Ep. 03

"Bu, aku ke kamar Fitri dulu ya", 'Ucap Ben'.

"Iya yah, tadi aku udah coba bujuk Fitri juga, tapi dia tetap nggak mau bukain pintu kamarnya. Maaf ya yah, Fitri begini gara-gara Ibu", 'Jawab Rina yang merasa bersalah kepada putrinya'.

"Iya Bu, ngak apa-apa. Nama Fitri masih remaja Bu, dia itu masih labil", 'Ucap Ben menenangkan istrinya'.

"Iya yah", 'Jawab Rina'.

Ben pun menaiki anak tangga, dan menuju kamar sang anak sulungnya itu.

"Tok...tok.... Fitri, buka nak. Ini ayah", 'Ucap Ben mengetuk pintu kamar sang putri'.

"Fitri, buka dulu sayang. Ada yang mau ayah omongin sama kamu", 'Ucap Ben lagi yang masih mengetuk pintu kamar sang anak karena tidak ada sahutan'.

"ceklek.....", 'Fitri pun membukakan pintu kamarnya'.

"Ayah boleh masukkan?", 'Tanya Ben sebelum memasuki kamar Fitri'.

Fitri hanya mengangguk tanpa menjawab apa yang di ucapkan oleh sang ayah'.

Ben pun masuk dan duduk di atas ranjang sang anak, dan tidak lupa pula Ben menutup pintu terlebih dahulu, agar tidak ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

"Kamu kenapa nak?", 'Tanya Ben kepada putri sulungnya itu'.

"Ngak apa-apa kok yah", 'Jawab Fitri seolah-olah semuanya baik-baik saja, tetapi matanya tidak bisa berbohong karena mata Fitri sembab dan merah seperti abis menangis'.

"Kamu jangan bohong fit, ayah sudah tahu kok semuanya", 'Jawab Ben tersenyum kepada sang anak'.

Fitri hanya diam dan berlinang air mata kembali, dan tidak menjawab apa yang di ucapkan oleh Sang ayah.

"Ayah tahu kamu kesal, dan ayah juga tahu kalau kamu itu marah. Tapi kamu tidak boleh sampai banting sendok segala nak, apalagi itu di meja makan dan di depan makanan. Itu tandanya kita tidak bersyukur terhadap apa yang telah Allah berikan kepada kita", 'Ucap Ben lembut kepada sang anak'.

"Ta-tapi yah, i-bu.....",'Jawab Fitri terbata-bata dan ucapannya belum sampai tangisnya pecah kembali'.

"Iya nak, ayah tahu kamu marah sama ibu. Karena ibu selalu meminta kamu untuk mengalah dengan adik mu, tapi kan ini semua ibu lakukan agar kakak lebih dewasa lagi, dan kita yang sebagai kakak memang harus mengalah dengan adik kita nak, kita tidak boleh cemburu sosial begitu, apalagi dengan adik kita sendiri", 'Ucap Ben dan membawa Fitri kedalam pelukannya'.

"Ta-tapi tidak harus semua yang aku miliki, juga dia ambil yah", 'Jawab Fitri yang masih terisak-isak di dalam dekapan sang ayah'.

Ben hanya diam, tidak menjawab apapun yang di ucapkan nya. Ben juga memberikan waktu untuk Fitri menceritakan semua apa yang dia pendam selama ini, dan membiarkan Fitri untuk meluapkan semuanya dan sampai akhirnya dia tenang.

"Apa yang aku punya, selalu dia pengen. Sedangkan ibu selalu memintaku untuk mengalah dengan dia, dan memberikan semua barang-barang ku. Ibu tidak pernah mengerti perasaan Fitri gimana yah, ibu ngak pernah memikirkan Fitri. Yang ada di pikiran ibu hanya bela, bela, dan bela, ibu juga tidak peduli itu barang yang berharga buat aku atau tidak. Jika bela menginginkan barang itu, maka ibu terus-terusan meminta aku untuk memberikannya, tanpa meminta persetujuan Fitri terlebih dahulu. Ibu udah ngak sayang Fitri, ibu hanya sayang Bela", 'Ucap Fitri meluapkan semuanya yang di pendamnya selama ini.

"Hush....... Ngak boleh ngak begitu nak, ibu itu sayang kalian dua-duanya. Ibu ngak ada pilih kasihnya nak", 'Jawab Ben kembali menenangkan Fitri'.

"Kalau ibu ngak pilih kasih, kenapa ibu terus-terusan meminta aku untuk mengalah ya, kenapa?. Kenapa ibu ngak pernah sesekali meminta bela untuk mengalah?, Kenapa aku terus ya?, Kenapa?", 'Ucap Fitri kembali dan tangisnya pecah kembali'.

Ben pun terdiam dan tidak tahu akan menjawab apa atas pertanyaan putri sulungnya itu.

"Sudah ya sayang, Fitri jangan nangis lagi. Maafin ibu ya nak, ibu khawatir sama kamu", 'Ucap Ben sambil mengelus kepala sang putri'.

Ben pun melepas pelukan Fitri, karena dia tidak lagi mendengar Isak tangis sang putri.

"Oh iya ayah ada hadiah buat kakak", 'Ucap Ben mengeluarkan hadiah yang di belinya tadi'.

"Wah tas sama sepatu sekolah, terimakasih ayah", 'Jawab Fitri tersenyum dan memeluk ayahnya lagi'.

"Iya sama-sama sayang, gitu dong senyum", 'Ucap Ben mengacak-acak rambut sang anak'.

"Ayah ada hadiah satu lagi buat kakak, tapi ada syaratnya", 'Ucap Ben'.

"Apa yah syaratnya?", 'Tanya Fitri antusias'.

"Syaratnya, kakak harus minta maaf sama ibu ya. Kasian ibu nak, dari tadi murung terus mikirin kakak", 'Jawab Ben'.

"Iya yah, kakak akui kakak salah. Tidak seharusnya kakak tadi sampai banting sendok", 'jawab Ben menunduk'.

"Nah gitu dong, sekarang kakak tutup mata ya", 'Ucap Ben tersenyum'.

"1 2 3 Tara.....", 'Ucap Ben setelah Fitri menutup mata nya dengan kedua telapak tangannya'.

"Wah ini kan sepatu yang kakak pengen, terimakasih ayah", 'Ucap Fitri tersenyum bahagia dan memeluk ayahnya lagi'.

"Iya sama-sama sayang", 'Jawab Ben tersenyum melihat putri sulungnya tersenyum kembali meskipun matanya masih sembab karena abis menangis'.

"Sekarang kakak simpan ya hadiahnya, dan sekarang ikut ayah nemui ibu dan minta maaf, oke", 'Perintah Ben'.

"Siap komandan, laksanakan", 'Ucap Fitri hormat'.

Setelah menyimpan hadiah dari sang ayah, Fitri mengikuti Ben dan menemui sang Ibu.

Sampai di depan kamar sang ibu, Fitri menoleh kepada sang ayah. Sang ayah pun mengisyaratkan sang anak untuk masuk kedalam, karena pintu tidak tertutup rapat dan juga Rina berada di dalam.

"Ibu.....", 'Ucap Fitri masuk ke dalam kamar dan di susul sang ayah'.

"Ibu maafin Fitri, Fitri salah Bu. Tidak seharusnya tadi Fitri marah dan melempar sendok Bu", 'Ucap Fitri dan bersimpuh di kaki sang ibunda'.

"Iya ngak tidak apa-apa, ibu yang salah. Maafin ibu ya nak, ibu gagal menjadi seorang ibu yang adil bagi kalian", 'Jawab Rina berusaha menegakkan Fitri'.

"Tidak Bu, ibu tidak gagal. Fitri lah yang salah Bu, Fitri tidak bisa mengontrol emosi Fitri. Maafin Fitri Bu", 'Ucap Fitri yang masih bersimpuh'.

"Iya nak, ibu juga minta maaf. Bangun lah nak, jangan begini", 'Jawab Rina yang membantu Fitri berdiri'.

Fitri pun memeluk sang ibunda, dan kembali berurai air mata.

"Nah gitu dong, kalau kayak gini kan enak liatnya. Eh tapi ayahnya ngak di peluk juga nih", 'Ucap Ben tersenyum melihat sang anak dan istrinya sudah baikan'.

Fitri dan Rina pun berjalan ke arah Ben, dan mereka bertiga pun saling berpelukan.

Bela yang melihat dari itu semua dari luar mereka iri, dan dia semakin membenci sang kakak. Bela merasa iri, kenapa selalu berada di atasnya, baik itu prestasi, paras, dan lainnya. Oleh karena itu lah, Bela ingin sekali menyingkirkan Fitri dari rumah ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!