My Innocent Doctor
Madeline Elana Marshall, wanita cantik dengan seragam Dokter yang membalut tubuhnya dan tak lupa dengan stetoskop yang mengalungi lehernya, berjalan menyusuri lorong rumah sakit.
Sepulangnya dari berlibur dari Lauterbrunen, ia kembali disibukkan dengan pekerjaannya sebagai dokter onkologi.
"Baru saja ngerasain indahnya liburan, justru harus disibukkan dengan segala realita yang begitu memusingkan," gerutu Madeline sambil melirik jam yang melingkar di tangan putih mulus miliknya.
Andai saja ia bisa mengajukan cuti dengan lama, pasti ia akan melakukan hal itu. Namun, semua itu hanya angan-angan Madeline saja. Di rumah sakit tempat ia bekerja membutuhkan tenaganya, membutuhkan dirinya untuk menangani pasien.
Baru saja ia membuka pintu ruangan, langsung dikejutkan dengan Suster yang berada di hadapannya.
"Bikin kaget saja." ucap Madeline sambil mengelus dada karena terkejut.
"Maaf, Dokter Maddy," cicit Suster Alesha.
"No problem, lain kali hati-hati." ucap Madeline yang kemudian memasuki ruangan miliknya.
Madeline langsung menaruh tas miliknya di atas meja kerjanya, merebahkan tubuh di sofa yang berada di dalam ruangan. efek jetlag masih begitu terasa, hingga membuatnya ingin merebahkan diri sejenak.
Untungnya, jadwal operasi akan di mulai dua jam lagi. ia masih memiliki waktu untuk mengistirahatkan diri.
Namun, istirahat kali ini kembali terganggu karena sebuah ketukan pintu.
"Masuk," jawab Madeline dengan suara keras.
Pintu terbuka, tampak Suster Alesha datang dengan tergopoh-gopoh.
"Dokter Maddy, waktu operasi di majukan jadi sekarang. anda di minta untuk bersiap dan segera ke ruang operasi." jelas Suster Alesha tanpa berani menatap wajah Madeline yang tengah menatapnya dengan tajam.
Madeline hanya bisa menghela napasnya dengan berat, ini yang paling ia tak sukai. Panggilan mendadak, hal itu juga yang nantinya bisa memicu Madeline tak bisa berkonsentrasi ketika sedang di meja operasi.
"Aku bersiap dulu, segera siapkan semua yang aku butuhkan." ucap Madeline sambil mengibaskan tangannya tanda mengusir Suster Alesha.
Tak pakai lama, suster Alesha pun keluar dari ruangan Madeline.
"Jika tahu seperti ini, lebih baik aku beli kopi sebelum ke rumah sakit." Memang pada dasarnya Madeline begitu banyak bicara. Jadi, hal tak penting sekalipun tetap ia ucapkan.
Madeline adalah coffee addict, ia tak bisa sehari saja lepas dari kopi. Pekerjaan yang ia lakoni menuntutnya harus tetap siaga. Tapi itu semua tak masalah baginya, ini adalah mimpi yang begitu ia idamkan. Ada alasan tersendiri mengapa ia lebih memilih untuk menjadi dokter onkologi, yang jelas ini berkaitan dengan masa lalunya.
Karena sudah ditunggu, membuat Madeline akhirnya segera bersiap. Berjalan menuju ruang operasi yang berada di lantai atas.
Hingga dirinya berpapasan dengan seorang Dokter yang begitu menyebalkan baginya. Pasalnya, Dokter itu selalu mengejeknya dengan sebutan Perawan tua.
Memang tak ada yang salah dengan ucapannya. Namun entah kenapa, Madeline begitu kesal jika harus dikatakan seperti itu.
"Dasar perawan tua," cibir Dokter Pierre, yang tak lain adalah anak dari pemilik rumah sakit tempat Madeline bekerja.
Benar bukan dugaannya, pria itu kembali mencibirnya. Tanpa melihat ke arah Pierre, Madeline langsung berlalu begitu saja, tak mendengar ucapan pria itu.
"Sok tampan! Semoga saja dapat balasan karena telah mencibirku," Madeline terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju ruang operasi.
Dokter Pierre menatap kepergian Madeline dengan puas. Entah kenapa, ada kepuasan tersendiri baginya ketika mencibir Madeline.
Pierre Cardin Spencer, adalah anak dari pemilik rumah sakit tempat Madeline bekerja. Disana, pria itu juga menjabat sebagai wakil direktur sekaligus Dokter onkologi. Bedanya dengan Madeline, Dokter Pierre adalah senior dari Madeline.
Tak hanya itu, Dokter Pierre adalah salah satu orang yang begitu di gilai di rumah sakit miliknya. Hingga tak jarang, banyak pasien yang menjodohkan dirinya dengan anak mereka.
Namun Pierre menolak, karena pria itu telah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai. Dan rencananya, mereka akan segera menikah tahun depan.
Dokter Pierre yang sedang memikirkan sang kekasih pun terganggu dengan ponsel miliknya yang terus berdering. Dari dalam saku jas putih yang ia kenakan, Pierre mengambil ponsel miliknya.
Yara is Calling
Dengan cepat, Dokter Pierre langsung mengangkat panggilan telepon itu. Ia tak ingin membuat kekasih yang begitu ia cintai menunggu lama.
"Hallo sayang," sapa Pierre dengan senang.
"Pierre," Panggil Yara.
Kedua mata Pierre sampai membola kala mendengar kekasihnya hanya memanggil dirinya dengan sebuah nama, tanpa embel-embel kata sayang.
"Sayang, are you okey?" tanya Pierre dengan nada Khawatir. Pasalnya, Yara begitu berbeda sejak pertemuan terakhir mereka.
Yara tak menjawab, ia hanya terdiam dan tak mampu berkata-kata.
"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu, Pierre," jawab Yara dengan suara tercekat.
"Tentang?"
"Hubungan kita,"
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita, aku tak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku telah dijodohkan oleh kedua orang tuaku, dan aku tak bisa menolak itu." jelas Yara dengan sangat lirih, terdengar dengan jelas di telinga Pierre saat ini Yara tengah menangis.
Pierre terkejut, rasanya tak mampu lagi ia berdiri gagah hingga kini ia bersandar dengan pilar rumah sakit.
"Yara... Ini kamu hanya bercanda, bukan? tidak sedang serius?" tanya Pierre yang berusaha mengelak segala kenyataan yang menyakitkam baginya.
"Aku tidak bercanda, Pierre. aku serius!"
"Jika kau tak percaya, kau bisa cek melalui email undangan yang aku kirim."
Pierre tentu tidak menerima jika hubungan telah lama mereka jalani kandas hanya karena sebuah perjodohan,"Bersabarlah sebentar saja, Yara. Aku pasti akan meminangmu secepatnya."
"Aku sudah tidak bisa menunggu, Pierre. Ini adalah keputusan yang sudah tak bisa di tawar," Ucap Yara.
Pierre tak berhenti mencoba, pria itu terus membujuk Yara agar tidak memutuskan hubungan mereka. Sudah sepuluh menit lamanya Pierre berbincang melalui sambungan telepon, membujuk Yara agar tidak melakukan hal itu padanya.
Namun, Yara tetap pada keputusan awal. Wanita itu mengakhiri hubungan dengan Pierre dan menikah dengan pria pilihan orang tuanya.
"Terimakasih sudah mencintaiku setulus hati, aku memilih perjodohan ini," ucap Yara yang kemudian mengakhiri panggilan telepon dari Pierre.
Pierre yang sedang tak karuan pun langsung membanting ponsel mahal miliknya hingga hancur. Bentuk ponsel yang ia banting tak jauh berbeda dengan hatinya, sama-sama hancur dan tak terbentuk.
Dengan perasaan campur aduk, Pierre langsung berlari menuju lift. menaiki lift menuju lantai tertinggi dari rumah sakit miliknya, ia butuh pelampiasan untuk meluapkan segala yang ia rasakan hari ini.
"YARA!" teriak Pierre dengan frustasi.
Pierre begitu hancur saat ini. Kekasih yang begitu ia cintai lebih memilih menerima perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya, di bandingkan bersama dirinya.
"Kenapa bukan aku, kenapa harus dia yang menjadi pendampingmu," teriak Pierre, tak peduli saat ini ia jadi bahan perhatian orang.
Tetapi untungnya tak ada orang disana, hanya dirinya saja. Pikirannya yang tak bisa berpikir jernih, membuatnya berencana lebih memilih mengakhiri hidupnya dari pada harus merasakan sakit seperti ini.
Kurang lebih dua jam Pierre berada di lantai teratas rumah sakit, meluapkan segala yang menyesakkan dada. Sedih, marah, kecewa dirasakan oleh Pierre.
Pierre merasa kalut saat ini. Otaknya tak dapat berpikir dengan jernih, hingga sebuah pilihan untuk mengakhiri hidup terlintas di pikirannya.
"Mungkin aku lebih baik mati, daripada melihatmu berjalan di altar dengan pria lain." lirih Pierre yang mengambil kepingan kaca yang rencananya akan ia gunakan untuk memotong nadinya.
Pierre bersiap menggoreskan tangan dengan pecahan kaca yang tajam, bahkan ujung kacanya sudah mulai mengenai kulit bersih miliknya. Saat Pierre ingin melanjutkan aksi b*nuh dirinya, tiba-tiba ada tangan yang berusaha merebut pecahan kaca itu dan membuangnya jauh.
"Apa otakmu sudah tak waras, ingin mengakhiri hidup dengan cara seperti ini? Apa tidak sekalian saja kau melompat dari gedung tinggi ini." ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Juli Yanti
mampir di sini lagi soalnya akun Juli mahtin anak aq yang pakainya
2023-04-12
2
Juli Mahtin
mampir thor
2023-03-29
0
🦆͜͡ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ
waahhh sequel nya Unexpected Scandal... temennya Belle..
2023-03-11
1