NovelToon NovelToon

The Blue Mind Of The Killer

SELALU BERSAMA

Angga berjalan pada jalan yang gelap gulita, sepi dan tanpa arah. Dengan perasaan yang tidak enak sekaligus membingungkan, Ia terus berjalan hingga langkahnya terhenti ketika melihat sesosok sahabatnya yaitu, Dilan ada dihadapannya."Di_Dilan ...apa itu kau...". Kata Angga. Dilan yang biasanya suka menjahili orang lain dan cowok yang paling banyak berbicara, hanya diam tanpa menjawab sepatah kata pun. Sesosok tersebut pun pergi dan seperti menyuruh Angga untuk mengikutinya. Angga yang cemas memutuskan untuk mengikuti Dilan dari belakang.

Beberapa waktu kemudian, Angga kehilangan jejak dan berhenti pada sebuah jalan berlorong menuju rumahnya Dilan. Dengan firasat yang aneh dan sekaligus menambah kebinguannya, Ia berkata, “mengapa aku bisa berada disini, dimana Dilan ..”. Kata Angga. Ia pun hendak ingin masuk ke jalan tersebut, tapi, baru beberapa langkah, Angga tidak sengaja menginjak sebuah pisau yang berlumuran darah segar di seluruh permukaanya. Dengan ragu dan curiga Ia mengambil pisau tersebut, meski tangannya terkena lumuran darah . “mengapa ada pisau berdarah disini”. Katanya sambil mengatur napasnya. “To—long …..”. Suara tersebut tepat berada di depan nya, Angga yang terkejut langsung melihat sesosok tersebut. Sesosok tersebut ternyata adalah sahabatnya Angga yaitu Dilan, dengan wujud yang mengenaskan, seluruh tubuhnya berlumuran darah dan terdapat bekas tusukan pada bagian perutnya. Angga langsung syok dan terbangun dari tidurnya, napasnya tersengal, jantung yang berdetak kencang dan keringat yang membasahi tubuhnya dan seketika matanya yang hitam berubah menjadi cahaya lembut berwarna biru. “Apa yang terjadi barusan. Semoga itu hanya mimpi dan bukan dari penglihatan batinku”. Kata Angga sambil duduk mengusap wajahnya yang berkeringat dan berusaha mengatur napasnya yang tersengal, matanya yang biru berubah menjadi semula. Dengan apa yang dilihat olehnya tadi,Ia kembali teringat pada kasus pembunuhan yang terjadi pada kakak lelakinya. “Apakah---kejadiaan yang ku lihat barusan—apakah akan sama dengan kejadian yang menimpa kakakku”. kata Angga dalam hati yang penuh cemas dan kegelisahan.

“Kakak …..waktunya banguuuun ….”.Suara adiknya yang bernama Kaila yang memanggilnya itu begitu manis yang seketika menghentikan lamunannya. “eh—dah bangun ternyata.Tapi, kok kakak berkeringat seperti itu”. Tanya Kaila penasaran sambil memasuki kamar kakaknya. “Eh—gak apa-apa cuma …gerah doang, AC nya mati”. Jawab Angga dengan alasannya. “yang bener kak—kok kalo gerah, napas kakak kok tersengal gitu …terus keringat kakak banyak lagi,apa mungkin kakak—dapat penglihatan batin lagi ya kak….”. Sssst—dah-dah kakak gak apa-apa kok, Oh ya ada apa”. Kata Angga yang memotong kalimat adiknya ke topik pembicaraan yang lain agar Ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang berlebihan dan membuatnya cemas. “Lah kok malah nanyak, kan ni dah Subuh, Ayah suruh bangunin kakak untuk shalat”.

“Astagfirullah, kok jadi lupa gini ya. Yaudah kamu wudhu duluan aja, nanti kakak nyusul”. Kata Angga yang mengusap mukanya.

“Oke”. Jawab Kaila dan meninggalkan kamar kakaknya. Angga pun menyusul mengambil wudhu untuk shalat berjamaah.

Lima belas menit kemudian, mereka telah selesai shalat. Ibu, Bibi dan Kaila bersiap menyiapkan sarapan, di ruangan mushala tersebut hanya tinggal Angga dan Ayahnya. Sang Ayah yang melihat raut wajah putranya itu merasa khawatir dan bertanya. “Nak—kamu gak apa-apa.—kok kamu cemas gitu”.

“Ngak ada …Angga cuma—”.

“Nak—katakan ada apa”.

“—tadi—Angga cuma bermimpi—kalau Dilan adalah korban dari kasus pembunuhan, itulah yang membuat Angga khawatir Ayah, Angga khawatir kalau mimpi ini termasuk ke penglihatan Angga dan benar-benar menjadi nyata”. Kata Angga yang mulai bicara panjang lebar, dengan ekspreksinya yang cemas. Sang Ayah yang telah duduk dihadapannya memegang pundak putranya dan tersenyum untuk menenangkannya. “Nak. coba tarik napas mu dulu dan dengarkan Ayah. Nak, dengarkan. kamu memang diberi kelebihan yang luar biasa oleh Allah. Yang kelebihanmu itu mungkin membuatmu harus menanggung beberapa kesulitan dan tantangan.Ayah tau,saat kamu trauma akan kejadian pembunuhan yang menimpa kakakmu dulu. Tapi, kamu tidak harus terlalu memikirkan dan merasa dirimu bersalah, karena, yang menentukan semua hal, baik itu hidup, takdir bahkan mati itu hanya Allah semata. Maka dengan apa yang kamu lihat, baik itu baik maupun buruk, berdoalah, agar Ia diberikan pertolongan dan perlindungan yang baik. Kamu mengerti”.Kata Ayahnya yang memberikan nasehat kepada Angga agar Ia tidak terlalu merasa cemas dan gelisah. Sejenak ruangan itu lengang, dan Angga pun mulai menjawab. “Ya Ayah, Ayah benar.Angga akan mengusahakannya". Angga juga tidak ingin banyak korban yang terkhianati dimata Angga,

—lenyap begitu saja, seperti yang menimpa Kak Ryan”. “Baiklah sekarang kamu mandi dulu sarapan dan sekolah”. Kata sang Ayah sambil tersenyum dan mengusap-ngusap rambut putranya yang semakin berantakan. Angga pun menurut, Ia pun menyalami tangan Ayahnya dan bersiap untuk membersihkan diri dan berangkat ke sekolah.

Beberapa menit kemudian, Angga dan Kaila adiknya sudah siap berangkat. Biasanya mereka pergi bersama dengan Dilan dan Devan. “Kak Anggaaaaa……kak Devan dah datang ayo berangkat”. Angga mengangguk, mereka pun menyalami tangan Ibu dan Ayahnya, dan juga Devan yang telah berada di halaman rumah Angga. Mereka bertiga pun berangkat kesekolah dengan berjalan kaki. Tetapi sebelum sampai kesana, biasanya mereka pergi kerumahnya Dilan untuk pergi bersama.

”emm …kira-kira apakah Dilan akan datang kesekolah hari ini“. Tanya Angga di perjalanan.

”Ya pastinyalah….Hari ini kan ada pelajaran olah raga—yang pasti walaupun Ia sakit, pastinya Ia hadir, Malahan hal itu mengembalikan staminanya“. Jawab Devan yang mengeledek Dilan, yang tanpa sadar Dilan berada di belakang Devan. Ia memberi kode kepada Angga dan Kaila untuk tidak memberitahu bahwa Ia ada dibelakang Devan. Dan akhirnya ….”Roaaarrrr!!!!!!!..“. Dilan menkagetin Devan, yang seketika Devan syok bagai katak yang lompat ke selokan. ”ALLAHUAKBAR ASTAGFIRULLAH. Teriak Devan sembari memperlihatkan gerakan silat dan tubuhnya ambruk di jalan. Dilan yang sebagai pelakunya tertawa terbahak-bahak, lalu disusul oleh Kaila, Angga hanya tertawa kecil sembari tersenyum melihat tingkah sehari-hari mereka berdua. “Heh…apaan sih bikin kagetin aja lu”.

“Hahaha …bilang aja kalo lu takut. Oh ya bagus juga silat lu tadi, belajar dari mana hahahaha ……”.

“Heh …NGELEDEK LU YA!!! SINI BIAR GUE GEPREK LU SEKALIAN!!!! …..”. Teriak Devan tidak terima diledek oleh sahabatnya, mereka kini berkejar-kejaran, ya bagai Tom and Jerry gitu😅😅.

Angga yang melihat kegirangan mereka berdua, terutama Dilan membuat perasaannya lebih tenang sekarang. Ia berpikir apa yang dikatakan Ayahnya itu benar, tidak ada salahnya mengkhawatirkan seseorang akan bahaya yang akan menimpanya, tetapi kita tidak boleh terlalu cemas atau gelisah karena ada yang maha Kuasa yang menolong setiap hambanya yang mengalami kesulitan.

“Devan, Dilan bagaimana kita berangkat sekarang—kalian tidak ingin terlambat piket kan?…”. Ajak Angga.

“Benar juga, aku kan piketnya hari ini?, ok Devan bagaimana kita lanjutin bermain Tom and Jerrynya nanti, setuju?! …”.Kata Dilan sambil ngeledek balik Devan. Devan yang terkena ledekan, hanya bisa berpasrah dan menyipitkan matanya yang geram terhadap kelakuan sahabatnya.

Mereka pun melanjutkan perjalanan berangkat ke sekolah, sambil mengantar Kaila kesekolahnya. Sekolahnya Kaila dan kakaknya itu hanya berseberangan jalan saja. Kaila yang sudah sampai di gerbang sekolah melambaikan tangannya. “Kak masuk dulu ya?!”. Kata Kaila sambil melambaikan tangannya.

“Ya”. Jawab Angga sambil tersenyum kepada adiknya.

Sesampainya di sekolah mereka, jejak setiap langkah mereka selalu diperhatikan. Hal tersebut tak lain hanya tertuju pada Angga. Mereka menganggap Angga sebagai seorang murid yang tampan tapi misterius dan pembawa mala petaka kepada mereka. Walau mereka sangat terpesona dengan ketampanan Angga, mereka tetap takut dan tak berani untuk mendekatinya bahkan berbicara dengannya.

Hal inilah yang membuat Angga tidak memiliki teman, kecuali Dilan, Devan, dan tiga teman cewek, yaitu, Sara, Jian dan Jesika, dan dua kakak OSIS yang sedia mendukung Angga yaitu, Ray dan Sidiq.

Sepanjang lorong coridor sekolah, semua mata tertuju pada Angga. Angga hanya merasa biasa-biasa saja, tidak memedulikan mereka. Dilan dan Devan merasa geram kepada mereka yang gak tau malu melihat dan berbisik orang dengan tidak sopan. “Heh apaan sih, Angga jalan sendiri tapi menilik orang dengan gak sopan gitu. Geram banget gue”. Bisik Devan. “Udahlah biarin aja”. Balas Angga sambil tersenyum. “Tapi ini udah keterlaluan Ga..!?”. Balas Dilan.

“Biarin ajalah..nanti kan ngerti sendiri..”. Kata Angga dengan raut muka yang menerima semuanya dengan baik. Dilan dan Devan hanya saling tatap satu sama lain.

Sesampainya di depan kelas “2A”, yaitu kelas mereka, mereka menyimpan beberapa barang di loker masing-masing, dimana disana banyak yang memperhatikan dan membicarakan tentang Angga. “Mengapa Dilan dan Devan akrab banget sama Angga. Dia kan si pemilik Mata Batin yang mematikan, Apa mereka tidak takut kalau mala petaka menimpa mereka”. Ucap salah satu murid dengan beberapa temannya, hal tersebut membuat Dilan dan Devan marah besar. “WOI!!!…BERANI BANGET LO YA HINA SAHABAT GUE …..PUNYA OTAK GAK SIH!!!!! …!”. Teriak Dilan yang membuat emosinya membara.

“KALO KALIAN MEMANG TAKUT DENGAN DIA, SANA, JANGAN BERANI HINA DARI BELAKANG …COBA DI DEPAN GUE BERANI GAK HEH…!!!”. Balas Devan yang ingin menghabisi murid yang menghina Angga tadi. Namun, langkahnya dihentikan oleh Angga.

“Entah bagaimana orang tuanya lahirin dan jagain dia”.

“Iya ya, apa mungkin …orang tuanya melakukan pratek pesugihan, hingga anaknya punya kelebihan seperti itu!?..”. Ucap kembali pada satu geng yang sekelas dengan Angga dari belakang mereka, tidak lain Ia adalah Bagas dan empat pasukannya yang lainnya.

Dengan perkataan Bagas barusan, lantas membuat Angga penuh dengan emosi kebencian yang tak terkendali, seketika Angga langkah maju kearah Bagas dan dengan sekuat tenaga, tangan Angga memegang kepala Bagas dan membenturkannya ke dinding dengan keras. Sehingga semua murid yang ada di kelas keluar, karena mendengar adanya keributan. Semuanya kaget, termanga dan , membisu, tidak ada yang berani mengeluarkan suara dan melaporkannya kepada Guru saat kejadian tersebut, termasuk Dilan, Devan, Sarah ,Jian, dan Jesika, mereka tidak pernah melihat Angga sebuas ini.

Pasukan Bagas saja tidak berani melawan atau membela Bagas sedikitpun. Mereka hanya termanga melihat Angga mencengram kepala Bagas bagai harimau yang sedang kelaparan.

Cengkraman Angga pada kepala Bagas semakin kuat, matanya mengeluarkan cahaya biru dengan tatapan kematian, sehingga membuat Bagas tidak memiliki daya apapun untuk melawannya. Badannya hanya gemetar ketakutan melihat Angga mencengkram kepalanya dengan tatapan biru yang mematikan. “COBA—COBA LO ULANGIN PERKATAAN LO TADI DI DEPAN GUE!! …COBA!!!! ..”. Teriak Angga dengan kemarahannya. Bagas yang tak berdaya terlihat pucat berkeringat. Temannya berusaha menenangkannya, “Angga hentikan…!!!!”. Cegah Dilan, “Apakah ini —Angga yang sebenarnya?!!!…”. Kata Devan dalam hati yang berusaha melepaskan cengkraman Angga pada kepalanya Bagas. Tapi percuma, Angga lebih kuat dan buas saat ini, mereka hanya dapat menyaksikan wajah Bagas yang pucat ulah Angga.

“INGAT YA, KALO LO MAU HINA GUE, SILAHKAN—TAPI, JANGAN SAMPAI GUE DENGAR!!! KALIAN HINA KELUARGA GUE. IBU dan Ayah gue udah lahirin dan jagain gue di dunia ini dengan baik!!!! Jadi lo gak ada hak untuk hina orang tua gue—PAHAM!!!..”. Kata Angga dengan nada yang tinggi, cengkramannya semakin kuat, tatapannya semakin tajam dan mata birunya semakin bercahaya. Kini, Bagas tidak menghadapi murid biasa, melainkan Ia menghadapi seorang murid yang diselimuti penuh dengan aura magis yang ada dihadapannya.

“GUE INGATIN SEKALI LAGI YA, JIKA PERKATAAN TADI SEKALI LAGI GUE DENGER DARI MULUT LO, TERMASUK KALIAN SEMUA YA—”Lanjut Angga sambil menunjuk kepada murid yang lain. “GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN UBAH KALIAN SEMUA JADI MAYAT!!!!!!….NGERTI!!!!..”. Suara Angga semakin menyeramkan,I a pun melepaskan cengkramannya dengan agak kasar sehingga, tubuh Bagas tersungkur kebawah karena gemetaran, tubuhnya tidak dapat menjaga keseimbangan. Semua menatap Angga ketakutan, mereka tidak menyangka Angga akan semarah ini. "Gue kasih tau untuk semua ya!...siapa pun yang hina keluarga bahkan sahabat Gue_Gue gak akan tinggal diam, kelakuan gue akan lebih kejam dari ini!!!.". Kata Angga sambil melihat tajam lagi kearah Bagas yang terduduk lemah. Bagas melihat Angga lamat-lamat dan berusaha bangkit berdiri dan melarikan diri, lalu disusul oleh pasukannya.

"Ga_sadar _istigfar...". Dilan kembali menenangkan Angga sambil memegang bahunya. Angga diam sejenak, menutup matanya yang seketika kembali seperti semula, Ia mengusap wajahnya, menarik napas panjang dan mengucapkan istigfar. Sekarang Angga kembali tenang, Dilan membantu Angga berjalan masuk ke kelas. Devan yang masih geram berkata tegas "KALIAN TUNGGU APALAGI_MASUK!!!!". Coridor kembali lengang, hanya menyisakan suara kesibukan siswa, entahlah mereka sibuk tentang tugas mereka atau lantas sibuk karena kejadian yang terjadi barusan.

Didalam kelas, keheningan terjadi kembali, seluruh siswa kembali berbisik tentang kejadian tadi. Angga pun duduk dengan melipat tangannya diatas meja dan kembali menarik napas panjang dan kesal. "Huh...maaf telah membuat kalian repot tadi...". Akhirnya Angga berbicara dengan meminta maaf kepada temannya. "Tidak ....lagi pula ini bukan salah mu". Balas Sarah dengan tersenyum. "Angga_tenanglah ..kami akan selalu membantu dan mendukungmu". Kata Dilan sambil tersenyum menyemangatinya. Angga yang mendengar membalas senyum dengan senyuman yang tulus. "Hah...Angga semakin tampan dan manis saat tersenyum..!!". Kata Jesika yang melihat Angga tersenyum, seketika ekspreksinya terlihat menggemaskan. "Oh ya gue kelupaan piket.Ok guys gue bersih-bersih dulu". Ucap Dilan yang melambaikan tangannya hendak ingin piket kelas. Angga pun mengangguk pelan.

Tak berapa lama kemudian, Guru kelas datang, beliau bernama pak Ridwan dengan seorang anak baru yang mengenakan hijab dengan tatapan polos. Pak Ridwan mempersilahkannya untuk memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.....

****************

Ini Saatnya untuk Memulai

Ditengah lamunan mereka datanglah Guru kelas mereka yang bernama Pak Ridwan. Ia membawa seorang Siswi baru yang mengenakan hijab. "Assalamuàlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh". PakRidwan memberi salam sambil memasuki ruangan, siswi tersebut mengikutinya dari belakang dan berdiri di sampingnya. Semua saling tatap dan berbisik.

"Wiiih siswi baru nih, omong-omong Ia dari alumni SMP apa ya ...". Kata Jian.

"Baiklah anak-anak, jadi dikelas kita ada kedatangan siswi baru. Ia sudah daftar dari kemarin untuk dapat masuk ke SMP kita ini. Dan Ia juga merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya, baiklah Nak, sekarang coba kamu perkenalkan diri di depan seluruh teman baru mu". Pak Ridwan mempersilahkan siswa baru tersebut memperkenalkan dirinya keteman-teman barunya.

"Dia termasuk siswa berprestasi?!....WOW apakah Ia akan menjadi saingan berat Angga ya??!..".

"SSSSST .....bisa diam gak sih?!!!..". Kata Sara yang menghentikan keributan Jian. Jian tersenyum menutup mulutnya, sifat yang suka berisik dan kepo seperti Dilan, itu khasnya Jian, Jesika ingin tertawa terbahak-bahak,tapi, ya ...karena ada Guru didepan mereka, jadi tertahan.

"Assalamuàlaikum warahmatullahi Wabarakatuh...". Siswi tersebut memulai mengucapkan salam.

"Waàlaikumsalam warahmatullahi wabaralatuh....!!!". Jawab kompak seluruh murid.

"Hai semua, perkenalkan nama saya Mulanaira Airan, kalian bisa memanggilku dengan nama Mulan. Saya alumni dari SMP 3 Negeri Kejayaan Angkasa. Hobi saya adalah membuat novel dan saya lebih menonjol pada pelajaran IPA dan Bahasa. Dan info dari saya, semoga kita akan menjadi teman yang baik dan dapat bekerja sama.

"Baiklah ...bagaimana kalau yang ketua kelas dan yang lain ikut memperkenalkan diri kalian, agar Mulan juga dapat mengenal kalian!.". Ucap pak Ridwan kembali yang mempersilahkan Ketua kelas dan yang lain untuk memperkenalkan diri mereka, Mulan mengangguk pelan.

"Baik, Assalamuàlaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Perkenalkan nama saya Angga Ryanza Putra, saya bertugas sebagai ketua kelas dan disini ada beberapa rekan saya, Silahkan_". Angga bangun dari tempat duduknya dan memperkenalkan dirinya serta mempersilahkan beberapa anggota yang lainnya memperkenal kan diri mereka .....

"Dan perkenalkan nama saya Dilan Altezza, saya bertugas sebagai wakil ketua kelas...".

"Perkenalkan saya Devan Shairwansazyfram saya bertugas sebagai ketua kebersihan dan keamanan".

"Saya Nurul Amira sebagai sekretaris kelas".

"Dan perkenalkan nama saya Amyran Sarahanza sebagai bendahara kelas, senang bertemu dengan mu Mulan". Kata Sara sambil menyapa Mulan, Mulan pun membalasnya dengan senyuman.

"Baiklah kalian semua boleh duduk ...dan Mulan silahkan duduk pada kursi yang telah disediakan". Kata Pak Ridwan sambil mempersilahkan Mulan dan yang lain duduk ditempat.

"Baik pak ...".Jawab Mulan sambil tersenyum dan melangkah duduk di bangkunya. Ia duduk tepat di belakang Jesika, Jian dan yang duduk ditengah adalah Sara. Suasana kelas terlihat agak riuh dengan suara kesibukan siswa, ada yang membicarakan tentang kedatangan Mulan, ada yang membicarakan tentang PR atau tugas mereka yang sejenak melupakan tentang pertengkaran tadi.

"Anak-anak ...bapak mendengar kabar dari Bagas dan temannya bahwa tadi ada sempat terjadi keributan dikelas kita". Tentu saja, sicowok sok cool itu langsung melaporkan kejadiaan tadi ke Guru kelas. Tak salah lagi, kini mereka yang menghina Angga, mereka pasti berada di ruangan BK. Seketika ruangan kelas lengang seketika, semuanya kini berbisik tentang kejadian tadi dan memperhatikan Angga, Ya inilah anak sekolah sekarang, mulutnya tidak bisa diam sedikiiiiiit pun,seperti mulut bebek, ya ngak ..!!!.

Sara dan kedua temannya itu merasa kasihan kepada Angga dan sahabatnya. Mulan hanya bingung dan menatap murid-murid yang sibuk disekitarnya.

Dalam keriuhan tersebut, Angga dan dua sahabatnya berdiri dan maju sebagai bukti pengakuaan bahwa mereka juga berulah sekarang.

****************

Selalu Bersama

Semuanya tertuju pada Angga,Pak Ridwan tak percaya, murid yang berprestasi ini juga dapat membuat masalah besar sekarang.

"Kalian _mengapa kalian berbuat masalah sekarang?!_". Seru pak Ridwan.

"Ma ..maaf pak..". Jawab Angga sambil menundukkan kepalanya. Dilan dan Devan ikut tertunduk.

"Baiklah_ ayo ikut bapak keruang BK sekarang. Yang lain tolong baca-baca dulu bukunya di halaman 50". Kata pak Ridwan yang mengajak mereka bertiga keruangan BK dan menyuruh pada yang lain untuk membaca buku mereka.

Mereka bukannya menurut, setelah bapak meninggalkan kelas, mereka melanjutkan gosip mereka tentang Angga.

"Kasian benget ya cowok mata batin itu_".

"Iya ya ...gue pikir waktu maju itu Ia akan langsung mencengkram kepala bapak".

"Hahahaha ....maka bapak akan bernasip sama dong kayak Bagas!!".

"Omong-omong nasip Bagas nanti bagaimana ya ....??!".

Mereka berterus-terusan mengatakan untuk Angga. Mulan yang membaca bukunya, bertanya -tanya di hati."Mata _ Batin ....Lalu mengapa Ia yang memiliki kemampuan yang sehebat itu lantas dibenci oleh mereka". Kata Mulan dalam hatinya yang tak tega melihat Angga di hina seperti itu.

"Woi!!!! .....bisa diam gak sih. Bapak suruh baca buku, bukan suruh untuk gosipin orang dari balakang". Sergah Jian kesal kepada murid yang sedang membicarakan Angga.

"Lalu napa!? ...lo kesal. Mentang-mentang teman akrab Angga jadi sok pembela aja,

hih...!! Alay banget deh". Ucap salah satu murid yang bernama Chika dengan lebay.

"Woy gue gak alay kayak lo ya ....kami memang akrab dengan Angga. Dari pada kalian benci dan omong-omongin dia _tapi kok malah ngevans. Pake ambil foto Angga diam-diam lagi ...heh ALAY BANGET GAK SIH!!!! .. Gak kayak kami, kami bisa menikmati ketampanan Angga setiap hari. Kalo kalian gak bisa yaaaa!". Jian ledekin Chika kembali, dan sekarang Chika mulai diam dengan memutar bola matanya ke arah lain. Semua murid terutama perempuan pun berhenti membicarakan tentang Angga.

"Jian! ..duduklah, jangan menambah keributan". Perintah Sara.

"Iya iya...aku cuma mau nyadarin orang itu, biar gak gelap kepalanya ..!!!". Kata Jian sambil duduk di kursinya.

Disisi lain, Angga dan dua temannya mulai melangkah keruang BK. Dimana disana Bagas dan empat temannya dan juga beberapa orang yang hina Angga telah duduk di sebuah sofa. Saat masuk, mata mereka tertuju semua pada pergerakan Angga, Dilan mengeluarkan napas kesal melihat mereka kembali. Angga dan temannya pun duduk di sofa yang berhadapan dengan kelompok Bagas. Dan Guru duduk di sofa yang bersebelahan dengan muridnya.

"Emmm ...ada masalah apa hari ini, mengapa kalian bertiga juga ikut masuk ke ruang BK sekarang. Dan salah satu dari kalian ada yang terluka kepalanya?!". Ucap Guru BK yang bernama Ibu Sarna sambil melihat ketiga sahabat dan sembilan pengganggu tersebut.

"Angga, Dilan, Devan ...mengapa kalian melakukan hal seperti ini juga nak ...Angga _Ibu mengerti dan tau siapa kamu sebenarnya dan kamu itu seperti apa _tapi mengapa kamu melakukan hal seperti ini...?". Kata Ibu Sarna sambil melihat Angga dan sahabatnya.

"Angga tidak perlu menjelaskan bu _saya hanya ingin melihat ...apakah beberapa pengganggu ini dapat menceritakan hal yang sebenarnya atau malah menceritakan hal yang tidak terjadi, seolah-olah saya dan teman saya yang bersalah! …….". Jawab Angga dengan suara dan wajah yang datar sambil melihat tajam kearah para pengganggu itu terutama Bagas. Bagas yang melihat Angga reflek kaget dan ketakutan. Dilan, Devan dan bahkan pak Ridwan dapat melihat Angga bahwa Ia lebih dari kata benci. Ia kini lebih benci terhadap apa yang terjadi.

"Bagas apa yang kalian lakukan sehingga membuat kekacauan tadi?! ..". Tanya bu Sarna dengan melihat Bagas dan beberapa anak yang lain.

"Sa _saya___..". Bagas menjawab dengan gugup, Ia melihat kearah Angga yang ada di depannya, dengan tatapan mematikan yang sekilas terlihat cahaya biru dimatanya sehingga mereka tidak ada cara untuk menjawab kejadian yang terjadi dengan berbohong. Ya..Bagas yang dulunya menjadi preman yang ditakuti oleh siswa ....sekarang Ia berada dalam genggaman siswa yang mematikan didepannya, yang biasanya ketika terjadi kesalahan, Ia dapat menyatakan dengan berbohong, tapi sekarang Ia tidak dapat melakukan apa-apa, Ia hanya bisa mengatakan yang sebenarnya.(Memang kena mental tu Anak...).

"Sa-saya, tadi membicarakan tentang orang tua Angga bu...". Jawab Bagas jujur ketakutan. Angga yang mendengar melihatnya dengan sinis.

"Apa yang kamu katakan untuk orang tuanya?! ..". Tanya bu Sarna.

"Saya bi _bilang un _untuk orang tuanya, bahwa___mereka melakukan___praktek pesugihan sehingga Angga menjadi seperti ini!__". Bagas melihat Angga lamat-lamat, Ia tak memedulikan apa yang dikatakan Bagas karena Ia sangat membencinya sekarang.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!