"Harusnya kau berterimakasih padaku, belum saja kau kualat denganku," celetuk Madeline yang kini duduk di samping Abella yang tak lain adalah sahabat sekaligus iparnya.
"Belle, sesekali kau suruh suamimu tidur di ruang tamu jika dia membuatmu kesal." usul Madeline sambil berbisik di telinga Abella.
Abella hanya mengulas senyum, ia tidak berada di pihak manapun. Sebelum ia menjadi bagian keluarga Eduardo, sudah sering sekali melihat Madeline dan sang suami yang terus bertengkar.
"Daripada kau menghasut istriku, lebih baik kau segera menikah. Apa kau ingin aku jodohkan dengan rekan bisnisku di Milan?" tanya Saviero yang tak lain adalah sepupu Madeline.
Madeline tentu saja langsung menolak,"Terima kasih atas tawaranmu, aku menolak." jawabnya.
"Sombong sekali, memang kau tak ingin menikah?" tanya Saviero dengan heran. Pasalnya, sulit sekali membujuk Madeline. Bukan tanpa sebab, Sering kali Uncle Garry yang tak lain ayah Madeline mengeluh tentang putrinya yang belum juga memiliki pendamping.
Sebagai orang tua tunggal, tentu hal itu membuat nya khawatir.
"Ingin, hanya saja belum ada yang cocok untukku." jawab Madeline sekenanya.
Daddy Garry langsung memberikan undangan pada putri.
"Minggu depan kau harus luangkan waktu. Dad akan mengajakmu menghadiri pernikahan rekan bisnis unclemu." pinta Daddy Garry.
"Ta-tapi... Dad...," Madeline ingin menolak, namun langsung di potong dengan ucapan Daddy Garry.
"Dad tak butuh penolakan, kau harus ikut." ucap Daddy Garry dengan final. Lalu pria paruh baya itu meninggalkan ruang tengah dan berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Madeline hanya menatap kepergian Daddy-nya. Ia tak ingin membuat cinta pertamanya semakin kesal karena penolakan yang ia berikan.
Sudah sering kali ia menolak ajakan Daddy-nya, tak terhitung berapa banyak penolakan yang Madeline lakukan dengan dalih kelelahan karena padatnya jadwal operasi, serta beberapa alasan lain.
Baiklah, mungkin memang untuk saat ini Madeline akan mengikuti ucapan Daddy-nya. Toh, gak ada salahnya bukan? Siapa tahu disana ia bisa bertemu dengan jodohnya.
Madeline berbincang sebentar dengan Abella sebelum akhirnya ia kembali ke kamarnya. Kegiatan hari ini begitu melelahkan, ditambah dengan Pierre yang selalu membuatnya emosi.
...****************...
Hari yang di tunggu akhirnya datang juga, Madeline kini telah siap dengan gaun pesta yang ia kenakan. Pakaian yang terlihat begitu sederhana namun tetap terlihat elegant.
Sedangkan Daddy-nya, meski di umurnya yang tak lagi muda masih terlihat tampan dan gagah. Ah, betapa beruntungnya Madeline memiliki Daddy yang begitu hebat. Bisa menjadi orang tua tunggal yang menghidupinya hingga menjadi seperti ini, di kenal banyak orang karena kepiawaiannya dalam dunia kedokteran.
"Ayo," ucap Daddy Garry.
Madeline melangkahkan kakinya memasuki mobil yang akan membawanya dan Daddy Garry sampai ke pesta pernikahan rekan kerja dari keluarga Eduardo.
Sementara Abella, ia lebih memilih untuk tidak ikut hadir. Mengingat saat ini ia sedang jauh dari sang suami yang berada di Milan. Ditambah, dengan kondisi yang sedang tidak kondusif.
Membutuhkan waktu sekitar 45 untuk sampai ke tempat pesta. Berjalan beriringan dengan Daddy Garry, hingga sepasang mata yang begitu ia kenali berpapasan dengan nya.
"Tuan Marshall," sapa pria itu dengan sopan.
Daddy Garry yang merasa terpanggil pun langsung menoleh, berbeda sekali dengan Madeline yang terlihat jengah dengan kedatangan pria itu.
"Pierre," jawabnya sambil menerima jabatan tangan dari pria yang usianya tak jauh berbeda dengan putrinya.
Perangai Pierre memang di kenal ramah oleh setiap orang, namun berbeda dengan Madeline yang menobatkan dirinya sebagai manusia paling menyebalkan di tata surya, tepatnya di planet bumi.
"Saya kira anda akan datang seorang diri, mengingat putri anda kerap kali jarang ikut menghadiri acara seperti ini," ucap Pierre sambil basa-basi.
Daddy Garry terkekeh,"Kau begitu memperhatikan diriku rupanya, anak muda. Perlu kau ketahui, putriku tidak memiliki seorang kekasih. Maka dari itu ia ikut bersamaku." ungkapnya.
Pierre hanya mengangguk, netranya terus menatap kearah Madeline yang terlihat lebih cantik dari biasanya. Riasan wajah yang tak terlalu mencolok namun terkesan elegant di matanya.
"Harusnya kau yang bersanding disana, kenapa jadi Unclemu yang disana." Tunjuk Daddy Garry yang mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk ke arah pengantin yang terlihat berbahagia.
Pierre langsung tersenyum kecut, hingga membuat Madeline yang melihatnya ingin tertawa. Melihat wajah Pierre yang tak enak dipandang, membuat Daddy Garry merasa bersalah.
"Maaf, bukan maksud uncle...," belum juga Daddy Garry menyelesaikan pembicaraan, Pierre sudah memotongnya.
"Mungkin kita memang tidak berjodoh, Uncle," ucap Pierre dengan senyuman tipis.
Bohong jika Pierre tak sakit hati, Bohong jika ia tidak merasa kecewa. Jika memang Yara terpaksa, kena berbeda dengan raut wajahnya yang terlihat begitu bahagia? Sungguh, jika tahu seperti ini lebih baik Pierre menghabiskan waktu di rumah sakit.
"Kasihan sekali, ngatain aku perawan tua. Justru, malah kena tikung paman sendiri," cibir Madeline yang begitu puas, setelah lama ia menunggu kesempatan membalas cibiran Pierre, akhirnya kesampaian juga.
Mulut Pierre sampai membisu, tak dapat membalas cibiran Madeline. Namun, Pierre adalah orang yang tak mau kalah. Ia membalas ucapan Madeline.
"Tak masalah, daripada dirimu. Tak pernah merasakan jatuh cinta, seperti orang kuno saja. Kalah sama anak sekolah jaman sekarang." ucapnya tak mau kalah.
Madeline sampai mengepal kedua tangannya, menahan emosi agar tidak meledak. Andai saja ini bukan tempat ramai, bisa Madeline pastikan ia membalas segala ucapan Pierre.
"Kau," geram Madeline.
"Untung saja saat ini tengah banyak orang, kalau tidak sudah ku telan kau hidup-hidup." sambungnya, kemudian Madeline pergi meninggal Pierre seorang diri.
Pierre hanya menatap kepergian Madeline sambil mengulas senyum.
"Dia begitu cantik dan mempesona. Tetapi bagaimana bisa ia tak memiliki seorang kekasih? Rasanya terdengar mustahil." Pierre bermonolog, ia tak peduli dengan pesta pernikahan mantan kekasihnya.
Ditambah, dengan ucapan orang tuanya yang seakan meremehkan Pierre yang hanya seorang dokter. Tanpa mereka ketahui, bahwa Pierre adalah pewaris rumah sakit tempat ia bekerja.
"Tetapi, aku rasa itu semua wajar. Mengingat wanita kuno itu adalah orang yang terlalu berambisi."
"Tidak jauh berbeda denganku, aku tampan dan kaya raya. Namun di tinggal menikah oleh kekasihku, dan sialnya yang menjadi suaminya adalah pamanku." Oh tuhan, kenapa takdir harus selucu ini.
"Tetapi, jika melihat raut wajah Yara tak sekalipun aku melihat raut wajah sedih dan tertekan. Justru menikmatinya." Pierre terus berbicara seorang diri tak peduli jika orang terus menatap ke arahnya.
Pierre sudah datang sejak tadi, hanya saja ia memilih untuk berada di keramaian. Perkataan keluarga Yara tentang dirinya membuat ia begitu terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ
sediihhh lah.. di tinggal kewong... wkwkwkwkw
2023-03-11
0
Heaven Nur
Up bab yang banyak dong kak Thor.. 😇🥰
2023-03-08
1