The Blue Mind Of The Killer
Angga berjalan pada jalan yang gelap gulita, sepi dan tanpa arah. Dengan perasaan yang tidak enak sekaligus membingungkan, Ia terus berjalan hingga langkahnya terhenti ketika melihat sesosok sahabatnya yaitu, Dilan ada dihadapannya."Di_Dilan ...apa itu kau...". Kata Angga. Dilan yang biasanya suka menjahili orang lain dan cowok yang paling banyak berbicara, hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun. Sesosok tersebut pun pergi dan seperti menyuruh Angga untuk mengikutinya. Angga yang cemas memutuskan untuk mengikuti Dilan dari belakang.
Beberapa waktu kemudian, Angga kehilangan jejak dan berhenti pada sebuah jalan berlorong menuju rumahnya Dilan. Dengan firasat yang aneh dan sekaligus menambah kebinguannya, Ia berkata, “mengapa aku bisa berada disini, dimana Dilan ..”. Kata Angga. Ia pun hendak ingin masuk ke jalan tersebut, tapi, baru beberapa langkah, Angga tidak sengaja menginjak sebuah pisau yang berlumuran darah segar di seluruh permukaanya. Dengan ragu dan curiga Ia mengambil pisau tersebut, meski tangannya terkena lumuran darah . “mengapa ada pisau berdarah disini”. Katanya sambil mengatur napasnya. “To—long …..”. Suara tersebut tepat berada di depan nya, Angga yang terkejut langsung melihat sesosok tersebut. Sesosok tersebut ternyata adalah sahabatnya Angga yaitu Dilan, dengan wujud yang mengenaskan, seluruh tubuhnya berlumuran darah dan terdapat bekas tusukan pada bagian perutnya. Angga langsung syok dan terbangun dari tidurnya, napasnya tersengal, jantung yang berdetak kencang dan keringat yang membasahi tubuhnya dan seketika matanya yang hitam berubah menjadi cahaya lembut berwarna biru. “Apa yang terjadi barusan. Semoga itu hanya mimpi dan bukan dari penglihatan batinku”. Kata Angga sambil duduk mengusap wajahnya yang berkeringat dan berusaha mengatur napasnya yang tersengal, matanya yang biru berubah menjadi semula. Dengan apa yang dilihat olehnya tadi,Ia kembali teringat pada kasus pembunuhan yang terjadi pada kakak lelakinya. “Apakah---kejadiaan yang ku lihat barusan—apakah akan sama dengan kejadian yang menimpa kakakku”. kata Angga dalam hati yang penuh cemas dan kegelisahan.
“Kakak …..waktunya banguuuun ….”.Suara adiknya yang bernama Kaila yang memanggilnya itu begitu manis yang seketika menghentikan lamunannya. “eh—dah bangun ternyata.Tapi, kok kakak berkeringat seperti itu”. Tanya Kaila penasaran sambil memasuki kamar kakaknya. “Eh—gak apa-apa cuma …gerah doang, AC nya mati”. Jawab Angga dengan alasannya. “yang bener kak—kok kalo gerah, napas kakak kok tersengal gitu …terus keringat kakak banyak lagi,apa mungkin kakak—dapat penglihatan batin lagi ya kak….”. Sssst—dah-dah kakak gak apa-apa kok, Oh ya ada apa”. Kata Angga yang memotong kalimat adiknya ke topik pembicaraan yang lain agar Ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang berlebihan dan membuatnya cemas. “Lah kok malah nanyak, kan ni dah Subuh, Ayah suruh bangunin kakak untuk shalat”.
“Astagfirullah, kok jadi lupa gini ya. Yaudah kamu wudhu duluan aja, nanti kakak nyusul”. Kata Angga yang mengusap mukanya.
“Oke”. Jawab Kaila dan meninggalkan kamar kakaknya. Angga pun menyusul mengambil wudhu untuk shalat berjamaah.
Lima belas menit kemudian, mereka telah selesai shalat. Ibu, Bibi dan Kaila bersiap menyiapkan sarapan, di ruangan mushala tersebut hanya tinggal Angga dan Ayahnya. Sang Ayah yang melihat raut wajah putranya itu merasa khawatir dan bertanya. “Nak—kamu gak apa-apa.—kok kamu cemas gitu”.
“Ngak ada …Angga cuma—”.
“Nak—katakan ada apa”.
“—tadi—Angga cuma bermimpi—kalau Dilan adalah korban dari kasus pembunuhan, itulah yang membuat Angga khawatir Ayah, Angga khawatir kalau mimpi ini termasuk ke penglihatan Angga dan benar-benar menjadi nyata”. Kata Angga yang mulai bicara panjang lebar, dengan ekspreksinya yang cemas. Sang Ayah yang telah duduk dihadapannya memegang pundak putranya dan tersenyum untuk menenangkannya. “Nak. coba tarik napas mu dulu dan dengarkan Ayah. Nak, dengarkan. kamu memang diberi kelebihan yang luar biasa oleh Allah. Yang kelebihanmu itu mungkin membuatmu harus menanggung beberapa kesulitan dan tantangan.Ayah tau,saat kamu trauma akan kejadian pembunuhan yang menimpa kakakmu dulu. Tapi, kamu tidak harus terlalu memikirkan dan merasa dirimu bersalah, karena, yang menentukan semua hal, baik itu hidup, takdir bahkan mati itu hanya Allah semata. Maka dengan apa yang kamu lihat, baik itu baik maupun buruk, berdoalah, agar Ia diberikan pertolongan dan perlindungan yang baik. Kamu mengerti”.Kata Ayahnya yang memberikan nasehat kepada Angga agar Ia tidak terlalu merasa cemas dan gelisah. Sejenak ruangan itu lengang, dan Angga pun mulai menjawab. “Ya Ayah, Ayah benar.Angga akan mengusahakannya". Angga juga tidak ingin banyak korban yang terkhianati dimata Angga,
—lenyap begitu saja, seperti yang menimpa Kak Ryan”. “Baiklah sekarang kamu mandi dulu sarapan dan sekolah”. Kata sang Ayah sambil tersenyum dan mengusap-ngusap rambut putranya yang semakin berantakan. Angga pun menurut, Ia pun menyalami tangan Ayahnya dan bersiap untuk membersihkan diri dan berangkat ke sekolah.
Beberapa menit kemudian, Angga dan Kaila adiknya sudah siap berangkat. Biasanya mereka pergi bersama dengan Dilan dan Devan. “Kak Anggaaaaa……kak Devan dah datang ayo berangkat”. Angga mengangguk, mereka pun menyalami tangan Ibu dan Ayahnya, dan juga Devan yang telah berada di halaman rumah Angga. Mereka bertiga pun berangkat kesekolah dengan berjalan kaki. Tetapi sebelum sampai kesana, biasanya mereka pergi kerumahnya Dilan untuk pergi bersama.
”emm …kira-kira apakah Dilan akan datang kesekolah hari ini“. Tanya Angga di perjalanan.
”Ya pastinyalah….Hari ini kan ada pelajaran olah raga—yang pasti walaupun Ia sakit, pastinya Ia hadir, Malahan hal itu mengembalikan staminanya“. Jawab Devan yang mengeledek Dilan, yang tanpa sadar Dilan berada di belakang Devan. Ia memberi kode kepada Angga dan Kaila untuk tidak memberitahu bahwa Ia ada dibelakang Devan. Dan akhirnya ….”Roaaarrrr!!!!!!!..“. Dilan menkagetin Devan, yang seketika Devan syok bagai katak yang lompat ke selokan. ”ALLAHUAKBAR ASTAGFIRULLAH. Teriak Devan sembari memperlihatkan gerakan silat dan tubuhnya ambruk di jalan. Dilan yang sebagai pelakunya tertawa terbahak-bahak, lalu disusul oleh Kaila, Angga hanya tertawa kecil sembari tersenyum melihat tingkah sehari-hari mereka berdua. “Heh…apaan sih bikin kagetin aja lu”.
“Hahaha …bilang aja kalo lu takut. Oh ya bagus juga silat lu tadi, belajar dari mana hahahaha ……”.
“Heh …NGELEDEK LU YA!!! SINI BIAR GUE GEPREK LU SEKALIAN!!!! …..”. Teriak Devan tidak terima diledek oleh sahabatnya, mereka kini berkejar-kejaran, ya bagai Tom and Jerry gitu😅😅.
Angga yang melihat kegirangan mereka berdua, terutama Dilan membuat perasaannya lebih tenang sekarang. Ia berpikir apa yang dikatakan Ayahnya itu benar, tidak ada salahnya mengkhawatirkan seseorang akan bahaya yang akan menimpanya, tetapi kita tidak boleh terlalu cemas atau gelisah karena ada yang maha Kuasa yang menolong setiap hambanya yang mengalami kesulitan.
“Devan, Dilan bagaimana kita berangkat sekarang—kalian tidak ingin terlambat piket kan?…”. Ajak Angga.
“Benar juga, aku kan piketnya hari ini?, ok Devan bagaimana kita lanjutin bermain Tom and Jerrynya nanti, setuju?! …”.Kata Dilan sambil ngeledek balik Devan. Devan yang terkena ledekan, hanya bisa berpasrah dan menyipitkan matanya yang geram terhadap kelakuan sahabatnya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan berangkat ke sekolah, sambil mengantar Kaila kesekolahnya. Sekolahnya Kaila dan kakaknya itu hanya berseberangan jalan saja. Kaila yang sudah sampai di gerbang sekolah melambaikan tangannya. “Kak masuk dulu ya?!”. Kata Kaila sambil melambaikan tangannya.
“Ya”. Jawab Angga sambil tersenyum kepada adiknya.
Sesampainya di sekolah mereka, jejak setiap langkah mereka selalu diperhatikan. Hal tersebut tak lain hanya tertuju pada Angga. Mereka menganggap Angga sebagai seorang murid yang tampan tapi misterius dan pembawa mala petaka kepada mereka. Walau mereka sangat terpesona dengan ketampanan Angga, mereka tetap takut dan tak berani untuk mendekatinya bahkan berbicara dengannya.
Hal inilah yang membuat Angga tidak memiliki teman, kecuali Dilan, Devan, dan tiga teman cewek, yaitu, Sara, Jian dan Jesika, dan dua kakak OSIS yang sedia mendukung Angga yaitu, Ray dan Sidiq.
Sepanjang lorong coridor sekolah, semua mata tertuju pada Angga. Angga hanya merasa biasa-biasa saja, tidak memedulikan mereka. Dilan dan Devan merasa geram kepada mereka yang gak tau malu melihat dan berbisik orang dengan tidak sopan. “Heh apaan sih, Angga jalan sendiri tapi menilik orang dengan gak sopan gitu. Geram banget gue”. Bisik Devan. “Udahlah biarin aja”. Balas Angga sambil tersenyum. “Tapi ini udah keterlaluan Ga..!?”. Balas Dilan.
“Biarin ajalah..nanti kan ngerti sendiri..”. Kata Angga dengan raut muka yang menerima semuanya dengan baik. Dilan dan Devan hanya saling tatap satu sama lain.
Sesampainya di depan kelas “2A”, yaitu kelas mereka, mereka menyimpan beberapa barang di loker masing-masing, dimana disana banyak yang memperhatikan dan membicarakan tentang Angga. “Mengapa Dilan dan Devan akrab banget sama Angga. Dia kan si pemilik Mata Batin yang mematikan, Apa mereka tidak takut kalau mala petaka menimpa mereka”. Ucap salah satu murid dengan beberapa temannya, hal tersebut membuat Dilan dan Devan marah besar. “WOI!!!…BERANI BANGET LO YA HINA SAHABAT GUE …..PUNYA OTAK GAK SIH!!!!! …!”. Teriak Dilan yang membuat emosinya membara.
“KALO KALIAN MEMANG TAKUT DENGAN DIA, SANA, JANGAN BERANI HINA DARI BELAKANG …COBA DI DEPAN GUE BERANI GAK HEH…!!!”. Balas Devan yang ingin menghabisi murid yang menghina Angga tadi. Namun, langkahnya dihentikan oleh Angga.
“Entah bagaimana orang tuanya lahirin dan jagain dia”.
“Iya ya, apa mungkin …orang tuanya melakukan pratek pesugihan, hingga anaknya punya kelebihan seperti itu!?..”. Ucap kembali pada satu geng yang sekelas dengan Angga dari belakang mereka, tidak lain Ia adalah Bagas dan empat pasukannya yang lainnya.
Dengan perkataan Bagas barusan, lantas membuat Angga penuh dengan emosi kebencian yang tak terkendali, seketika Angga langkah maju kearah Bagas dan dengan sekuat tenaga, tangan Angga memegang kepala Bagas dan membenturkannya ke dinding dengan keras. Sehingga semua murid yang ada di kelas keluar, karena mendengar adanya keributan. Semuanya kaget, termanga dan , membisu, tidak ada yang berani mengeluarkan suara dan melaporkannya kepada Guru saat kejadian tersebut, termasuk Dilan, Devan, Sarah ,Jian, dan Jesika, mereka tidak pernah melihat Angga sebuas ini.
Pasukan Bagas saja tidak berani melawan atau membela Bagas sedikitpun. Mereka hanya termanga melihat Angga mencengram kepala Bagas bagai harimau yang sedang kelaparan.
Cengkraman Angga pada kepala Bagas semakin kuat, matanya mengeluarkan cahaya biru dengan tatapan kematian, sehingga membuat Bagas tidak memiliki daya apapun untuk melawannya. Badannya hanya gemetar ketakutan melihat Angga mencengkram kepalanya dengan tatapan biru yang mematikan. “COBA—COBA LO ULANGIN PERKATAAN LO TADI DI DEPAN GUE!! …COBA!!!! ..”. Teriak Angga dengan kemarahannya. Bagas yang tak berdaya terlihat pucat berkeringat. Temannya berusaha menenangkannya, “Angga hentikan…!!!!”. Cegah Dilan, “Apakah ini —Angga yang sebenarnya?!!!…”. Kata Devan dalam hati yang berusaha melepaskan cengkraman Angga pada kepalanya Bagas. Tapi percuma, Angga lebih kuat dan buas saat ini, mereka hanya dapat menyaksikan wajah Bagas yang pucat ulah Angga.
“INGAT YA, KALO LO MAU HINA GUE, SILAHKAN—TAPI, JANGAN SAMPAI GUE DENGAR!!! KALIAN HINA KELUARGA GUE. IBU dan Ayah gue udah lahirin dan jagain gue di dunia ini dengan baik!!!! Jadi lo gak ada hak untuk hina orang tua gue—PAHAM!!!..”. Kata Angga dengan nada yang tinggi, cengkramannya semakin kuat, tatapannya semakin tajam dan mata birunya semakin bercahaya. Kini, Bagas tidak menghadapi murid biasa, melainkan Ia menghadapi seorang murid yang diselimuti penuh dengan aura magis yang ada dihadapannya.
“GUE INGATIN SEKALI LAGI YA, JIKA PERKATAAN TADI SEKALI LAGI GUE DENGER DARI MULUT LO, TERMASUK KALIAN SEMUA YA—”Lanjut Angga sambil menunjuk kepada murid yang lain. “GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN UBAH KALIAN SEMUA JADI MAYAT!!!!!!….NGERTI!!!!..”. Suara Angga semakin menyeramkan,I a pun melepaskan cengkramannya dengan agak kasar sehingga, tubuh Bagas tersungkur kebawah karena gemetaran, tubuhnya tidak dapat menjaga keseimbangan. Semua menatap Angga ketakutan, mereka tidak menyangka Angga akan semarah ini. "Gue kasih tau untuk semua ya!...siapa pun yang hina keluarga bahkan sahabat Gue_Gue gak akan tinggal diam, kelakuan gue akan lebih kejam dari ini!!!.". Kata Angga sambil melihat tajam lagi kearah Bagas yang terduduk lemah. Bagas melihat Angga lamat-lamat dan berusaha bangkit berdiri dan melarikan diri, lalu disusul oleh pasukannya.
"Ga_sadar _istigfar...". Dilan kembali menenangkan Angga sambil memegang bahunya. Angga diam sejenak, menutup matanya yang seketika kembali seperti semula, Ia mengusap wajahnya, menarik napas panjang dan mengucapkan istigfar. Sekarang Angga kembali tenang, Dilan membantu Angga berjalan masuk ke kelas. Devan yang masih geram berkata tegas "KALIAN TUNGGU APALAGI_MASUK!!!!". Coridor kembali lengang, hanya menyisakan suara kesibukan siswa, entahlah mereka sibuk tentang tugas mereka atau lantas sibuk karena kejadian yang terjadi barusan.
Didalam kelas, keheningan terjadi kembali, seluruh siswa kembali berbisik tentang kejadian tadi. Angga pun duduk dengan melipat tangannya diatas meja dan kembali menarik napas panjang dan kesal. "Huh...maaf telah membuat kalian repot tadi...". Akhirnya Angga berbicara dengan meminta maaf kepada temannya. "Tidak ....lagi pula ini bukan salah mu". Balas Sarah dengan tersenyum. "Angga_tenanglah ..kami akan selalu membantu dan mendukungmu". Kata Dilan sambil tersenyum menyemangatinya. Angga yang mendengar membalas senyum dengan senyuman yang tulus. "Hah...Angga semakin tampan dan manis saat tersenyum..!!". Kata Jesika yang melihat Angga tersenyum, seketika ekspreksinya terlihat menggemaskan. "Oh ya gue kelupaan piket.Ok guys gue bersih-bersih dulu". Ucap Dilan yang melambaikan tangannya hendak ingin piket kelas. Angga pun mengangguk pelan.
Tak berapa lama kemudian, Guru kelas datang, beliau bernama pak Ridwan dengan seorang anak baru yang mengenakan hijab dengan tatapan polos. Pak Ridwan mempersilahkannya untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.....
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
ada tanda setrip (-) di dialog itu maksudnya apa sih? Gagap? Terputus-putus? Atau gimana? Gua bingung bacanya
2024-01-19
2
diksiblowing
berawal dari bully
2023-08-08
1
XaydiwVahara
Aku mampir sambil bawa bunga nih, baca dulu tipis-tipis ya
2023-07-14
0