Pak Agus hanya tersenyum saja, kenapa Mega sepertinya menunjukkan persetujuan untuknya menikahi sahabatnya itu.
"Baiklah kalau begitu, ayah mengerti maksud mu, kalian bisa berangkat ke sekolah setelah ini, Karena aku juga harus mulai bekerja di pengilingan beras," kata pak Agus
"Ayah.. sekali-kali pergilah main keluar atau carilah sosok pendamping, jika ayah mau, ayah boleh menikah lagi kok, karena aku tak sejahat itu yang melarang ayah menikah, ayah bisa bahagia dengan wanita yang ayah sukai, ayah juga masih muda dan tentu aku mengerti kebutuhan ayah," kata Mega.
"Bukankah kamu bilang untuk menikahi sahabat mu untuk jadi ibu sambung mu, ayah pasti akan melakukan itu, saat ada wanita yang bisa menerima mu setulus hati untuk apa ayah cari yang lain, sudah ini uang saku kalian dan ujian yang benar, untuk Aline titip Mega ya, tolong lebih sabar padanya, dan tolong buat dia tak berulah selama ujian berlangsung." kata pak Agus yang berhasil membuat Aline salah tingkah.
"Iya om..." jawab Aline gugup.
Dan pria itu memberikan masing-masing Lima ratus ribu untuk sepuluh hari ke depan.
Sebenarnya Aline sudah menolaknya, tapi pak Agus memberikan dan meminta Aline menerimanya.
Aline pun kini merasa ada getaran yang aneh, terlebih saat tangan mereka bersentuhan, seperti ada aliran listrik yang cukup membuat Aline terkejut.
Bahkan Aline kembali tersipu saat pria itu bilang akan menikahnya karena hubungannya dengan Mega yang sangat baik.
Dia seakan ingat kembali pada mimpinya semalam yang membuatnya diam.
Jika pria menikah dengan wanita lain, bagaimana dia bisa mimpi hal seperti itu.
"Kenapa diam, ayo kita pergi ke sekolah," panggil Mega yang membuat Aline langsung naik ke motor.
Selama di perjalanan Aline terus kepikiran, apa yang salah itu bukan urusannya jika pria itu mau menikah dengan wanita manapun.
Mega merasa jika Aline sepertinya sedang teringat akan orang tuanya, jadi dia memeluk temannya itu.
"Jangan sedih lagi ya... aku ada di sini Mak," kata Mega.
"Iya Mega," jawab Aline yang merasa sedikit tenang.
Dia harus fokus ujian agar bisa lulus dengan nilai yang bagus, dan tak mengecewakan.
Sedang di sisi lain, pak Agus sedang bingung mau bagaimana mengutarakan keinginannya untuk meminang Aline.
Tak mungkin kan dia tiba-tiba meminta Aline menikah dengan dirinya, tapi pertama-tama dia harus membicarakan ini dengan Mega dulu.
"Aku pusing memikirkan ini, kepalaku mau pecah," kata pak Agus memegangi kepalanya.
"Sebenarnya ada apa sih bos, kalau mau nikah ya tinggal lamar, memang sampean ini kurang apa, masih ganteng, masih muda dan masih bugar gitu," kata pak Wiji.
"Ya bukan begitu pak Wiji, pasalnya saya suka ini adalah gadis sepantar putri saya..." kata pak Agus keceplosan.
"Ya Ndak apa-apa, lagi pula saya lihat gadis muda itu baik, terlebih begitu sayang pada mbak Mega, dan masakannya juga enak," kata pak Wiji
"Memang bapak tau?"
"Gadis yang kelihatannya takut saat ngantar makanan kapan hari bukan, karena saya rasa gadis itu terlihat begitu nyaman berdekatan dengan pak bos loh, jadi saya kira jika itu gadis yang mungkin anda maksud," kata pak Wiji yang membuat pak Agus diam.
Bagaimana tidak, pria tua ini benar-benar bisa membaca isi hatinya dan tak mudah menyembunyikan apapun darinya.
"Jadi menurut bapak aku hanya perlu jujur?"
"Iya pak bos, sudah itu truknya datang," kata pak Wiji.
Mereka pun lanjut bekerja, akhirnya pak Agus akan memilih jujur pada putrinya dulu, baru dengan Aline.
Tapi di sekolah tentu saja juga ada beberapa guru yang menyimpan perasaan pada Aline, dan mereka juga berniat untuk mengungkapkannya.
Tapi mereka menunggu untuk Aline lebih tenang terlebih gadis itu baru saja kehilangan orang tuanya.
Selama sepuluh hari, pak Agus meyakinkan dirinya terlebih dahulu, dan hari ini dia sengaja mengantarkan kedua gadis itu ke sekolah.
Dan dia berniat untuk melamar Aline secepatnya, karena semalam dia sudah berbincang dengan Mega tentang keinginannya.
Tanpa di duga reaksi dari Mega langsung menyetujuinya, dan dia mendukung sepenuhnya keputusan dari ayahnya itu.
Dia tentu saja setuju karena selama ini Aline begitu baik, bahkan dia merasakan kasih sayang dari sahabatnya itu sama dengan dia memiliki ibu lagi.
Siang itu pak Agus sudah berdandan cukup untuk terlihat muda, dia memakai kaos oblong dan celana jeans.
Dia menunggu di dalam mobil karena dua gadis itu belum keluar dari sekolah, karena sedang merayakan hari selesainya ujian.
Dia membawakan jaket untuk kedua gadis itu, karena dia tau apa yang akan di lakukan mereka.
Tenyata tebakannya benar, mereka semua melakukan Corat coret seragam tapi tidak dengan Aline yang memakai Hoodie agar tak merusak bajunya.
Karena itu bisa di berikan pada adik kelasnya nanti, tapi sayangnya beberapa temannya melempar telur pada gadis itu hingga membuatnya basah.
Sekarang pak Agus mengerti kenapa dia di suruh membeli kue ulang tahun, ternyata gadis itu merayakan ulang tahun yang ke sembilan belas tahun
Dia sebenarnya kaget, karena ternyata gadis itu telat masuk sekolah.
Pak Agus membawa kue, saat gadis itu sudah di kerjai habis-habisan, bahkan sudah penuh tepung dan telur.
"Selamat ulang tahun Aline," kata pak Agus yang datang membawa kue.
Aline kaget melihat pria yang datang membawa kue di tangannya, Aline langsung mendekat, dan tanpa terduga pak Agus membersihkan wajah Aline dari tepung.
"Coba tiup lilinnya, jangan lupa berdoa ya," kata pria itu lembut.
Aline berdoa dan saat membuka matanya dia melihat pak Agus tersenyum.
Dia semakin menahan kesedihannya, "selamat ulang tahun,"
Dia meniup lilin dan langsung memeluk pria itu, dan Mega langsung mengambil kue itu.
pak Agus memeluk Aline erat, dan gadis itu mulai terisak lirih, sedang Mega langsung membagikan pada teman-teman mereka.
"Aku juga mau gabung peluk," kata Mega.
"Terima kasih..."
"Iya.... tapi kita jadi basah semua ini, dan kamu belum potong kuenya, jadi nikmati dulu," kata pak Agus yang melepaskan pelukannya.
Pria itu menelpon ke rumah untuk Mak Ijah menyiapkan nasi kuning untuk Aline dan Mega.
Karena sebenarnya hari ini juga hari kelahirannya, Mega ingat sesuatu, "Aline coba kasih ayah juga, karena ayah juga berulang tahun hari ini," bisik Mega.
"Kenapa baru bilang, kita belum beli kado," kata Aline kaget
"Tidak usah, tapi mungkin di suapi kue dari tangan mu itu berkesan, aku juga akan melakukan itu," kata Mega
"Baiklah, demi om," kata Aline yang memotong kue dan membawanya ke depan pak Agus
"Om, selamat ulang tahun, maafkan aku karena tak tau karena putrimu baru memberitahu ku, dan jika om memiliki permintaan padaku bilang saja, aku sebisa mungkin akan mengabulkannya," kata Aline menyuapkan kue pada pak Agus.
"Kamu sudah berjanji, tak boleh mengingkari, aku juga akan memberikan apapun sebagai kado untuk mu," kata pria itu yang menyiapkan kue pada Aline.
Mendengar Aline tak kuasa untuk tak mengatakan semua yang ada di mimpinya.
"Om bolehkah aku bertanya sesuatu," kata Aline
"Apa itu?" tanya pak Agus yang melihat gadis itu begitu serius.
Tapi tanpa terduga, seorang guru pria datang menghampiri Aline, "Aline, bisakah bapak bicara dengan mu sebentar," kata pria itu dengan terang-terangan.
Aline melihat ke arah pak Agus, "pergilah, aku akan menunggu bersama Mega di sini," kata pria itu.
Aline pun mengikuti guru pria itu sedikit menjauh tapi pak Agus masih bisa memantau gadis muda itu.
Karena dia tak percaya pada pria yang mengajak Aline itu. pasalnya dia melihat wajah pria itu sedikit menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
4U2C
𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗳𝗮𝗵𝗮𝗺,,𝗺𝗼𝗴𝗮 𝗸𝗲𝗱𝗲𝗽𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝘁𝗲𝗿𝘀𝘂𝘀𝘂𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗿𝗮𝗽𝗶 𝘁𝘂𝘁𝘂𝗿 𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮𝗻𝘆𝗮,,𝗯𝗶𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴 𝗸𝘂𝘁𝗮 𝗱𝗶𝗯𝘂𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮.
2023-03-17
3