh saja.

Hingga pada akhirnya, Jesika harus turun tangan. Menyentuh relung hati Jaka bagian terdalam. Membuat pria itu sadar, kalau dia tidak bisa selama bersikap acuh tak acuh seperti hal yang telah ia lakukan selama ini.

Pengaruh yang cukup kuat dari Jesi bisa membuat sang kakak angkat sadar juga. Hingga hal besar ini Jaka ambil.

Sekarang, Jaka sudah datang ke taman itu sepuluh menit lebih awal dari Meta. Tidak seperti hari biasanya, Jaka datang duluan. Karena biasanya, selalu Meta yang harus menunggu kedatangan Jaka. Tapi kali ini tidak.

"Eh, kak Jaka udah datang? Tumben datang duluan. Ada apa nih? Apa yang ingin kak bicarakan sama aku? Kayaknya penting banget sampai kak Jaka datang duluan," ucap Meta sambil mempersembahkan senyum manis di bibirnya buat Jaka.

Lalu, dia menghempaskan bokongnya di kursi taman yang panjang. Tempat di mana Jaka sudah duduk di sana selama lebih kurang sepuluh menit yang lalu.

"I-- iya. Aku ingin bicara hal serius sama kamu, Met. Ini ... ini soal .... " Jaka mendadak merasa sangat gugup. Karena itu, dia tidak bisa terus melanjutkan ucapannya sekarang. Dia terpaksa menghentikan sebentar niatnya buat bicara.

Hal itupun langsung membuat Meta menoleh ke arah Jaka yang ada di sampingnya saat ini. Karena Jaka terlihat cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Hal tersebut sangat membuat hati Meta penasaran. Apalagi di tambah Jaka yang terlihat sangat gugup sekarang. Itu seperti bukan Jaka yang selama ini dia kenal. Karena selana ini, Jaka itu terkesan tenang, dingin tanpa kehangatan sedikitpun. Tapi sangat mampu membuat hati Meta melayang jauh.

"Ada apa sih, Kak? Kok kayaknya emang penting banget," ucap Meta karena tak sabar untuk menahan rasa penasaran lagi.

"Itu ... Meta, aku ingin kita menikah. Apa kamu bersedia?" Akhirnya, ucapan itu terucap dengan lancar juga.

Karena telah berhasil mengatakan apa yang ingin dia katakan, Jaka langsung merasa tenang. Karena saat ingin berucap kata-kata itu, dadanya seperti sedang terhimpit batu besar saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!