Seperti biasa, seorang Dion Wijaya yang sehari-hari melalui hidupnya dengan menantang bahaya dan berbuat semaunya. Memecah aspal dengan ducati kesayangannya.
Senyum mengejeknya ia layangkan untuk papanya. Bisa-bisanya secarik kertas itu dijadikan ancaman untuk mengontrol dirinya.
Dion jadi mengingat masa lalu. Dimana dia dan ketiga kawannya tak pernah menganggap semua hal yang terjadi adalah sesutu yang serius. Hingga kini usianya telah beranjak dewasa. Memasuki gerbang besar menuju rumahnya, mobil Chandra Wijaya ternyata telah terparkir rapi di garasi.
“Wah anak mama sudah pulang, kebetulan Papa juga pulang cepat hari ini.”
Agnes menghampiri putra semata wayangnya yang duduk di ruang keluarga. Raut kesal nampak jelas di wajah Dion. Agnes jadi ingin tahu, apa yang menyebabkan suaminya ingin bicara empat mata dengan putranya tanpa melibatkan dirinya.
“Nak, diminum dulu! pasti kamu capek ya, bagaimana di kantor papa hari ini?” tanya Agnes beruntun. Dion yang menerima segelas air dari mamanya, menenggaknya hingga ludes tak tersisa.
“Ya gitu deh, Mama nggak usah sok peduli! Bukannya kalian berdua bersekongkol untuk mengikat Dion dengan cara kekanakan seperti ini!”
Dion membuka kancing kemejanya, menyandarkan kepalanya di sofa dan menatap langit langit.
Agnes membelai rambut anaknya, hingga berulang kali wanita itu melihat putranya berulang kali menyimpulkan senyum.
Melihat hal itu, Agnes menjadi penasaran. Siapa gadis yang telah mencuri hati putranya. Dion tak pernah berbagi hal menarik dalam hidupnya kepada orang tuanya. Setahu mereka hanya teman sekolahnya yang paling peduli dengan Dion.
“Ma, mama ingat Vicky kan? sekarang dia punya perusahaan sendiri.” ungkap Dion jujur.
Dari cara bicaranya, Dion menginginkan saat seperti masa SMA dan kuliah dulu. membuka usaha bersama teman-temannya, karena hal itu membuat anak manja itu menghilangkan rasa kesepian.
“Lalu kenapa? Bagus dong, kalau Vicky bisa sukses di usia muda. Kamu juga mempunyai perusahaan sendiri, setelah papa pensiun nanti semua akan jadi milikmu Nak!” tiba-tiba Chandra muncul dari ruang kerjanya. Karena menunggu putranya tak segera menemuinya.
Saat sedang berkumpul di ruang keluarga, Chandra mendapat telepon masuk jika besok Kania ijin tidak masuk kerja, karena kakinya terkilir. Saat ditanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, Kania tidak mengatakan apapun. Namun, Chandra tidak percaya begitu saja dengan ucapan gadis muda itu.
Selama menjadi sekretarisnya, Kania dikenal sebagai gadis yang rajin dan profesional. Bahkan Chandra memilih dirinya secaa langsung dari perekrutan karyawan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi setelah putranya masuk ke kantor.
Chandra
[Iya, lekas sembuh ya! nanti kirimkan saja tagihannya ke istri saya!]
Begitu sambungan telepon itu terputus, tatapan Chandra mengarah kepada Dion. Bertanya tentang apa saja yang Dion pelajari di kantor, putranya hanya merespon sekenanya dan tak pernah menanggapi serius. Membuat pria yang hampir separuh abad itu naik darah.
Jika melihat ketiga teman semasa sekolah putranya, menurutnya Dion adalah anak yang paling beruntung. Terlahir dari keluarga pengusaha sukses yang tak pernah kekurangan. Dion juga tak memiliki saudara, alhasil semua keinginannya akan selalu terpenuhi.
Namun kali ini perbuatannya tak bisa dibenarkan. Meskipun belum terbukti, absennya Kania besok adalah kerjaan Dion, tapi feeling Chandra tak pernah meleset, melihat perangai dan tabiat anak semata wayangnya yang susah dikendalikan.
“Kamu tahu, kalau besok Kania nggak masuk kerja?” Dion mengedikan bahu. Menatap wajah papanya yang menahan marah.
“Kenapa Papa tanya sama Dion, kan papa bos nya! Dion Cuma dianggap anak magang sama siapa tadi namanya? Sekretaris dekil papa, Ka- Kanebo? Hahaha...”
Mendengar hal itu, Agnes yang menahan tawa segera menepuk pundak putranya untuk tidak berbuat keterlaluan. Chandra semakin yakin, jika semua ini ada hubungannya dengan perbuatan Dion.
“Besok, kamu nggak perlu berangkat ke kantor!” Chandra yang sedang membaca berita online di tabletnya, sedikit mengamati perubahan ekspresi Dion yang nampak sumringah.
‘Yess!!! Berhasil juga!’
“Besok pagi, kamu ke rumah Kania bawa dia ke dokter! Selama kamu membantu sekretaris papa, akan papa hitung kamu tetap masuk kerja. Ingat, kontrak masih berjalan.”
Kini giliran senyum kemenangan ada pada sepasang suami istri itu. melihat wajah putranya mengerucutkan bibirnya, dan beranjak pergi. Chandra dan Agnes melakukan tos tanpa suara.
...
“Bu, Kania pulang!”
Gadis itu dibantu abang ojek online yang dipesannya. Menuntun jalannya hingga ke teras rumah. Setibanya di dalam, Kania segera merebahkan diri di sofa yang sudah tak empuk lagi.
“Astaga Nia, kakimu kenapa nak?”
Asri, Ibu Kania memeriksa kaki putri bungsunya. Saat dipijat, gadis itu memekik kesakitan. Menandakan adanya cidera pada bagian tubuhnya.
Dengan telaten, Ibu dua anak itu membaluri kaki jenjang putrinya dengan minyak pijat. Membuat Kania memejamkan mata karena menahan nyeri yang tak tertahan.
“Kakak, sudah pulang Bu?” Asri mengangguk, Ia merasa kasihan kepada putri bungsunya yang selalu saja direpotkan dengan tingkah Kakaknya. Memiliki anak laki-laki yang minim tanggung jawab. Kerjaannya hanya bermain judi dan menghamburkan uangnya untuk membelanjakan pacarnya yang tidak jelas.
Melihat Asri menangis, Kania menghentikan tangan ibunya yang sedang mengobatinya. Gadis itu mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli kebutuhan rumah.
Sejak Ayahnya meninggalkan Ibunya demi wanita lain, juga kakaknya yang tak pernah awet di tempat kerja, membuat Kania tak lagi mengandalkan siapapun selain kemampuan dirinya sendiri. Sampai suatu hari Kania diterima di sebuah perusahaan milik Chandra Wijaya.
“Bu, besok Kania ijin tidak masuk kerja. Bos juga sudah mengijinkan. Ibu masak apa hari ini?” Kania yang kesulitan berjalan menuju meja makan dan saat membuka tudung saji, gadis itu tak menemukan sesuatu untuk dimakan.
“Maaf Nak, uang yang ibu gunakan untuk membeli makanan, semua diambil oleh kakakmu.”
Tanpa menjawab sepatah katapun gadis itu memasuki kamarnya dan berbaring diatas ranjangnya.
‘semoga saja nanti malam, gue bisa mimpi makan enak biar kenyang.’ Sesaat kemudian gadis itu tertidur.
...
Dalam tidurnya Kania menicum aroma harum dari roti panggang yang menggoda selera. Ia berpikir dirinya bermimpi. Nyatanya wangi itu tak kunjung hilang, hingga Asri membangunkannya.
“Bangun Nia, sudah jam tujuh.”
Gadis itu menggeliat, ia sudah mengatakan sebelumnya kepada ibunya jika hari ini dirinya tidak masuk kerja. Namun ibunya mengatakan jika ada seseorang yang menunggu di ruang tamu. karena tak berpikiran macam-macam, Kania langsung menemui seseorang yang dimaksud ibunya.
“Siapa Bu, pagi-pagi begini mengganggu saja!”
Suara Kania membuat pria itu menoleh ke sumber suara. Ditatapnya gadis itu dari bawah ke atas berulang kali sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Begitu juga sebaliknya, bibir gadis itu membulat sempurna saat kedua matanya menangkap sosok pria yang membuat dirinya celaka.
“Astaga!”
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Eneng Ersha
seru... mudah2an g bnyk konplik dn bnyk konyol lawakan nya
2023-11-18
1