03

"Bagaimana ini?" tanya Aden pada mobil mewah berwarna hitam metalik keluaran terbaru dan terbatas.

"Kau sedang apa di sana, Den?" Seseorang lainnya datang dari pintu masuk.

Aden menoleh ke kanan dengan mata yang disipitkan. Sebabnya, matahari sedang terik-teriknya menyinari bumi siang itu.

"Itu … mobilku lecet, Jack," katanya sudah berkacak pinggang sambil membenarkan posisi berdiri sedikit menekuk kaki kanan. "Ada anak kecil yang sengaja jatuh di depan body mobilku. Ini gila!"

Pria bertubuh tinggi bernama Jacky Sugianto tak kalah ganteng dari Aden sedang menuruni anak tangga halaman rumah mewah milik keluarga Sugianto dengan memandang ke arah Aden yang berputus ada di depan mobil barunya.

"Seorang anak kecil?"

Aden kembali menoleh serta mengangguk. "Lebih tepatnya seperti itu. Bagiku dia anak kecil."

"Gadis maksudmu?" Jacky sudah berdiri di samping kanan Aden dan memandang ke tempat yang sama seperti sepupunya itu.

"Hemmmm. Gadis kecil. Katanya dia seorang mahasiswi. Aku meminta ganti rugi dengannya, Jack," adunya.

Jacky tersenyum disusul dengan tangan yang bersedekap di atas bidang dadanya.

"Cantik tidak?" 

Sejurus kemudian, Aden langsung melesatkan tatapan nanar ke arah Jacky.

"Sebaiknya … kau itu belajar yang banyak soal perusahaan. Agar kau dan aku bisa membesarkan kerja keras Kakek selama ini. Kepalamu itu hanya diisi dengan wanita saja!" maki Aden kesal.

Jacky tertawa renyah. "Daripada kau! Kau itu pria kaku yang sama sekali tak pernah pacaran. Jatuh cinta pun tak pernah. Isi kepalamu hanya pekerjaan saja. Tidak tahu malu!"

Aden mengangkat tangan seolah ingin memukul kepala Jacky yang langsung menghindar.

"Kau ini!"

Masih tertawa, Jacky mengolok-ngolok Aden yang kembali memandang pada body mobil kesayangannya itu.

"Jangan tertawa! Aku benar-benar sedang kesal hari ini."

"Kau ini! Kau tinggal meminta ganti rugi dengannya. Mengapa kesal sendiri?" ucap Jacky setelah menyurutkan tawa.

Aden menghembuskan napas panjang.

"Kurasa … dia tak bisa mengganti rugi body mobilku. Dia itu masih anak-anak. Dan kau tahu betapa rendahnya mobil mahalku ini dibuatnya?"

Kedua orang itu saling tatap satu sama lain. Jacky sudah menggeleng kepala.

"Tidak tahu. Apa yang membuat mobil itu rendah?"

"Dia menabrak mobilku dengan sepeda bututunya! Sialan," ucapnya masih kesal.

"Hah, jadi bukan mobil mewah atau sejenisnya, ya? Kalau begitu … kau ikhlaskan saja."

"Tidak akan!" kata Aden semakin kesal.

"Kau ini perhitungan sekali dengan anak kecil! Ya sudah. Kalau begitu, kau bisa langsung menuntut ke orang tuanya. Kau punya nomor hapenya, 'kan?" 

"Punya," jawabnya santai.

"Kalau begitu … telepon saja. Tanyakan padanya alamat rumah dia di mana. Kau datangi orang tua anak itu dan mintalah ganti rugi," kata Jacky bersiap meninggalkan Aden. "Hah, aku akan ke rumah sakit sebentar lagi. Kau di rumah, bukan? Kalau begitu … tolong kau bawa Milo berjalan-jalan di seputaran komplek."

Setelah mengatakan semua itu, Jacky meninggalkan Aden yang tampak masih kebingungan.

Mengusap kening yang berisi peluh, Aden berniat meninggalkan lokasi di mana mobil terparkir di depan teras rumah.

Sempat melirik pada bagian yang lecet itu, ia meringis seperti tak tega saja mobilnya terluka. Ada raut kekesalan di wajah.

"Aku harus menuntuk anak kecil itu untuk membuat si hitam kembali molek," katanya dan berlalu masuk ke dalam rumah.

Jan lupa tinggalkan ulasan bintang lima dan likenya, ya. (iklan)

Sudah selesai bersih-bersih, Aden langsung keluar dari rumah untuk membawa hewan peliharaannya bernama Milo itu berjalan santai. Setelah tadi langit tampak terang, kini  ruang luas yang terbentang di atas bumi itu sudah terlihat teduh.

Membawa turun kaki dari atas tangga menuju lantai 1 yang tampak sunyi, kini kakinya menuju taman belakang di mana Milo memiliki rumahnya sendiri.

"Hai, buddy," sapa Aden pada hewan kesayangannya berjenis Golden Retriever yang kini bergerak heboh melihat kedatangan majikannya tersebut. Tampak ekornya dikibas-kibaskan sesaat Aden mengelus kepala serta wajahnya. "Ayo, kita akan berjalan-jalan dulu sebelum aku membuat perhitungan pada anak kecil tadi."

Membawa Milo keluar dari taman belakang rumah menuju gerbang di depan, Aden yang mengenakan kaos putih oblong serta celana ketat pendek berwarna hitam dengan sendal jepit berwarna putih, merasa senang memiliki waktu untuk sekadar berjalan-jalan di seputaran komplek mewah yang diisi oleh banyaknya pengusaha.

Ya, Aden memang tinggal sejak lama bersama Kakeknya. Hidup tak punya kedua orang tua, Aden memang dibesarkan hanya dengan cinta seorang Kakek dan Nenek kala itu. 

Kedua orang tua Aden meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan tunggal dan merenggut nyawa keduanya saat Aden berumur 7 tahun.

Sedangkan sang Nenek, meninggal dunia ketika Aden berumur 12 tahun yang disebabkan oleh komplikasi penyakit.

Tinggallah Kakek Devan Sugianto. Pengusaha makanan terkenal dengan kekayaan yang cukup membuat Aden hidup dalam berkelimpangan harta.

Namun, seorang Aden bukanlah hidup dengan menumpang saja. Sang Kakek merubah pria berumur 35 tahun itu menjadi penerusnya setelah dia tiada. 

Dan pada akhirnya, Aden hanya sibuk dengan belajar yang berujung dengan pekerjaan. Jacky-lah yang selalu menemaninya tinggal bersama sang Kakek. 

"Milo!" teriak Aden, sesaat tali pegangannya lepas, ketika gukuguk berbulu lebat berwarna kuning itu tak sengaja menyentak dan berlari ke sembarang arah.

"Astaga, Milo!" 

Aden berlari untuk mengejar hewan berkaki empat itu. Tapi sayangnya, Milo semakin berlari ke jalan meskipun majikannya itu memanggil dan mengejarnya.

Sampai di tekongan perumahan yang menghubungkan dengan perumahan lainnya, Aden tak sanggup lagi. Ia setengah menunduk dengan kedua tangan berada di atas lutut. Napasnya naik turun. Dada pria tegap itu pun kembang kempis mengatur napas.

"Milo! Aku sedang tak butuh olahraga hari ini," gumamnya dan kembali melanjutkan larinya dengan rasa berat.

"Anj*ing!" teriakan itu membuat Aden menuju ke arah suara.

Berlari dengan cepat, Aden tak ingin mendapat masalah di hari yang sama. 

Apakah ini hari penuh sial untuknya?

"Pergi sana!"

Suara teriakan yang mengandung ketakutan dengan suara gonggongan dari hewan peliharaan Aden semakin membawa kedua kaki Aden yang berlari menuju salah satu lahan kosong yang ditumbuhi dengan pepohonan rindang.

Melihat seorang anak perempuan tengah memanjat pohon dan digonggong oleh Milo, sontak saja Aden memacu kecepatan untuk mendapati Milo.

"Dasar kau, Milo! Jangan seperti ini!" Marahnya dan menggenggam tali yang terikat di leher Milo.

"Sana pergi!" rengek anak tadi masih tak melihat ke belakang.

"Sudah. Dia sudah kupegang. Kau boleh turun," ucap Aden mendapati tatapan ketakutan dari atas sana.

Melihat wajah perempuan itu meringis serta takut, Aden langsung terlonjak kaget. Pun dengan perempuan yang setengah naik memeluk pohon.

"Kau?!"

"Kau?!"

Sontak keduanya merasa terkejut. Dan mereka kembali dipertemukan dengan masalah masing-masing.

Bagaimana permisa?

Bersambung

***

Terpopuler

Comments

Wayan Raningsih

Wayan Raningsih

Aden ketemu anak kecil lagi,jodoh mu kali itu

2023-03-18

0

Wargie

Wargie

😘😘🥰🥰🥰

2023-03-10

0

Ridho Daniar

Ridho Daniar

si anak kecil

2023-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!