Jangan Pernah Menguji Kesabaranku

Darendra melihat wajah Natasya yang nampak pucat lelaki itu pun bisa memastikan jika Natasha tidak berdusta apalagi tubuh perempuan itu juga bergetar seakan menunjukkan ketakutan nyata yang terlihat dari sorot matanya.

"Pergilah dari hadapanku!" perintah Darendra.

Natasha menghembuskan nafas lega karena akhirnya perempuan itu tidak mendapatkan masalah, tetapi bukan itu yang terjadi sekarang karena justru Natasha semakin ketakutan ketika ia mengingat jika harus berada di dalam lift sendirian. Natasha yang tidak kunjung meninggalkan Darendra pun membuat lelaki itu menatapnya dengan penuh tanya dan Natasha akan apa yang sedang lelaki itu pikirkan tentangnya yang masih juga tidak beranjak dari posisinya berdiri.

"Pak Darendra, saya takut jikalau harus naik lift ini sendirian, bolehkah jika saya mengikuti di belakang And Bukankah Anda juga akan turun ke lantai bawah?" tanya Natasha dengan menunjukkan air muka memohon.

Tanpa menjawab Darendra kembali melangkahkan kakinya. Natasha hanya bisa memanyunkan bibirnya kemudian perempuan itu mengikuti langkah Darendra dari arah belakang. Natasha terus saja mengedarkan pandangannya ke lorong perusahaan ini dengan sangat waspada hingga Natasha tidak menyadari jikalau sekarang Pak Darendra sedang menghentikan langkahnya, hal itu membuat Natasha menabrak tubuh kekar Pak Darendra.

"Bisakah kau menjaga jarak dariku!" perintah Pak Darendra yang merasa risih melihat sikap perempuan di dekatnya ini. Pak Darendra bahkan tidak memutar tubuhnya sama sekali melihat ke arah Natasha, seakan lelaki itu tidak peduli dengan apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan di belakangnya sekarang.

"Siapa suruh Anda berhenti mendadak," kata Natasha. Natasha langsung menutup mulut laknatnya ini menggunakan kedua tangan setelah ia menyadari arti ucapannya barusan. Kenapa juga Natasya bisa bicara tanpa ada filternya begini? Sungguh ketika ketakutan Natasya akan selalu bicara asal.

"Jangan pernah menguji kesabaranku atau ...." perkataan Pak Darendra berhenti setelah Natasha menyela ucapannya.

"Maafkan saya, saya sungguh minta maaf Pak Darendra," kata Natasha. Sembari membungkukkan tubuhnya, lebih baik melihat ke arah lantai dari pada melihat wajah menyeramkan bosnya ini.

Pak Darendra hanya bisa menghela nafas perlahan kemudian lelaki itu kembali melanjutkan langkah kakinya dan Natasha mengikutinya dari arah belakang. Ketika berada di depan lift Natasha pun langsung buru-buru masuk ke dalam lift itu mendahului Pak Darendra. Pak Darendra hanya bisa menghela nafas perlahan untuk yang kesekian kalinya, sungguh baru kali ini ada pekerja bar-bar yang berani melakukan ini padanya.

"Dia benar-benar mencoba menguji kesabaranku," batin Pak Darendra ketika melihat sikap Natasya.

Kini Pak Darendra dan juga Natasha sudah sampai di pintu utama lobby ini. Terlihat seorang satpam memberikan kunci mobil kepada Pak Darendra sedangkan Natasha melangkah menuju parkiran motor. Natasha kini sudah menyalakan mesin motornya dan sesekali ia menatap ke sekitar parkiran sepeda motor yang nampak sepi sekali dan sekarang hanya ada motornya saja yang masih terparkir.

Natasha mulai menyalakan mesin motornya dan ia pun merasakan ada yang aneh kemudian perempuan itu menundukkan kepalanya melihat ke arah ban motor bagian belakangnya yang ternyata pecah dan entah apa alasannya. Natasha hanya bisa menghela nafas perlahan sembari mengutuk kesialan yang iya dapati hari ini.

"Tadi pagi hampir saja aku dipecat oleh Bu Ranti, tetapi malam harinya ban motorku justru pecah tanpa alasan yang jelas, padahal tadi pagi aku ingat betul jika masih baik-baik saja. Ataukah mungkin Bu Ranti yang melakukan ini? Argh! Ngapain juga aku menyalahkan orang lain mungkin ini hanya kebetulan saja," batin Natasya mencoba untuk memberikan pemikiran positif supaya ia tidak dendam pada orang lain dan dugaannya tadi juga belum tentu benar.

Pak Darendra mengamati apa yang Natasha lakukan dari balik kaca spionnya, sekarang perempuan itu nampak kesal sekali jika dilihat dari raut wajahnya. tanpa bertanya pun Pak Darendra sudah bisa menebak jikalau perempuan itu pasti mendapatkan kesialan sehingga tidak jadi pulang membawa motornya dan malah berjalan kaki.

Pak Darendra pun keluar dari dalam mobil lalu menghampiri Natasha yang hendak melewati mobilnya begitu saja.

"Pulanglah bersama denganku," ajak Pak Darendra yang seperti suatu perintah.

"Tidak, saya akan naik angkutan umum saja," jawab Natasya mencoba menyembunyikan wajah masamnya di hadapan sang pemilik perusahaan.

"Tadi pagi kamu sudah menyelamatkan mamaku dan sekarang aku hanya mencoba untuk membalas kebaikan kamu." Perkataan itu terdengar memaksa di telinga Natasha.

"Saya menolong Nyonya Cempaka dengan ikhlas dan tanpa pamrih, walaupun orang yang ada di posisi itu bukanlah Nyonya Cempaka, maka saya akan tetap menyelamatkannya," jawab Natasha yang tidak ingin berada satu mobil dengan bosnya itu.

Natasya takut jika ada orang yang melihat dan akan tersebar gosip di perusahaan ini jika Natasya berusaha mendekati Pak Darendra.

"Pikirkan lagi tawaran saya, Apakah kamu lupa jika jarak dari perusahaan ini ke jalan raya cukup jauh dan sepanjang perjalanan juga nampak gelap. Apakah kamu masih yakin jika ingin berjalan sendiri." Sesungguhnya di dalam hati Pak Darendra juga merasa cemas jikalau Natasha berjalan sendirian di malam hari.

Natasha terdiam sejenak dan akhirnya perempuan itu pun mengalah dan ikut masuk ke dalam mobil Pak Darendra.

****

"Kamu pulang diantarkan siapa Natasha?" tanya Bi Asri yang melihat Natasha turun dari dalam mobil.

"Itu adalah mobil Pak Darendra," jawab Natasya sembari melangkah masuk ke dalam rumah.

"Bika Bibi tidak salah dengar sepertinya bos kamu itu sudah memiliki istri," jawab Bi Asri. Ucapan Bi Asri juga seakan bisa diartikan sebagai peringatan untuk keponakannya supaya tidak mengganggu rumah tangga orang lain dan Natasha tahu itu dengan sangat jelas.

Natasha menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah Bi Asri dan seulah senyuman manis dengan tatapan teduh mulai menyapa netra perempuan paruh baya itu. "Bibi, tenang saja karena Natasha tak akan pernah mengganggu kehidupan orang lain. Tadi pagi Natasha menyelamatkan Nyonya Cempaka yang merupakan ibu kandung Pak Darendra. Pak Darendra hanya merasa kasihan pada Natasha karena motor Natasha bannya bocor dan jalanan dari perusahaan menuju jalan raya sangatlah sepi karena alasan itulah Pak Darendra mengantarkan Natasha," cerita Natasha panjang lebar karena tidak ingin Bi Asri salah paham padanya.

"Bibi merasa senang sekali mendengarkan penjelasan itu. Dan maafkan Bibi yang sempat berburuk sangka kepadamu. Semua itu karena Bibi tidak ingin kamu salah langkah, walaupun kita hidup susah tetapi jangan pernah mengambil cara yang salah dengan merusak hubungan orang lain," ucap Bi Asri memperingati Natasha.

Natasha memeluk perempuan paruh baya itu kemudian mengusap perlahan punggungnya. "Bibi tenang saja, Natasha akan selalu mengingat apa yang Bibi katakan sekarang," ujar Natasya.

Di tempat lain.

Seorang perempuan paru baya sedang duduk di teras rumahnya sembari menikmati semilir angin malam. Perempuan itu pasti takut masuk angin sehingga dia menggunakan mantel tebal di tubuhnya dan duduk di gazebo yang ada di taman depan rumahnya. Seorang lelaki yang menggunakan jas hitam berjalan mendekati perempuan paruh baya yang tidak lain adalah nyonya Cempaka.

"Katakan!" perintah Nyonya Cempaka yang seakan sudah tahu jika orang kepercayaannya itu akan melaporkan sesuatu hal padanya.

"Malam ini saya melihat Pak Darendra mengantarkan salah satu pekerjanya," lapor orang kepercayaan Nyonya Cempaka.

"Siapa namanya?" tanya Nona Cempaka sambil menyilangkan kedua tangannya memusatkan pandangannya kearah dedaunan yang bergoyang di terpa angin malam.

"Namanya adalah Natasya Putri dan perempuan itu ialah orang yang telah menyelamatkan Nyonya Cempaka tadi pagi," lapor lelaki itu secara detail dan singkat.

"Pergilah dan pastikan jika Starla-istri pertama Darendra tidak mengetahui hal ini!" perintah Nyonya Cempaka dan pengawal itu menganggukkan kepalanya setuju. Setelah memberikan hormat pengawal itu melangkah pergi meninggalkan Nyonya Cempaka sendiri.

Seula senyuman tipis terbit di bibir Nyonya Cempaka, seakan perempuan itu merasa lega dengan laporan yang telah pengawalnya itu berikan.

Terpopuler

Comments

Nur Siti

Nur Siti

sampai sini ceritanya menarik

2023-03-17

1

@Kevin Ferdianto A.S

@Kevin Ferdianto A.S

semangat terus kak thor ....... semoga sehat selalu 🙏🙏🙏

2023-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!