“Apakah kamu tahu kenapa perempuan ini sampai terlambat masuk kantor?” tanya perempuan yang ada dibelakang Natasya pada Bu Ranti.
“Dia beralasan jika sedang menyelamatkan seseorang dan saya tahu itu hanya dusta,” ujar Bu Ranti ingin memojokkan Natasya.
“Dia tidak berbohong karena orang yang dia selamatkan adalah aku,” jawab perempuan paruh baya itu dan tanpa melihat kini Natasya sudah bisa menebak jika perempuan ini adalah orang yang telah ia selamatkan tadi.
“Siapa sebenarnya perempua ini? Kenapa dia bisa membuat Bu Ranti yang terkenal sombong seakan ketakutan padanya?” tanya Natasya pada dirinya sendiri dengan kepala yang masih tertunduk.
Natasya baru saja bekerja di perusahaan ini sekitar 3 bulan dan pantas saja jika ia tidak tahu jika perempuan paruh baya yang telah ia selamatkan barusan adalah pemilik perusahaan ini, namanya Cempaka Syahputra dan dia memang jarang sekali datang ke perusahaan, pantas saja Natasya tidak mengetahui siapa orang yang ia tolong tadi.
Semua orang yang ada didalam ruangan ini langsung membulatkan kedua matanya kaget begitu juga dengan Bu Ranti, perempuan itu bahkan ingin memukul mulutnya sendiri yang sudah berani mengatakan ucapan laknat tersebut.
Bu Ranti bukannya menyesal karena memaki Natasya, tapi yang ia sesalkan kenapa tidak mengamati situasi terlebih dahulu hingga Nyonya Cempaka ikut mendengarkan ucapan pada si bodoh dihadapannya ini.
“Nyonya Cempaka, maafkan saya, saya tidak tahu jika perempuan yang telah Natasya selamatkan adalah Anda,” ujar Bu Ranti dengan kedua tangan yang sudah menggenggam erat rok kerjanya dengan tubuh bergetar penuh ketakutan.
Perempuan itu pasti takut jika dia sampai kehilangan pekerjaan dan juga jabatannya didalam perusahaan raksasa ini.
“Ternyata dia adalah pemilik perusahaan ini, selama ini yang aku tahu hanya Pak Darendra saya pemiliknya,” batin Natasya didalam bungkam.
“Berarti jika yang terjatuh adalah perempuan lain maka harus dibiarkan saja!” pertanyaan yang penuh akan kecaman itu terdengar begitu jelas dari kedua manik mata Nyonya Cempaka yang sudah membulat penuh ancaman.
“Bu-bukan begitu maksud saja, Nyonya,” sanggah Bu Ranti tergagap.
“Kemasi barang-barang kamu dan lekas angkat kaki dari perusahaan ini!” titah Nyonya Cempaka.
“Nyonya, maafkan saya, sungguh saya berjanji tak akan pernah mengulang kebodohan yang sama,” mohon Bu Ranti mencoba menjilat apa yang bisa ia jilat demi untuk menyelamatkan pekerjaan yang begitu lama ia tekuni.
Natasya merasa kasihan dan ia pun memutar tubuhnya menghadap Nyonya cempaka dan tidak disangka Natasya menjatuhkan kedua lututnya perlahan di lantai ruangan ini dengan kepala yang tertunduk.
“Nyonya, tolong maafkan Bu Ranti dan berikan dia kesempatan,” pinta Natasya dengan nada suara yang terdengar tulus.
Tapi Bu Ranti justru menganggap jika Natasya melakukan semua itu hanya ingin mencari muka saja dihadapan Nyonya Cempaka. Bu Ranti bahkan tidak merasa berterima kasih karena sudah Natasya bantu tetapi perempuan itu justru merasa muak melihat sikap Natasya sekarang.
Nyonya Cempaka langsung mengajak Natasya untuk berdiri dan perempuan itu mengangkat dagu Natasya menggunakan satu jari telunjuknya.
“Kenapa kamu memohon untuk perempuan yang hampir membuatmu kehilangan pekerjaan?” tanya Nyonya Cempaka dengan nada suara yang terdengar begitu lembut sekali.
“Saya akan berbuat baik pada siapapun tanpa perduli orang itu jahat ataupun memiliki status sosial yang begitu tinggi di masyarakat.” Natasya berbicara dengan begitu tulus yang terpancar dengan begitu sempurna dari sorot mata teduh itu.
“Aku memaafkan kamu hari ini, tapi tidak untuk lain kali,” ujar Nyonya Cempaka sembari melihat kearah Natasya. “Apakah kamu sudah senang sekarang?” tanya Nyonya Natasya dengan nada suara terdengar lembut.
“Terima kasih, Nyonya,” jawab Natasya seraya mengulas senyumannya.
***
Natasya merenggangkan otot-otot tulangnya ketika ia selesai mengerjakan tugas kantornya. Natasya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ini yang nampak begitu sepi karena hanya Natasya saja yang kerja lembur. Natasya buru-buru keluar dari ruangan sebab merasa merinding juga jika sendirian didalam ruangan yang bisa dibilang cukup horor sebab semua lampu didalam ruangan ini sudah padam dan hanya menyisakan lampu kerja Natasya saja.
“Aku tadi sedang fokus bekerja dan tidak memperhatikan sekitar, tapi setelah semua pekerjaan selesai aku baru sadar ini sudah lewat pukul 08.00 malam pantas saja semua bulu kudukku meremang dengan sempurna tadi,” cicit Natasya seraya mempercepat langkah kakinya.
Natasya sesekali melihat kearah belakang sebab ia merasa seperti ada orang yang sedang mengamatinya, ya, lorong ini terlihat cukup remang-remang karena sebagian lampu telah dipadamkan. Natasya berjalan semakin cepat ia mengambil ponsel dari dalam tas jinjingnya dengan tangan yang gemetaran ketika Natasya hendak menyetel musik guna untuk menghilangkan kesunyian mencekam di lorong perusahaan tapi sialnya ponselnya kehabisan daya sehingga Natasya memupus harapan untuk bisa mendengarkan musik.
Natasya melihat kearah belakang sekali lagi dan ketika ia melihat kearah depan Natasya melihat seorang lelaki yang wajahnya nampak cerah.
“Hua … se-setan, tolong jangan ganggu saya,” ujar Natasya seraya menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Berani sekali kamu mengatakan jika aku hantu,” maki seorang lelaki yang Natasya kira adalah hantu.
“Mana ada hantu bisa bicara,” batin Natasya.
Perempuan itu mulai membuka sedikit tangannya dan ia melihat jika lelaki yang ada dihadapannya bukanlah hantu melainkan Pak Darendra yang merupakan anak dari Nyonya cempaka sekaligus pewaris tunggal.
“Mati! Lelaki ini lebih menakutkan dari pada hantu,” batin Natasya merutuki bibirnya yang asal sebut lelaki dihadapannya ini adalah hantu.
“Apakah kamu sudah bosan bekerja di perusahaan ini!” kecam Pak Darendra yang jelas kelihatan marah sebab perempuan itu menyamakan wajah tampannya dengan hantu.
“Bu-bukan, tapi wajah Anda tadi terlihat bercahaya jadi saya kira ….” Natasya langsung mengigit bibir laknatnya ini agar tidak salah bicara.
“Apakah penglihatan kamu itu sedang tidak berfungsi sehingga kamu tak menatap aku yang sedang memegangi ponsel,” ketus Pak Darendra kesal.
“Ma-maaf dan tolong jangan pecat saya,” ujar Natasya memohon dengan kepala yang tertunduk.
“Siapa nama kamu?” tanya Pak Darendra.
“Na-natasya,”
Pak Darendra diam sejenak mencoba mengingat nama perempuan yang ada dihadapannya ini karena Darendra merasa tidak asing. “Apakah kamu orang yang menyelamatkan Mamaku?” tanya Pak Darendra dengan penuh selidik.
“Ya,”
“Apakah kamu sengaja berpura-pura menabrak aku dan ingin mendapatkan perhatian dariku?” hardik pakai Darendra dengan tatapan penuh selidik.
"Untuk apa saya melakukan itu, saya sungguh takut karena baru kali ini lembur sampai malam hari," jawab Natasya seraya mengamati sekitar kemudian bergidik ketakutan.
Darendra mengamati perempuan yang ada dihadapannya ini dengan wajah yang datar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
@Kevin Ferdianto A.S
lanjut thor
2023-03-05
1