Jeritan Istri Kedua
Bulu mata lentik itu mulai bergerak dan kedua pelupuk mata itu pun mulai terpecah, manik coklat karamel mulai nampak membola dengan begitu indah, perempuan cantik itu tersenyum menyambut mentari pagi yang menjamah hangat wajah cantiknya, dia adalah Natasya putri berusia 21 tahun yang merupakan anak yatim-piatu yang kini tinggal bersama dengan Bibinya-Asri.
Kedua orangtua Natasya meninggal dalam suatu kecelakaan tunggal sejak Natasya berusia 12 tahun dan sejak saat itu juga Natasya tinggal bersama dengan Bi Asri yang memang tinggal sendirian setelah suaminya meninggal dunia juga karena kecelakaan tapi bedanya suami Bi Asri menjadi korban tabrak lari. Bi Asri yang sedang hamil waktu itu keguguran dan ia mengganggap Natasya seperti putrinya sendiri serta menyayangi dengan segenap jiwanya.
Kedua orang yang sama-sama kehilangan itu kini saling melengkapi satu sama lain dan juga berusaha bangkit dari keterpurukan bersama menjadi pribadi yang lebih kuat dan juga mencoba untuk menata kehidupan mereka masing-masing.
“Bi Asri masak apa hari ini?” tanya Natasya sembari memeluk perempuan paruh baya itu dari arah belakang.
Bi Asri tersenyum manis ketika melihat sikap manja Natasya. “Bibi membuat ikan asin yang di tumis,” jawab perempuan paruh baya itu.
“Wah … ini pasti begitu lezat sekali, sepertinya Natasya harus buru-buru mengambil nasi sembari menunggu ikannya matang,” tutur Natasya yang merasakan jika cacing didalam perutnya sudah mulai demo ketika mencium aroma ikan asin yang begitu sedap baginya.
“Sejak kecil sampai sekarang, kamu masih saja suka dengan ikan asin,” ujar Bi Asri terkekeh melihat tingkah Natasya.
Bi Asri merasakan jika jantungnya kembali berdenyut dan perempuan itu pun memegangi dadanya dengan keringat yang nampak membanjiri keningnya. Terdengar suara langkah kaki Natasya mendekat dan Bi Asri secepat kilat segera mengusap keringat di keningnya kemudian tersenyum kearah Natasya.
Natasya terpaku sejenak menatap wajah Bi Asri yang berubah pucat sekarang. “Bibi sakit?” tanya Natasya.
“Tidak, Bibi hanya ingin BAB saja dan bisakah kalau Natasya memasaknya sendiri?” dusta Bi Asri katakan supaya Natasya tidak merasa cemas.
Wajah cemas Natasya berubah menjadi geli kemudian perempuan itu pun langsung terkekeh sembari menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bibi jorok, jangan-jangan aroma ikan asin ini sudah bercampur dengan bau kentut Bi Asri,” canda Natasya seraya mengambil spatula dari tangan perempuan paruh baya itu.
“Mana mungkin Bibi jorok seperti itu,” jawab Bi Asri sembari memamerkan senyuman manisnya pada Natasya.
Natasya menyanyi sembari memasak ikan asin itu dan beberapa menit kemudian masakannya pun sudah matang. Natasya sudah menyiapkan semuanya di atas meja, tidak ada makanan yang mewah hanya kerupuk dan juga teh manis berserta nasi saja yang akan menjadi pendamping ikan asin kesukaannya itu.
“Bi Asri ke kamar mandi kok lama sekali,” cicit Natasya sembari menatap kearah pintu dapur. “Sebaiknya aku samperin saja,” cicit Natasya lagi.
“Bi, makanannya sudah matang dan sudah Natasya siapkan di atas meja, ayo kita sarapan bersama,” ujar Natasya dengan punggung tangan yang mengetuk pintu kamar Bibinya itu.
“Natasya kamu makan saja sendiri, Bibi masih sakit perut dan setelah makan tidak perlu mencuci piringnya, kamu langsung berangkat kerja saja nanti keburu terlambat,” ujar Bi Asri dari dalam kamarnya.
Natasya mencoba memutar kenop pintu tapi kamar Bibinya itu terkunci dari dalam.
“Bibi tadi mengunci pintunya jadi kamu nggak bisa masuk, bibi masih ada di kamar mandi,” ujar Bi Asri lagi.
“Idih … ada didalam kamar mandi kok bisa tahu jika Natasya mencoba masuk kedalam, jangan-jangan Bi Asri tidak menutup pintu kamar mandinya,” gumam Natasya seraya bergidik.
“Baiklah kalau begitu Natasya akan sarapan pagi lebih dahulu, Bibi jangan lupa sarapan juga,” kata Natasya dari luar kamar mandi.
“Iya, berangkat kerja hati-hati dan jangan buru-buru,” ujar Bi Asri dari dalam kamarnya.
***
Perusahaan Syatra Group merupakan salah satu perusahaan terbesar di negara ini. Memiliki ribuan karyawan dan memiliki banyak anak cabang yang tersebar di negara ini. Salah satu perusahaan ekspor-impor terbesar di negara ini.
Setelah memarkir motornya Natasya langsung berlari hendak memasuki lobby utama, Natasya melihat seorang perempuan hampir saja terjatuh dan Natasya dengan cepat langsung memegangi perempuan itu, tapi Natasya kehilangan keseimbangan dan ia langsung memutar tubuhnya hingga kini perempuan paruh baya itu berada di atasnya dan Natasya mengorbankan dirinya menjadi pelindung perempuan yang tidak ia kenal tersebut.
Kepala Natasya terbentur lantai dengan cukup keras dan perempuan yang ia selamatkan bisa mendengar suara benturan itu juga. Natasya memejamkan matanya dengan mengigit bibir bagian bawahnya merasakan nyeri akibat benturan kasar pada kepalanya dan semoga saja Natasya tidak gegar otak ringan karena hal ini.
“Ibu, apakah baik-baik saja?” tanya Natasya yang justru lebih mengkhawatirkan perempuan paruh baya itu dari pada dirinya sendiri.
Dua orang pengawal langsung membantu perempuan paruh baya itu berdiri dan setelah itu mereka membantu Natasya berdiri juga. Natasya sempat sempoyongan karena nyeri di kepalanya membuat pandangan perempuan itu kabur. Kedua pengawal dengan sigap langsung memegangi Natasya hingga perempuan itu mulai bisa menyeimbangkan dirinya lagi.
“Apakah Anda baik-baik saja?” tanya Natasya untuk yang kali kedua.
“Saya baik-baik saja, sepertinya kamu yang tidak baik-baik saja,” ujar perempuan paruh baya itu. “Sebaiknya kamu ikut saya ke rumah sakit saja.”
“Tidak perlu, saya akan mati jika di pecat oleh atasan saya karena terlambat bekerja, rasa nyeri ini masih bisa saya tahan.” Natasya mulai panik ketika ia tahu sudah terlambat sekitar 5 menit. “Bu, saya masuk kedalam lebih dahulu,” ujar Natasya sopan kemudian langsung berlari sekencang yang ia bisa menuju ke meja kerjanya.
“Selidiki siapa perempuan itu,” tutur perempuan yang Natasya bantu tadi.
“Baik, Nyonya,” jawab kedua pengawal yang ada di belakangnya.
Di tempat lain.
Natasya baru saja masuk kedalam ruangan kerjanya kemudian terlihatlah jika semua orang kini sedang menatapnya dengan begitu tajam sekali, seakan dari tatapan itu mereka ingin membunuh Natasya dan langsung menenggelamkannya di sungai bengawan solo.
“Memangnya ini perusahaan milik keluarga kamu sehingga kamu bisa datang kapan saja kamu inginkan,” ujar seorang perempuan setengah baya yang memang merupakan atasan Natasya di ruangan ini.
Atasan Natasya bernama Ranti dan ia memang di kenal kejam serta angkuh bahkan Ranti sering kali menggunakan jabatannya hanya untuk memperbudak para pekerja barunya. Ranti masih belum menikah mungkin karena sikap angkuhnya sehingga tidak ada orang yang mau mendekatinya serta Ranti juga tidak memiliki wajah yang cantik dan hal itulah alasan Ranti merasa benci dengan kecantikan yang Natasya miliki.
Natasya menundukkan kepalanya sembari memegangi tas kerjanya. Semua orang yang ada didalam ruangan ini hanya bisa diam saja dan tak ada yang berniat ingin membantu. Ya, kecantikan yang Natasya miliki membuat semua perempuan iri hingga mereka semua tak mau dekat dengan Natasya bahkan secara terang-terangan mereka ingin Natasya segera di keluarkan dari kantor ini sebab kebanyakan lelaki menyukai Natasya hingga membuat semua perempuan seakan tersingkirkan dengan sendirinya.
“Maafkan saya, Bu Ranti tapi tadi saya terlambat karena menyelamatkan perempuan paruh baya yang hendak terjatuh di pintu lobby utama,” jawab Natasya jujur.
“Memangnya kamu itu super hero hingga sibuk menyelamatkan orang lain.” Sembur Bu Ranti dengan tidak punya hati. “Kamu itu di bayar untuk bekerja bukan melakukan tindakan sosial,” ucapnya lagi masih dengan nada arogannya.
“Apa yang kamu katakan!” ujar seorang perempuan yang kini sedang berdiri dibelakang Natasya.
Natasya tidak berani memutar kepalanya sebab ia takut Bu Ranti akan semakin marah. Namun Natasya mengangkat sedikit kepalanya dan dengan sangat jelas ia bisa melihat air muka Bu Ranti yang nampak pucat pasih dengan keringat jagung kini membasahi wajahnya.
Siapa sebenarnya perempuan yang sedang ada dibelakangnya sekarang? Dan kenapa Bu Ranti langsung ketakutan seperti habis melihat hantu Anabelle di depan matanya. Kira-kira seperti itulah yang kini sedang Natasya pikirkan sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
💖Yanti Amira 💖
lanjut thorrr ceritanya
2023-03-06
2