Ayah Temanku
Suasana pagi sangat dingin terasa di sekujur tubuh, tapi para murid di salah satu SMA negeri itu harus berlarian menembus gerimis yang melanda sejak pagi itu.
"Kenapa harus gerimis sih," kata seorang gadis yang kesal karena dia tadi harus memakai jaket cukup tebal.
"Nikmatin aja sih Mega, kenapa kamu begitu kesal, lagi pula kalau suasananya gini enak buat tidur, benar tidak, ha-ha-ha," kata Aline tertawa mendengar Omelan temannya itu.
"Terserah deh Mak, tapi tolong aku yang selalu kedinginan," lirihnya memeluk temannya itu.
Ya dia adalah Aline Hidayati seorang gadis pintar yang berteman baik dengan gadis bernama Mega Suryani Handoko.
Keduanya bahkan mulai berteman dari kelas satu SMA tapi anehnya selama itu Aline tidak pernah tau bagaimana rumah Mega.
Karena gadis itu selalu menolak jika di minta mengajak semua teman jika ingin kerja kelompok di rumahnya, melainkan sangat suka di rumah Aline.
Karena dia tak suka jika temannya akan bertanya tentang banyak hal, terlebih dia tumbuh dengan ayahnya saja.
Dia tak keberatan jika harus membeli camilan banyak, agar bisa membuat sahabatnya itu setuju untuk mau menyetujuinya.
Keduanya sudah masuk kelas dan duduk di paling depan karena itu perintah wali kelas karena nilai Mega cukup buruk.
"Ya Tuhan masih suasana begini tapi kami harus belajar untuk matematika," kata Mega yang menaruh kepalanya di meja kelas.
"Dasar kamu ini, tadi sarapan tidak?"tanya Aline mencari sesuatu di tasnya.
"Tidak sempat lah,ayah mana masak jam segini, belum lagi semalem ayah pulang jam satu pagi, setelah bekerja lembur karena harus keluar kota," kata Mega sedih.
"Cepat makan kalau begitu, sebelum guru killer ini masuk dan menyuruh mu keluar karena lesu," kata Aline yang mengeluarkan kotak bekal yang sengaja di bawa dari rumah.
"Wah... terima kasih Mak ku tercinta, uhuy... tau saja jika aku kelaparan begini," kata Mega.
"Iya cepat makan," kata Aline tersenyum.
Sebenarnya dia sengaja selalu membawa bekal karena tau jika temannya itu sering tak bisa sarapan.
Terlebih gadis itu hanya tinggal berdua dengan ayahnya saja, karena yang Aline tau jika ibu dari Mega sudah pergi dari gadis itu SD.
Tapi meski sudah berteman cukup lama, dia juga tak pernah bertemu dengan ayah dari sahabatnya itu.
Terlebih pria itu selalu saja sibuk bekerja kata Mega, dan jarang di rumah dan tak ada foto di rumahnya karena semua itu sudah di bakar.
Mega makan dengan sangat lahap, bahkan gadis itu seperti sudah sangat lama tidak makan.
"Pelan pelan Mega, tak ada yang akan merebutnya darimu, kenapa aku merasa jika kamu belum makan dari semaleman," kata Aline tersenyum.
"Memang tau, semalam aku cuma minum susu, karena aku malas masak karena cuma sendirian di rumah sebab Mak yang bekerja di rumah ku sedang libur, mau gak kamu menginap di rumah ku, ku mohon ...." lirih Mega.
"Tumben, bukankah biasanya kamu paling anti jika mengajak teman mu pulang bahkan menginap," kata Aline merasa aneh.
"Aku mohon karena aku tak mau sendirian di rumah, dan nanti aku yang izin pada orang tua mu deh, mau ya... kan besok libur kita," mohon gadis itu.
"Baiklah, tapi kamu harus belanja, karena aku tak mau mati kelaparan di rumah mu, terlebih lagi rumah mu selalu saja tak memiliki apapun dari seringnya kamu cerita," kata Aline.
"Baiklah," jawab gadis itu.
Setelah selesai, Mega mengembalikan kotak bekal Aline dan minumannya, ternyata guru matematika itu tak datang karena ada urusan.
Sebenarnya meski Aline menginap tanpa izin tak akan jadi masalah, toh di rumah dia juga sangat bebas tapi tetap dalam batasan.
Seorang pria baru bangun dari kasur busa miliknya, ya meski rumahnya sangat mewah tapi dia tak terbiasa tidur di ranjang.
Bahkan di kamarnya saja sangat minimalis, dia keluar saat melihat jam dinding sudah jam sepuluh pagi.
Kepalanya sangat pusing, dan tubuhnya sangat bau karena semalam dia di cekoki minuman keras oleh anak buahnya.
Beruntung saja saat para wanita yang di panggil oleh anak buahnya datang, dia bergegas pulang agar tak ikut hal zina itu.
Dia sudah sedikit sadar dan membuka kulkas dan ingin melihat apa yang ada di dalam kulkasnya.
"Ah iya aku tak menyuruh Mega belanja, sial ... aku harus bagaimana lagi mengajari gadis itu," gumamnya yang merasa sangat pusing.
Pasalnya dia tak pernah berpikiran bagaimana kedepannya, jika Mega tak bisa melakukan apapun, apa yang akan di lakukan saat menikah nantinya.
Terlebih dia selalu saja sibuk bekerja, tanpa di duga, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
Ternyata itu adalah pesan dari anak buahnya yang meminta maaf tentang kejadian semalam.
Tapi dengan santai dia memaafkan asal mereka semua membereskan kekacauan yang mereka buat.
Saat dia keluar rumah, ternyata hujan cukup deras, padahal ini sudah jam sebelas siang.
Dan dia belum makan karena perutnya tak enak karena minuman semalam.
Tiba-tiba dia melihat dua motor datang dan dia melihat itu motor putrinya.
Dia pun bergegas membuka gerbang rumah untuk kedua motor itu,meski dia sedikit kaget.
"Loh ayah di rumah, ku kira sedang ada di pabrik?" kaget gadis itu yang melepaskan jas hujannya.
"Libur dek, kamu ajak temen mu pulang, tumben," kata pak Agus yang kaget melihat sosok gadis yang datang dengan putrinya itu.
"Dia mau menginap karena aku terus di tinggal sendirian, dan aku pulang cepat karena gurunya sedang rapat, sebelum ayah tanya," jawab gadis itu.
Pak Agus tersenyum saja, tapi dia sempat melihat gadis yang berdiri di samping putrinya yang sempurna dari segi fisiknya.
Pasalnya masih SMA tapi bentuk tubuh gadis itu sangat sempurna, meski tak memiliki kulit putih seperti Mega.
Gadis itu malah terlihat cantik dengan kulit sawo matang yang eksotis, "selama siang pak," sapa Aline dengan sopan.
"Siang, panggil om saja biar akrab, jika mau menginap silahkan, tapi jangan ada pria datang, dan kamu kenapa tak bilang dulu Mega, karena di rumah tak ada apapun sebab kamu belum belanja," tegur ayah gadis itu.
"Ayahanda tercinta, tuan Agus Handoko yang ganteng, tenang saja karena dia itu adalah malaikat ku yang selama ini membesarkan putrimu ini selama di sekolah," kata Mega memeluk Aline.
"Maksudnya?"
"Dia itu yang selalu memberiku sarapan saat ayah tak masak, tiga bulan Mak libur, aku makin kurus, jadi dia yang menjadi mama ku selama di sekolah, iya kan Mak?"
"Baiklah terserah kamu, kalau begitu masuk karna masih hujan dan dingin, dan terima kasih sudah memperhatikan Mega selama ini mama Aline kan?" kata Agus pada teman putrinya itu.
"Iya om," jawab gadis itu terus menunduk karena merasa tak enak.
Keduanya langsung masuk tak lupa membawa semua belanjaan yang tadi di beli di toko di ujung jalan yang memang terkenal sangat lengkap.
Beruntung tadi saat Mega izin kepada orang tua dari Aline, mereka dapat izin dengan mudah karena sudah mengenal sahabat putrinya itu.
Aline mulai menata semua sayuran di kulkas, dan juga bersiap-siap untuk memasak untuk makan siang.
"Apa yang harus di lakukan pertama-tama?" tanya Mega yang berdiri bingung.
"Aduh kamu benar-benar tak mengerti cara memasak?" tanya Aline heran.
"Ya kamu kan tau hal itu ma," kata gadis itu tersenyum tanpa rasa berdosa.
"Tolong potong sayur asem itu, bisa kan, untuk Krai potong jadi dua kemudian tebalnya dua sentimeter, dan kacang panjang sepanjang enam sentimeter, dan kubis besar-besar atau sekitar lebarnya lima senti juga, mengerti kan dan tolong asem muda itu di kerik ya, hilangkan kulitnya, bisa?"
"Siap," kata gadis itu yang langsung melalui apa yang di perintahkan temannya itu.
Agus sendiri heran kenapa teman putrinya itu sangat detail saat memberikan instruksi.
Dan dia tak menyangka ada gadis semuda ini tapi sudah pintar di dapur, padahal dulu istrinya saja juga tak mau masuk ke dapur.
"Ayah pasti belum makan kan?" tanya Mega yang ingat ayahnya itu sering telat makan.
Tanpa di duga Aline mengeluarkan roti dari kantong kresek belanjaan yang dia bawa, "buat ganjal perut dulu ya om, karena tak baik membiarkan perut kosong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
momnaz
mampir di sini karena aku lagi nyari kisah yang sederhana"dekat realita gk harus kaya tujuh turunan dan tikungan ☺️
2023-05-16
2