Setelah sarapan dengan Bi Asri, Natasya berangkat bekerja seperti biasanya, tapi bedanya perempuan itu kali ini tidak membawa sepeda motor karena kemarin kan ban motornya pecah. Natasya sengaja berangkat lebih awal karena ia akan naik angkutan umum saja. Sudah sekitar 30 menit Natasya berdiri di pinggir jalan tetapi angkutan umum yang lewat selalu saja penuh sampai ada satu penumpang yang berdiri di pintu angkutan umum itu. Natasya dengan cemas mulai mengarahkan pandangannya ke jam tangan yang kini melingkar apik di pergelangan tangannya, jam tangan itu memang memiliki harga yang murah namun, sangat bagus di kenakan oleh Natasha, bahkan semua orang yang melihatnya pasti akan salah menduga jika itu jam merek mahal.
"Aku bisa terlambat jika seperti ini, mana nanti angkutan umum itu pasti berhenti di pinggir jalan dan aku masih harus melangkah menuju ke perusahaannya sekitar 20 menit," batin Natasya seraya mengusap keningnya yang sudah di banjiri oleh keringat jagung.
Natasya mengangkat pandangannya kemudian perempuan itu melihat kearah mobil mewah berwarna hitam yang kini sedang berhenti di sampingnya. Natasya merasa tidak mengenali mobil itu pun ia langsung mundur beberapa langkah ke belakang dan kembali mengedarkannya pandangannya ke sekitar mencoba untuk mencari angkutan umum.
"Astaga, semua angkutan umum penuh," gerutu Natasya dengan menghela nafas perlahan.
"Masuklah!" titah seorang lelaki.
Natasya melihat kaca mobil yang mulai terbuka dan perempuan itu menundukkan sedikitpun tubuhnya guna untuk melihat siapa orang yang ada di dalam mobil itu. Dan Natasya langsung terkejut ketika melihat ke arah Pak Darendra yang juga menatapnya.
"Masuklah jika kamu tak ingin terlambat," kata Pak Darendra sembari melirik kearah Natasha dengan gaya arogan yang selama ini memang menjadi ciri khas lelaki itu.
"Ti-tidak, saya akan menunggu angkutan umum saja," jawab Natasya. Didalam hati Natasya juga merasa tidak yakin jika ia akan bisa menemukan angkutan umum sedangkan sudah sekitar 7 angkutan umum yang sempat lewat tadi terus saja penuh.
"Aku melakukan ini karena ingin berterima kasih jadi kamu jangan berpikiran macam-macam," jelas Pak Darendra. "Jika kamu terlambat maka aku akan memecat kamu secara langsung! Aku sudah menawarkan bantuan tapi kamu tolak." Secara tidak langsung Pak Darendra mencoba untuk mengancam Natasya.
Natasya diam sejenak. Kemarin ia hendak di pecat oleh Bu Ranti, tapi Nyonya Cempaka menyelamatkannya. Tapi jika sampai kali ini ia akan terlambat untuk yang kali kedua maka, tak akan ada orang yang menyelamatkannya lagi sebab Natasya dalam posisi yang salah. Argh! Jerit Natasya didalam hatinya. Persetan dengan semua uang ada didalam pikirannya sekarang, tapi yang lebih penting Natasya tidak boleh sampai terlambat masuk ke kantor atau ia akan kehilangan pekerjaan satu-satunya. Sedangkan dari pekerjaan ini Natasha bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan juga sang Bibi.
"Pakai sabuk pengaman kamu!" titah Pak Darendra pada Natasya.
Selama ini Natasya selalu saja mengunakan motor kesayangannya dan bisa dibilang juga ini kali pertama Natasya naik mobil. Natasya kebingungan mencari dimana sabuk pengaman. Ingin bertanya tapi Natasya tidak mau malu, jadi lebih memilih untuk celingukan kesana-kesini.
"Dia ini bodoh sekali," batin Pak Darendra merasa kesal melihat sikap udik satu pekerjaannya ini.
Pak Darendra melepaskan sabuk pengamannya kemudian mendekatkan tubuhnya ke arah Natasya dan disaat yang bersamaan Natasya mulai mengangkat pandangannya membuat kedua orang itu saling beradu pandang.
Natasya melihat ke arah wajah Pak Darendra dan lelaki itu sungguh terlihat begitu tampan ketika di pandang dengan jarak sedekat ini. Pak Darendra pun melihat ke arah Natasya dan lelaki itu mengenakan sabuk pengaman di tubuh Natasya kemudian kembali duduk di posisinya semula.
"Ada apa dengan aku? Kenapa jantungku berdetak seperti ini? Natasya kamu harus ingat Pak Darendra berbuat baik pada kamu hanya karena ingin berterima kasih sebab kamu sudah menyelamatkan Mamanya. Dia juga sudah memiliki istri, jadi kamu tak boleh memikirkan banyak hal," batin Natasya di dalam diam. Natasya tidak tahu apa yang sedang ia rasakan sekarang, tapi yang Natasha tahu hanya satu hal, baru kali ini ia jantungnya berdetak dengan tidak stabil seperti sekarang.
Suasana di dalam kabin mobil ini terasa begitu sunyi sekali. Natasya sibuk menatap ke luar jendela dan ia melihat debu berterbangan ketika ada kendaraan dengan kecepatan penuh melintasinya, ada juga seorang anak kecil yang mengunakan seragam SD dan ia sedang bergandengan dengan orangtuanya bisa Natasya tebak jika anak kecil itu pasti akan pergi ke sekolah.
Pak Darendra sesekali melirik ke arah Natasya sekilas kemudian kembali fokus melihat ke arah jalanan yang kini sedang dipadati oleh kendaraan beroda empat. Pak Darendra kembali melirik ke arah Natasya dengan wajah yang datar, entah apa yang sedang lelaki itu pikirkan sekarang sebab air mukanya sangat sulit untuk bisa dibaca oleh manusia.
"Astaga dompet saya ketinggalan di atas meja," gumam Natasya seraya membuka tas yang ia bawa dan mencoba mencari dompetnya dan benar saja dompet itu tertinggal di atas meja dapur. "Bagaimana cara saya pulang nanti," gumam Natasha dengan suara yang lirih. Natasya mengigit bibir bagian bawahnya sendiri merasa kesal dengan kecerobohannya. Ketika berada di rumah Narra hanya fokus berangkat kerja lebih awal supaya dia tidak terlambat dan karena hal itu ia sampai melupakan dompetnya.
Pak Darendra menatap ke arah Natasha mengunakan ekor matanya kemudian berkata, "Saya sudah meminta orang untuk membenarkan motor kamu," ujar Pak Darendra sembari menatap lurus ke depan.
Narra langsung menarik pandangannya ke arah Pak Darendra kemudian berucap, "Habis berapa Pak semuanya?" tanya Natasya. "tapi saya nggak bisa bayar sekarang karena dompet saya tertinggal di rumah," sambung Natasya sebelum Pak Darendra menjawab.
"Saya menyuruh orang untuk memperbaikinya di servis motor langganan saya," jawab Pak Darendra.
Natasya langsung membulatkan kedua matanya kaget, ya sudah bisa menebak jikalau harganya pastilah mahal sebab bosnya itu memang memiliki langganan servis motor yang memiliki harga selangit. Bisa-bisa satu tahun gaji Natasha di perusahaan itu tak akan bisa membayar servis motornya.
"Kenapa Pak Darendra membawanya ke servis motor langganan Anda, saya mana sanggup bayar," tanpa sadar Natasha memegang lengan Pak Darendra.
Pak Darendra menatap ke arah Natasha tanpa membuka suaranya. Natasha yang baru menyadari jikalau tangannya memegang lengan pada Pak Darendra pun langsung menarik tangannya kembali dengan tersenyum canggung.
"Ma-maafkan saya, sungguh saya nggak pernah bermaksud lancang," kata Natasya.
"Tidak usah bayar, karena saya sendiri yang menyuruh orang untuk perbaiki motor kamu," kata Pak Darendra.
"Eh ... gratis?" tanya Natasya polos.
"Ya,"
"Untunglah, aman gaji satu bulan," jawab Natasya polos dengan senyuman yang secerah sinar mentari pagi.
Pak Darendra melirik ke arah Natasya entah untuk yang kesekian kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
@Kevin Ferdianto A.S
yang semangat kak thor up nya ...... semoga sehat selalu dan sukses 🙏🙏🙏🙏
2023-03-08
2