Gadis Jorok Pilihan Mama
"Pulang pagi lagi kamu Dion? Mau sampai kapan terus-terusan begini, hah! Mama capek dengar keluhan-keluhan tentang kamu dari ibu-ibu sosialita kenalan mama, kamu ngertiin mama dong sayang!"
"Apa sih ma, Dion baru bisa tidur mama ngoceh-ngoceh terus, kan bikin sakit kepala, Ma!
Anak semata wayang pasangan Chandra dan Agnes itu, berdiri dari ranjang empuknya, dan berusaha menyingkirkan mamanya dari dalam kamarnya.
"Sudah ya, Mama keluar dulu! Nanti kita lanjutin obrolan kita saat makan malam, oke mama cantik! Oh iya, jangan lupa bilang ke teman-teman Mama, kemana aja jeng, baru tahu kalau anak kesayangan saya Badung nya ngga ketulungan!" Dion tersenyum menunjukan semua giginya dan menutup pintu.
Pukul 19.00 semua orang sudah berada di ruang makan. Tak terkecuali Dion, menatap wajah serius kedua orang tuanya, pria tampan itu biasa saja.
"Selamat makan!" sapaan Dion membuat kedua orang tuanya segera meletakan ponsel, dan tabletnya.
"Nak, setelah selesai makan malam, kita bicara sebentar ya, ada yang perlu papa sampaikan sama kamu, Mama juga," perintah Chandra yang sudah pasti tak bisa ditolak.
"Siap juragan!" balas Dion, yang mendapat kode dari mamanya untuk diam saat makan.
Dion yang sudah selesai segera menunggu papanya di ruang keluarga. Tak lama kemudian, Agnes dan Chandra muncul dari dalam kamar, membawa sebuah map plastik yang tertutup rapat.
Melihat putranya yang tampan nampak cuek, Chandra merasa kesal. Bagaimana Dion bisa tidak memiliki rasa keingintahuan apa yang akan mereka bahas.
Karena bosan menunggu Papanya, Dion menghubungi Kawan baiknya, juga rival terberatnya saat SMA dulu.
Dion
"Halo bro, asik banget kayaknya yang udah married, gimana rasanya si bohay?"
Vicky
"Legit bro, aah, lo penasaran ya?hahaha... makanya buruan susulin kita! Bayu aja nyesel, nggak nikah dari dulu!"
Dion
"Sial, gue malah dipamerin! Belum ada calon, nanti lah kalau gue udah bosen main, kapan kita balapan lagi?"
Vicky
"Kapan-kapan, gue udah ada mainan di rumah, sorry bro lebih enak main sama Dista daripada mainin motor terus, gue tunggu kalian di rumah, Oke!"
Dan Vicky pun memutuskan panggilannya. Melihat reaksi Dion, Chandra dan Agnes hanya geleng-geleng kepala menahan tawa. Mereka berdua berniat untuk memberi peringatan kepada anak mereka satu-satunya.
"Telepon siapa Nak? Pacarnya?"
Chandra sambil menyodorkan secarik kertas, yang berisi surat pernyataan yang sudah di tanda tangani olehnya. Ia meminta agar Dion membaca dengan seksama dan mengikuti aturannya selama masih belum menghasilkan uang dari jerih payahnya.
"Bukan Pa, telepon Vicky tadi. Apa ini?"
"Baca baik-baik, pahami lalu kamu boleh memutuskan langkahmu selanjutnya," jelas papanya sambil menunggu Dion selesai membaca.
Melihat ekspresi putranya, Chandra dan Agnes tak dapat menahan tawa. Bocah badung itu merasa tidak terima, jika poin-poin yang ditulis sang kepala keluarga, lebih banyak menguntungkan mereka.
"Nggak bisa Pa, masa Dion harus bekerja jadi karyawan Papa? Buat apa coba punya Papa Bos di sana, kalau ujung-ujungnya Dion harus jadi karyawan juga!" protes Dion terbaca dengan jelas, ia tahu kalau anaknya akan menggunakan alasan ini.
"Kalau keberatan, baca poin kedua!" sambung Chandra. Sejak tadi kaki sepasang suami istri itu saling mengode, jika mereka tidak bisa menahan tawa melihat reaksi Dion yang ceplas-ceplos.
"Dion, disuruh menikah? Tempo tiga bulan? Kalau menolak akan dicoret dari Kartu keluarga, apa-apaan ini?"
Dion tidak benar-benar membaca semua yang tertulis di sana, hanya setengah yang ia baca. hanya emosi yang pria itu utamakan, membuat Agnes ikut bingung menghadapi tabiat anak semata wayangnya.
"Nak, mama dan papa boleh tanya sesuatu?" Agnes dengan berat hati mencoba bertanya.
Dion hanya menunggu mamanya memberi pertanyaan, namun ia masih membuang muka.
"Nak, maaf ya sebenarnya, kamu normal nggak sih? Kenapa begitu takut sama gadis-gadis," lirih Agnes yang tentu saja mendapat serangan balik dari Dion.
"Wah kacau, Mama gue aja nggak percaya, kalau anaknya ini jagoan. Ya kali Dion nggak normal. Kalau perlu besok juga Dion bawa cewek ke rumah biar kalian puas." omel Dion panjang lebar.
"Benar ya, Papa tunggu!"
Dion berlalu dengan terus menggerutu. Di tangannya membawa secarik kertas, yang bertuliskan bahwa namanya akan dihapus dari kartu keluarga jika dalam waktu tiga bulan ia tak memiliki kekasih.
'Gila bokap gue, dapat hasutan darimana sih? Bisa begitu. terus gue mau bawa siapa dong, bego lo Dion!'
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Maaaaaak"utun"..nie🍉
mampir akoeh..msiiih nyimaaak ah
2023-03-11
3