Hello, My Little Bride
"Apa yang sedang kau lakukan di sana?"
Suara seseorang membuat Dita berbalik badan, saat kedua kaki itu masih menyangga sepeda yang baru saja diberdirikan sebab terjatuh.
"Hah."
Belum sempat melihat keadaan kaki yang tadi tertimpa sepeda, Dita harus mendapati kedatangan seorang pria yang mengenakan jas hitam dengan dasi yang menggantung di leher. Bisa ia pastikan, itu adalah pemilik mobil yang tadi ditabrak olehnya.
Tidak langsung menjawab, sejenak Dita menyoroti pria yang bertubuh tinggi itu mengarah padanya.
Wajah yang tampan penuh kharisma bak seorang model ataupun aktor dari Negeri Ginseng, membuat gadis berumur 20 tahun itu membisu dan membelalakkan mata seketika.
"Kau membuat mobilku lecet?" katanya penuh tekanan.
Pria tersebut sudah sedikit membungkuk badan—memperhatikan bagian yang tadi di tabrak oleh Dita tanpa sengaja, tepatnya di badan bagian atas ban.
"Ma-maaf. Aku tak sengaja," ucapnya merasa bersalah, melupakan rasa sakit pada bagian kanan kanannya.
Pria itu menoleh. "Kau bilang tak sengaja? Lihat ... itu lecet."
Pria tersebut menunjuk ke arah goresan yang cukup panjang di atas sana dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Dita menunduk wajah seketika. Sesaat manik hitam pria asing itu tampak tajam dan sangat mengerikan pastinya.
"Maaf," jawabnya merasa bersalah. "Aku tadi terburu-buru—"
"Maaf kau bilang?" pangkasnya dan kini berkacak pinggang sudah. Tatapan seperti burung elang yang hendak memangsa buruannya dilesapkan ke manik hitam milik Dita. "Kau pikir ... mobilku ini tidak dibeli pakai uang, ya?"
"Maafkan saya, Pak," ucap Dita merasa takut.
"Apa barusan kau bilang?" tanyanya tak percaya. "Pak? Hey, aku ini bukan Bapakmu. Kenapa kau memanggilku, Pak?"
Seolah merasa tak terima, Dita melihat wajah pria di depannya itu tampak marah. Bukan apa-apa, Dita memang bisa memastikan pria di depannya tampak lebih tua dari dirinya. Ya, memang dia bisa dikatakan tampan secara keseluruhan, tetapi Dita sangat yakin kalau umurnya dengan pria tersebut memiliki perbedaan yang cukup jauh.
"Hah, iya, Om. Maafkan saya," katanya lagi terdengar gugup.
"Om?"
"Lah, jadi aku harus panggil apa?!" Merasa tak sabar, Dita meluapkan rasa kesalnya kini. Bibirnya memberut sudah.
"Asal kau tahu, aku ini masih single masih belum menikah. Jadi tolong matanya di sesuaikan lain kali."
'Songong sekali dia itu.'
"Tidak ada lain kali, 'kan? kita ini orang asing loh. Jadi, aku harus bagaimana soal mobil itu?" tunjuk Dita pada bagian mobil dengan memberutkan bibir.
"Bagaimana? Kau harus ganti rugi dong. Aku mau kau membayar kompensasi untuk perbaikan dari badan mobilku. Bisa kau lihat sendiri, bukan? Apakah ada kau lihat dari mobil ini tampak lecet pada body lainnya?"
Dita mengembungkan kedua pipi merasa tak terima akan ucapan pria itu.
"Berapa biaya ganti ruginya?"
"Entahla. Kurasa kau harus ikut denganku untuk membenarkan mobil ini. Jadi, kita sama-sama mengetahui berapa biaya pastinya di bengkel tempat langgananku," jawabnya dengan bersuara serius.
"Hah? Tidak akan!"
Kening pria tersebut berkerut. "Apa kau bilang?"
Mendapat penolakan dari Dita, pria tersebut merasa Dita tidak kooperatif. Pria itu hanya ingin Dita bertanggung jawab akan kerusakan yang telah dibuat olehnya tadi.
"Apa kau ingin kita menyelesaikan semua ini melalui jalur hukum?"
"Jalur hukum? Apa itu tidak berlebihan? Hanya satu goresan." Dita malah merasa kesal mendengar ucapan yang dikeluarkan oleh pria itu. "Untuk saat ini aku belum punya uang. Bagaimana kalau kita bertemu kembali di sini besok?"
"Kau menawar?"
"Tidak," jawab Dita dengan menggelengkan kepala. "Aku ini hanya seorang mahasiswi. Ya, jadi tidak punya uang untuk ikut bersama Bapak ke bengkel tempat yang tadi Bapak maksud."
"Bapak?"
"Tolong berikan nomor ponselmu. Jika besok aku sudah sampai di sini, aku akan memberikan uang perbaikan."
Wajah Dita menampilkan kesungguhan yang tidak dibuat-buat olehnya.
"Berikan saja nomor ponselmu," ucapnya sudah merogoh saku jasnya. "Kau membuang waktuku. Kau pikir aku ini seorang pengangguran?"
Mulutnya terus berbicara sesaat menggenggam ponsel yang baru saja diambil olehnya dari dalam saku.
Dita pun mulai menyebutkan nomor ponselnya. Pria itu, dia dengan santai menyentuh layar untuk mengetikkan nomor Dita.
"Aku akan meminta bawahan ku datang ke sini untuk menagih janjimu di jam yang sama seperti hari ini," katanya seraya menyimpan kembali ponsel ke dalam saku celana.
Dita pun mengangguk kepala.
Tidak ada lagi yang hendak dibicarakan. Sempat melirik kesal ke Dita, pria asing itu membawa langkah sebelum terhenti mendengar seseorang mendekat.
"Ada apa denganmu, Dita?" Pria bernama Lerry datang menghampiri, melewati posisi Pria si pemilik mobil.
"Kak Lerry?"
"Ada apa denganmu, Sayang? Kau terluka?" tanyanya dan setengah duduk di hadapan Dita.
"Hah, i-iya, Kak. Aku tak sengaja tadi menabrak batu dan terjatuh," adunya dan mendapati tolehan pria asing di depan sana. "Ini akan sembuh."
"Ini berdarah. Kembalilah ke dalam. Aku akan meminta Cika membantumu di sana," perintah Lerry.
"Tidak usah, Kak. Aku kembali ke kos-an kusaja. Aku yang akan mengobatinya sendiri," tolak Dita dengan suara manjanya.
Lerry berdiri. Pria itu tatap Dita penuh kehangatan.
"Apa kau tidak ingin tinggal selagi Kakak datang, Sayang?"
Dita menundukkan wajah sejenak.
"Aku yang akan mengantarmu pulang," katanya lagi. "Lihat saja sepedamu. Bannya tampak rusak."
Dita segera memandang ke arah ban. Ban itu memang rusak. Peot bagian lingkarnya.
Melihat dan mendengar obrolan keduanya, pria asing tersebut tak sengaja mendapati tatapan Dita yang terarah padanya. Diikuti oleh Lerry pula.
Bergegas pria asing itu melanjut langkah, mengitari badan mobil untuk masuk ke dalam jok kemudi.
"Pulanglah, Dita. Kakak sangat merindukanmu," kata Lerry, menarik kembali atensi Dita.
Maju dua langkah, Lerry menyentuh kepala Dita dan mengusap sayang di atas sana.
"Mama sama Papa juga rindu, Dita. Kau jarang pulang sejak memutuskan untuk pindah ke kost-an. Apa sesuatu sedang menimpamu?"
Dita menggeleng. "Tidak, Kak. Dita hanya fokus sama kuliah. Bukankah adikmu ini sedang mengulang?"
Terpaksa Dita berbohong. Padahal, sejak Lerry memutuskan menikah dan tinggal bersama orang tua angkatnya, Dita memilih ngekost di daerah yang tak jauh dari kampusnya.
Ya, gadis bernama panjang Dita Widjaja adalah anak angkat dari keluarga Widjaja. Dan Lerry, pria itu adalah cinta pertama dalam hidupnya.
Sangat amat disayangkan, Lerry yang memilih berkuliah di Amerika dipertemukan dengan sosok gadis yang sama-sama merantau ke negara asing demi menuntut pendidikan di jenjang perkuliahan.
Dan pada akhirnya, Lerry mempersunting gadis yang dipacarinya selama 4 tahun itu sebagai istri.
"Kau pasti bisa di wisuda tahun depan. Jangan takut. Kakak akan mengajarimu asal kau mau kembali tinggal di rumah kita. Bagaimana?" tanya Lerry penuh semangat.
Dita tersenyum. "Aku harus memikirkannya terlebih dulu, Kak."
Obrolan keduanya masih didengar oleh pria asing yang sejak tadi duduk di dalam mobil. Tanpa Dita dan Lerry ketahui, pria itu mengamati sejak tadi.
"Baiklah. Kalau begitu … sekarang ikut Kakak dan obati lukamu," katanya membuat Dita mengangguk.
Kepergian mereka menyisakan tanda tanya dari pria berumur 35 tahun bernama Aden Sugianto.
Bersambung.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Feilany Louise
menarik
2023-11-12
1
Wayan Raningsih
Maaf baru nongol Kak
2023-03-10
0
Uphe Fenty Agesty💞
lgsg meluncur kesini mak Put😘😘😘😘
2023-03-08
0