Tolong Balaskan Dendamku!
"Bu! Elsa nyontek!" Nadia berteriak dari bangku belakang, mengadukan perbuatan Elsa pada Bu Beti.
Elsa tergagap, dia segera menyimpan kertas contekannya ke dalam saku roknya, sebelum dipergoki oleh Bu Beti.
"Mana, Elsa?" Bu Beti memandang seluruh penjuru kelas.
"Ini, Bu! Di depan saya! Dia masukin contekannya ke saku roknya, Bu!" Nadia mengangkat tangan dan kembali berteriak, supaya Bu Beti bisa langsung melihat dirinya. Posisi temlat duduk yang selalu bergeser, membuat guru sedikit kesulitan untuk mencari murid yang dimaksud.
Bu Beti segera berjalan, mendekati meja Elsa. Semua mata tertuju pada Elsa, mereka tidak peduli jika mereka akan kehabisan waktu untuk mengerjakan soal ulangan mereka.
"Berdiri!" Bu Beti memerintah Elsa dengan tegas. Elsa tidak punya pilihan lain, selain menuruti perintah dari Bu Beti.
Bu Beti segera memeriksa saku rok Elsa, sesuai petunjuk dari Nadia. Dan tidak perlu waktu lama, Bu Beti langsung menemukan kertas di dalam saku Elsa. Bu Beti membaca sekilas tulisan yang ada di kertas itu, dan memang ringkasan-ringkasan materi untuk ulangan hari ini.
"Ini apa, Elsa?" Bu Beti kembali bertanya.
"I - itu catatan untuk saya belajar, Bu." Elsa menjawab lemah.
"Kenapa kamu letakkan di situ? Kenapa tidak kamu kumpulkan bersama tas juga buku catatan lainnya di depan kelas? Kamu nyontek lagi, ya?" Bu Beti langsung melayangkan dakwaan pada Elsa.
"Eng - enggak kok, Bu! Saya nggak nyontek! Cuma...." Elsa menggantung perkataannya, dia bingung harus beralasan apa.
"Cuma apa? Cuma lihat catatan yang kamu buat itu? Itu sama aja, nyontek namanya! Kamu itu kok nggak pernah kapok, sih? Dulu di kelas sepuluh, kamu juga sering nyontek. Dulu minta jawaban sama Ana. Sekarang, Ana sudah meninggal, kamu nyontek pakai catatan. Benar-benar tidak bisa dipercaya! Sekarang, kamu bersihkan kamar mandi putri di belakang kelas ini! Sekarang!" Bu Beti langsung menjatuhi hukuman pada Elsa, tanpa mau mendengar alasan dari Elsa lagi.
"Tapi, Bu? Masa saya sendiri?" Elsa protes.
"Yaudah, bawa kertas catatan kamu itu, biar jadi temanmu bersihin toilet!" Bu Beti tidak pakai ampun.
Sontak teman sekelas Elsa tertawa, meskipun perkataan Bu Beti sebenarnya bukan lelucon.
"Tunggu apa lagi? Cepat keluar dari kelas, dan bersihkan kamar mandi di belakang kelas ini! Sikat sampai bersih! Jangan sampai ada yang terlewat! Nanti akan saya cek ke sana! Jadi, jangan coba-coba kabur!" Bu Beti berkata dengan tegas.
Elsa menghentakkan sebelah kakinya. Sebelum meninggalkan kelas, Elsa sempat melihat Nadia tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan, seolah mengusir dirinya. Tatapannya benar-benar menyebalkan bagi Elsa.
"Kenapa sih, sejak ada dia di kelas ini, aku selalu saja sial?" Elsa membatin dalam hati. Kemudian pergi ke toilet putri yang jorok dan bau. Mau tidak mau, dia harus membersihkannya sendiri, karena sudah tidak ada lagi Ana yang bisa dia suruh-suruh.
"Rasain, El. Itu pembalasan dari Ana! Tunggu pembalasan-pembalasan selanjutnya! Darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa!" Batin Nadia tersenyum puas.
Ingatannya kembali menerawang ke masa lalu, di mana Ana mengalami hal yang sama seperti Elsa. Dia harus membersihkan kamar mandi sendirian, untuk kesalahan yang sebenarnya tidak diperbuatnya.
Duk! Duk!
Ana menoleh ke belakang, saat kursinya ditendang oleh Elsa, anak paling populer di kelasnya.
"Heh, anak udik! Nomer dua apa jawabannya? Coba lihat jawaban kamu!" Elsa berbisik pada Ana, berusaha mencari tahu jawaban dari ulangan sejarah yang sedang berlangsung saat itu.
Ana kembali menoleh, kali ini dia melihat ke depan, memastikan guru sejarah yang terkenal killer itu tidak mengawasinya. Setelah memastikan semuanya aman, Ana menggeser kertas jawaban ke sebelah kirinya, kemudian menurunkan kertas jawabannya itu, sampai bisa dilihat oleh Elsa. Meskipun tau kalau memberikan contekan tidak diperbolehkan, tapi Ana tidak bisa menolak permintaan Elsa. Dia takut kalau menolak permintaan Elsa, dia akan mendapatkan perlakuan tidak baik lagi saat jam istirahat nanti.
Ana terus menerus melirik ke arah kertas jawabannya, sambil menggigit pulpennya. Dia benar-benar cemas, Elsa tidak selesai-selesai. Jawaban uraian yang panjang membuat Elsa lama sekali menyalin jawaban miliknya.
Tanpa disadari oleh Ana dan juga Elsa, ternyata Bu Beti, sudah berada di depan meja Ana. Semua mata anak kelas X IPS 2 juga ikut tertuju pada Ana dan Elsa.
Duk! Duk!
Kursi bagian belakang Elsa ditendang-tendang oleh Linda yang mencoba memberi tanda bahaya pada teman baiknya itu.
"Apaan sih? Mau nyontek jawabannya juga?Bentar, nanti aku kasih tau ke kamu apa jawabannya!" Elsa masih terus saja asyik menyalin jawaban yang panjang itu, mengira bahwa temannya juga mau melihat jawabannya.
"Ehm ehm!" Bu Beti berdehem, membuat Ana dan Elsa sama-sama melihat ke sumber suara.
Ternyata Bu Beti sudah berada di depan meja Ana dengan mensedekapkan tangan di depan dadanya. Ana dan Elsa mendadak jadi pucat. Mereka tidak siap dengan kondisi yang tiba-tiba terjadi ini.
"Apa yang kalian lakukan, hah? Sudah tau ini ulangan! Ulangan itu harus ngerjain sendiri! Nggak boleh nyontek! Kenapa kalian masih contek-contekan?" Bu Beti langsung saja mengomeli Ana dan Elsa di dalam ruangan itu juga. Membiarkan anak lain melihatnya, supaya tidak meniru perbuatan keduanya.
"I - itu, Bu! Si Ana, tiba-tiba aja lihatin jawabannya sama aku!" Elsa membela diri, seperti manusia pada umumnya, yang mempunyai naluri untuk membela diri. Elsa juga melakukan hal yang serupa, meskipun sebenarnya dia tau bahwa dia salah.
"Oh, jadi Ana yang tiba-tiba lihatin jawabannya sama kamu?" Bu Beti meladeni jawaban Elsa yang terdengar aneh.
"Iya, Bu. Nggak tau kenapa, dia tiba-tiba aja lihatin jawabannya sama aku! Padahal aku nggak minta!" Elsa masih kekeuh tidak mau kalau disalahkan.
"Trus kamu salin jawaban dari dia?" Bu Beti tidak kehilangan akal, untuk menyudutkan Elsa.
"Eh, emm. Enggak kok, Bu!" Wajah Elsa kini sudah memerah, antara takut, juga malu.
"Coba sini lihat jawaban kalian!" Bu Beti menarik kertas jawaban Ana dengan kasar. Ana hanya bisa terdiam, dia tidak berniat untuk membela diri. Karena dia tahu, apapun yang dia lakukan saat ini, hanya akan menambah keruh suasana saja.
Bu Beti membaca lembar jawaban Ana yang sudah selesai dikerjakan sampai nomer lima.
"Mana punya kamu?" Giliran Elsa yang dimintai kertas jawabannya.
"Jangan, Bu! Belum selesai." Elsa tidak langsung menyerahkan kertas jawabannya.
"Sini!" Bu Beti berjalan dua langkah, dan langsung mengambil kertas jawaban milik Elsa.
"Aduh! Mati aku!" Elsa mengusap wajahnya kasar.
"Kamu sih, aku kasih kode dari tadi nggak ngerti-ngerti!" Linda kembali berbisik pada Elsa.
"Kamu nggak bilang kalau Bu Beti lihatin aku! Cuma nendang-nendang kursi doang. Ya aku mana paham!" Elsa bertambah kesal saja, sahabatnya ikut menyalahkan dirinya.
"Ini jawaban kamu dari nomer dua sampai nomer tiga sama persis dengan punya Ana. Bagaimana bisa, jawaban uraian kata-katanya bisa sama persis seperti ini? Nggak akan mungkin! Kecuali kalau kamu emang lihat jawaban punya Ana. Toh ini juga bukan soal teori ataupun tanggal-tanggal bersejarah yang bisa dihafalkan dan mengharuskan semua murid menghafal kata-kata yang sama. Masih nggak mau ngaku kamu, Elsa?" Bu Beti memberikan analisa yang sangat masuk akal dan tidak mungkin bisa dibantah lagi oleh Elsa.
"Ana! Ibu tau kamu anak yang pintar, tapi bukan seperti itu caranya kalau mau membuat teman kamu dapat nilai bagus! Memberi contekan saat ujian adalah hal yang salah dan tidak pernah dinenarkan oleh siapapun yang punya hati nurani. Kamu tau itu kan? Atau kamu memang sengaja, mau membuat Elsa jadi anak yang bodoh? Kamu membiarkan dia tidak mau berusaha berpikir sendiri, hah?" Bukan hanya Elsa yang mendapat omelan dari Bu Beti, Ana pun mendapatkan hal yang sama. Karena memang anak yang mencontek dan pemberi contekan sama-sama salah.
"Maaf, Bu!" Ana menunduk. Dia pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Bu Beti padanya.
"Sekarang, kalian berdua Ibu hukum! Tidak usah melanjutkan ulangan! Silahkan bersihkan toilet putri di sebelah kelas ini! Dan kalian tidak akan mendapat nilai sama sekali di ulangan hari ini." Bu Beti langsung memberikan hukuman tegas pada Ana dan Elsa.
"Tapi, Bu?" Elsa hendak protes, tapi langsung dijawab lagi oleh Bu Beti.
"Tapi apa? Tidak terima? Mau saya kasih hukuman lebih berat lagi? Atau mau saya laporkan sama orang tua kamu?"
"Enggak, Bu! Jangan kasih tau orang tua saya tentang hal ini, Bu!" Elsa langsung mengkerut saat akan diadukan pada orang tuanya.
Biarpun dia sering bersikap seenaknya saat di sekolah, tapi nyatanya dia tidak berani dengan orang tuanya. Dia selalu dianggap anak yang manis dan pintar, dia tidak mau orang tuanya tau kalau ternyata selama ini dia mendapat nilai bagus, karena hasil dari mencontek.
"Kalau begitu, silahkan keluar dari kelas Ibu sekarang juga! Dan jangan kembali kalau kamar mandi belum bersih! Nanti akan Ibu cek ke sana! Jangan coba-coba lari dari tugas!" Ucap Bu Beti dengan tegas, sambil menunjuk pintu keluar yang ada di bagian depan kelas.
"Kalian semua, kalau ada yang ketahuan mencontek atau memberikan contekan sama temannya, kalian akan bernasib sama seperti dua teman kalian itu. Paham?" Bu Beti memberikan pesan pada anak-anak kelas X IPS 2.
"Paham, Bu!" Anak-anak yang mayoritas perempuan itu menjawab dengan kompak.
"Ana, Elsa, silahkan keluar! Atau akan saya tambah hukuman kalian!" Bu Beti sekali lagi memberi perintah pada Ana dan Elsa.
"Baik, Bu." Ana bangkit dari duduknya, dia segera keluar kelas.
"Elsa? Kamu nunggu apa lagi? Silahkan keluar!" Ucap Bu Beti yang melihat Elsa masih menggerak-gerakkan bibirnya, tanda tidak suka dengan hukuman yang akan diterimanya.
Elsa dengan malas bangun dari tempat duduknya. Membayangkan kamar mandi yang kotor dan bau saja sudah membuatnya mual. Apalagi harus membersihkannya. Padahal dia tidak pernah bebersih sama sekali. Bahkan piket kelas saja dia menyuruh Ana untuk melakukan tugasnya. Dan sekarang, dia terpaksa harus membersihkan kamar mandi.
Tiba-tiba saja Elsa terpikirkan sesuatu yang bagus, dia tersenyum licik, dia tau harus berbuat apa sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ni sya ♡
seru thor
2023-03-29
1