Bab 2

Elsa keluar dari kelas dan berjalan cepat menuju ke toilet yang berada tepat di samping ruang kelasnya.

Brak!

Elsa mendorong pintu luar kamar mandi dengan kasar. Dia tidak melihat Ana di dalam sana. Elsa membuka pintu bilik kamar mandi satu per satu, di kanan dan kiri lorong secara bergantian. Ternyata Ana sedang berada di salah satu bilik kamar mandi paling ujung, sebelah kanan.

"Heh! Anak panti!" Elsa berjalan mendekati Ana yang tengah menyikat closed, kemudian menarik rambut panjangnya yang dikuncir satu.

"Aaa, aduh! Sakit!" Ana memegangi kulit kepalanya yang terasa sakit, dia berusaha menahan agar tarikan Elsa tidak terlalu terasa di kulit kepalanya.

"Sakit, hah? Rasain!" Bukannya melepaskan jambakannya, Elsa justru semakin kuat menarik rambut Ana.

"Tolong lepaskan! Apa salahku? Kenapa kamu suka sekali menyiksaku seperti ini?" Ana masih tidak habis pikir, dia sudah membantu Elsa mengerjakan ulangannya, tapi kenapa dia tetap mendapat perlakuan buruk seperti itu.

"Kamu mau tau apa salah kamu? Salah kamu karena ada di sini! Hidupku jadi sial gara-gara kamu! Aku jadi dapat hukuman juga gara-gara kamu!" Elsa bertambah kuat menarik rambut Ana, meluapkan rasa marahnya.

"Tolong lepaskan aku! Toloong! Ku mohon, El!" Ana meringis kesakitan, air mata mulai keluar dari sudut matanya, menahan pedihnya kulit rambut yang ditarik-tarik dengan kasar. Tapi dia tidak bisa melawan, hanya memohon yang bisa ia lakukan, berharap Elsa akan segera melepaskan jambakannya.

Tiba-tiba saja salah satu pintu bilik kamar mandi dibuka oleh seseorang yang sedari tadi ada di dalam, tanpa diketahui oleh Ana maupun Elsa.

"Lepaskan dia, Kak! Atau akan aku laporkan sama guru!" Ucap gadis berkacamata bulat itu pada Elsa.

Kini Elsa beralih, dia melepaskan jambakan pada rambut Ana, kemudian berjalan beberapa langkah, menuju ke sumber suara. Dengan tatapan yang mengintimidasi, Elsa mencengkeram kerah seragam gadis itu.

"Tolong lepaskan, Kak!" Seketika gadis itu mengkerut. Dia tidak punya cukup nyali untuk melawan Elsa.

"Elsa! Jangan!" Ana ingin menahan Elsa, tapi dia sendiri masih kesakitan akibat jambakan yang tidak berkesudahan tadi. Elsa tidak menggubris apa yang diucapka oleh Ana.

"Mau sok jadi pahlawan kamu, hah? Nggak usah ikut campur, kalau kamu nggak mau bernasib sama seperti dia!" Elsa semakin erat mencengkeram kerah seragam gadis itu.

"Ma - maaf, Kak! To - tolong lepaskan aku!" Ucap gadis itu terbata.

Elsa melepaskan kerah gadis itu.

"Jangan bilang sama siapapun tentang kejadian ini! Atau kamu akan mendapat perlakuan yang lebih buruk dari pada ini!" Elsa kembali memberikan ancaman peringatan pada gadis tersebut.

"Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini!" Elsa kembali membentak gadis yang entah dari kelas apa.

Daripada mendapat perlakuan lebih buruk, gadis tersebut akhirnya memilih untuk pergi dari kamar mandi.

"Dasar! Cupu aja mau sok-sokan ngelawan aku!" Elsa tersenyum puas, dia merasa tidak terkalahkan. Tak lama kemudian, dia kembali pada Ana.

"Ingat ya! Kalau sampai kamu mengadu, nasib kamu akan lebih buruk dari pada tadi. Dan nggak bakalan ada yang mau nolongin kamu, karena dia juga pasti bakalan aku perlakukan dengan hal yang sama! Jadi, lebih baik kamu pikirkan itu!" Giliran Ana yang mendapat ancaman dari Elsa.

"Sekarang, kamu bersihkan semua area kamar mandi ini! Dan jangan bilang sama Bu Beti, kalau aku nggak ikut bersih-bersih!" Lanjut Elsa lagi.

"Ba - baik." Ana hanya bisa pasrah. Melawan sudah tidak ada gunanya. Minta tolong juga percuma.

Ana segera membersihkan lagi semua area kamar mandi putri itu. Sedangkan Elsa hanya berdiri di depan kaca, sambil memainkan gawainya. Dia tidak berniat untuk pergi dari kamar mandi, sebelum Bu Beti datang untuk menilai. Daripada nanti ketahuan kalau dia kabur, lebih baik dia menahan diri tetap berada di dalam kamar mandi itu.

Setelah cukup lama, akhirnya pintu luar kamar mandi dibuka. Langsung saja Elsa menyambar sapu yang ada di dekatnya, kemudian pura-pura menyapu lorong kamar mandi.

Benar saja, Bu Beti yang datang untuk melihat hasil pekerjaan Ana dan Elsa.

"Sudah selesai belum?" Ucap Bu Beti saat melihat Ana dan Elsa masih sibuk membersihkan kamar mandi.

"Sebentar lagi, Bu!" Jawab Elsa sekenanya, padahal dia tidak tau pekerjaan Ana sudah selesai atau belum.

"Oke, bagus! Selesaikan! Kalau sudah, segera kembali ke kelas!" Ucap Bu Beti, kemudian pergi meninggalkan kamar mandi putri itu.

"Siap, Bu!" Lagi-lagi Elsa yang menyahut, karena Ana masih sibuk menyikat bilik-bilik kamar mandi, dan belum ada tanda-tandanya selesai.

Setelah kepergian Bu Beti, Elsa melempar sapu lantai itu asal. Dia berjalan mendekati bilik kamar mandi yang sedang dibersihkan Ana.

"Heh, anak udik! Udah mau selesai belum? Jangan lama-lama, dong! Aku udah nggak betah di sini!" Ucap Elsa pada Ana.

"Ini bentar lagi selesai, kok." Ana mengusap dahinya yang berkeringat. Menyikat delapan bilik kamar mandi siang-siang begini bemar-benar menguras keringatnya.

"Oke, aku tunggu!" Elsa kembali meninggalkan Ana ke depan cermin yang ada di bagian depan ruang kamar mandi itu.

Ana kembali menyiramkan air, memastikan semua kotoran bersih, terbawa oleh air.

"Udah selesai, El." Ana melapor pada Elsa.

"Oke, bagus deh!" Elsa segera melenggang pergi, meninggalkan Ana yang kelelahan.

Ana membasuh wajahnya di wastafel, berusaha membuat tenaganya pulih kembali. Setelah merasa segar, dia kembali ke kelas. Ternyata jam pelajaran selanjutnya sudah di mulai.

Tok tok tok!

Ana mengetuk pintu kelas, meminta ijin pada Pak Saher yang sedang mengajar matematika di kelasnya.

"Ijin masuk kelas, Pak." Ucap Ana sopan.

"Darimana aja kamu? Kenapa telat masuk? Kenapa wajah kamu basah begitu?" Pak Saher memberondong Ana dengan banyak pertanyaan.

"Habis dihukum, Pak! Bersihin kamar mandi! Gara-gara nyontek pas ulangan tadi!" Ucap Linda, teman baik Elsa. Mengatakan hal kebalikannya, supaya citra Ana menjadi buruk di mata guru matematika yang masih muda dan tampan itu.

"Lain kali, kalau lagi ulangan jangan nyontek! Kan jadi repot sendiri?" Pak Saher dengan mudahnya mempercayai perkataan dari Linda.

Ana mengangguk, kemudian masuk ke kelas. Ia hanya bisa tersenyum kecut. Benar-benar tidak ada tempat untuknya berlindung, saat sedang berada di sekolah.

Saat sedang berjalan menuju mejanya yang berada di sebelah kiri ruang kelas itu, Ana kembali merasa tidak nyaman. Teman-temannya menutup hidung mereka masing-masing.

"Bau banget, deh!" Salah satu teman Ana menyeletuk.

"Pake deodorant dong, An! Biar nggak bau ketek kaya gini!" Sahut teman yang lain.

"Ya ampun, gaes. Kalian kaya nggak tau aja. Ana kan cuma anak panti, kali aja dia beneran nggak mampu buat beli deodorant!" Elsa ikut menyahuti. Dia benar-benar merasa senang, karena Ana dipelakukan tidak baik oleh teman-teman kelasnya.

Ana tidak membalas ledekan dari teman-temannya. Dia memilih untuk diam dan terus berjalan ke mejanya yang ada di depan Elsa.

'Apakah nasibku akan seperti ini terus selamanya?'

Terpopuler

Comments

Siti Nurjanah

Siti Nurjanah

kasian sekali ana

2023-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!