Sebelum membaca tolong tulis ulasan di kolom bintang 5 di halaman depan, ya. Tolong kerja samanya untuk like, komen, bintang 5, serta masukkan judul ini ke dalam rak buku kalian. Terima Kasih.
...****************...
"Kenapa Dita kembali?" tanya Cantika, Ibu dari Lerry Widjaja.
Tampak Lerry berjalan bersama dengan Dita dengan merangkul pundak dari adik angkatnya itu memasuki ruang VIP Rumah Sakit.
Cantika sendiri sedang terbaring di atas ranjang pasien dengan selang infus di atas pergelangan tangan.
Aku bertemu dengan Dita di parkiran, Ma," jawab Lerry membawa Langkah mendekati sang Mama.
Senyum mengembang di bibir wanita paruh baya berumur lebih 50 tahun.
"Mama tadi sudah bilang sama Dita Kalau sebentar lagi kamu pasti akan datang ke sini. Tapi Dita bilang dia ada keperluan di luar. Jadi, tidak bisa menunggu kamu. Eh, ternyata kalian ketemu di luar."
Dita sejenak membisu merasa kedapatan kalau dia sedang menghindar dari Lerry. Akan tetapi, Lerry malah tersenyum merekah saat menatap sang Adik yang berdiri tepat di sampingnya dengan memandang malu ke Mama Cantika.
"Tetapi nasib berkata lain ya, Ma? karena tadi Dita jatuh di jalan dekat parkir mobil dan kakinya itu berdarah. Syukurnya ... aku datang pas di saat yang tepat. Dita sudah kuobati, Ma," katanya lagi dengan bangga.
"Dita," panggil Mama Cantika yang langsung mendapatkan tatapan dari Dita.
"Ya, Ma?" jawabnya kemudian.
Perlahan tangan sang Mama terangkat untuk menyentuh punggung tangan Dita yang berada di atas sisi ranjang.
Wanita tersebut memandang kehangatan ke arah manik teduh milik Dita.
"Sebaiknya Dita pulang dan kembali tinggal sama kami karena Mama sepertinya tidak bisa tidur tenang setelah Dita jauh dari kami semua. Papa juga ingin kamu kembali ke tempat asalmu, Nak. Dita 'kan tahu kalau kami ini benar-benar sangat menyayangi kamu meskipun kamu hanya anak angkat Mama. Tapi Mama sudah merawat Dita sejak Dita lahir loh. Kembalilah, Sayang," ucap Mama Cantika penuh harap.
Dita merasa tidak berguna jika ia terus menolak permintaan sang Mama yang berulang kali memintanya kembali di kala jumpa.
Keluarnya Dita dari rumah keluarga Widjaja memang bukan tanpa alasan dan memang bukan hanya karena Lerry menikah dengan kekasihnya. Hanya saja, Dita selalu mendapatkan kebencian dan ancaman Kakak iparnya, yaitu Istri Lerry sehingga ia memilih ngekost.
"Yang dikatakan Mama itu ada benarnya, Sayang," ucap Lerry kini mengusap sayang kepala Dita. "Sebaiknya, Dita kembali pulang dan tinggal di rumah kita tempat di mana kami memberikanmu kasih sayang penuh seperti keluarga sendiri. Dita jangan pernah merasa menjadi asing. Mama Cantika dan Papa Louis itu adalah orang tuamu. Dan Lerry, aku ini Kakakmu. Orang tua mana dan kakak mana yang tidak kepikiran dan sedih melihat adik semata wayangnya atau anak perempuan semata wayangnya berada di luar sana tanpa pantauan kami, Sayang. Dita tidak boleh merasa asing," jelasnya panjang lebar.
"Kamu nggak kasihan sama Mama, Dita, kita sudah berapa kali ketemu saat Mama terbaring di rumah sakit? Dita seakan-akan sedang menjahui Mama dan yang lainnya," kata Mama Cantika merasa sedih.
"Bukan gitu, Ma," katanya membuka suara dan merengek sedih. Air mata pun menetes sudah. Dita bergerak pindah ke sisi kanan sang Mama dan duduk bersandar memeluk tubuh Cantika penuh sayang. "Dita tidak pernah berpikir untuk menjauhi Mama atau yang lainnya. Dita hanya ingin menjadi anak yang tidak bergantung pada orang tuanya saja. Dita hanya ingin mandiri, Ma," tambahnya, merasa sedih.
Mama Cantika yang sudah menempelkan kepala di sisi kepala Dita, kini mengangkat tangan mengusap lembut pipi sang putri.
"Ya, Mama paham. Mama tahu kalau selama ini kamu sedang bekerja di toko roti dekat kampusmu, 'kan?" Mama Cantika kembali memberitahu dan membuat kedua anaknya terkejut.
"Kerja?" tanya Lerry dengan suara kagetnya.
Mengangguk kepala, Mama Cantika melesatkan tatapan ke arah Lerry. "Bener, Lerry. Selama ini, Dita bukan hanya keluar dari rumah kita, tapi dia juga bekerja di luar sana."
"Astaga, Dita," kata Lerry menyesalkan perbuatan Dita itu. "Selama kau di luar sana, aku yakin kebutuhanmu sudah terpenuhi dari Mama dan Papa. Begitu juga dengan kakak yang mengirimkan uang jajanmu setiap bulan. Lalu, Kenapa harus bekerja sendiri? Kau harus fokus dengan kuliahmu, Dita."
Ada kekecewaan yang ditampilkan oleh Lerry di raut wajah tampannya.
"Sudah aku katakan, Kak, aku tidak mau terus bergantung pada kalian," jawabnya sudah tertunduk takut.
"Tapi kami ini keluargamu, Dita," kata Lerry merasa tak suka. "Kalau kau bisa beranggapan seperti itu, bagaimana kalau sekalian saja kau tidak menganggap Kakak?"
Refleks Dita mengangkat wajah. Menatap Lerry penuh kaget, Dita merasa takut sekarang.
"Lerry," tegur Mama Cantika.
Dita tak bisa menahan air mata saat sang Kakak tampak marah.
"Biarin aja, Ma. Dita sendiri 'kan yang nggak mau menganggap kita ada?"
"Bukan begitu, Kak," ucapnya kini sesenggukan. "Dita nggak pernah berkata kayak gitu."
Dita kembali menundukkan wajah dan menangis. Mama Cantika langsung mengusap pundaknya untuk menenangkan.
Lerry malah tak tega melihat air mata sang adik tumpah setelah mereka tidak bertemu beberapa bulan. Sebab memang, Dita selalu menghindar untuk ketemu.
Merasa tak tega, Lerry mendekati tubuh sang adik dan menariknya ke dalam dekapan.
"Maafkan Kakak, Dita," ucapnya mengusap puncak kepala Dita. "Kakak hanya ingin kau itu berpikir. Betapa banyak yang sayang denganmu. Dan itu tulus dan murni, Sayang. Kenapa harus memilih bersusah sendiri di kala semua keluargamu berkelebihan. Kau memilih susah. Benarkan?"
Dalam dekapan sang Kakak, Dita mengangguk kepala.
"Dita yang salah, Kak."
Baru mendengar jawaban Dita, di depan sana tampak daun pintu terbuka. Mama Cantika maupun Larry sama-sama menoleh ke arah yang sama.
"Cika?" Mama Cantika bersuara.
Refleks, Dita menarik tubuhnya dari kedua tangan sang Kakak. Lerry kaget mendapati reaksi spontan dari adiknya itu.
"Hay, semuanya," jawab Cika dari sana. "Kau sudah datang, Lerr?" tanyanya seraya menutup pintu kamar.
"Kau dari mana, Cika?" Lerry menyambut kedatangan sang istri.
Dita berdiri kini.
"Ma, Kak," katanya dengan cepat. "Dita izin pulang dulu, ya?"
"Kamu tidak menyapa Kakak iparmu, Sayang?" tanya Mama Cantika lagi.
Dita yang sempat menundukkan wajah dan mendapati tatapan Lerry, seketika langsung menoleh ke arah Cika yang memasang senyum palsu di samping Lerry.
Dita sedikit menggerakkan kepala sebagai sapaannya. "Hallo, Kak."
"Hallo, Dita. Apa kabar?"
"Kalian tadi tidak bertemu?" tanya Lerry bingung.
"Dita hanya sebentar dan terburu-buru, Lerry," jawab Mama Cantika. "Sedangkan Cika, tadi dia dipanggil dokter."
"Oooo. Lalu, bagaimana kau akan pulang? Kakimu terluka dan ban sepedamu rusak, Sayang," ucap Lerry membuat sang istri tak suka atas perhatiannya ke Dita.
"Aku akan naik angkutan umum dan nanti aku akan meminta temanku untuk membawanya ke bengkel sepeda, Kak," jawab Dita.
"Lebih baik, Lerry saja yang mengantarkan Dita," itu perintah. "Sebelum Lerry mengantar Dita ke kosannya, Mama ingin Dita pulang ke rumah hanya untuk makan siang di rumah kita."
Dita langsung memandang kaget ke sang Mama.
"Ini perintah, Dita. Mama gak ingin kamu menolak. Mama lihat, Dita sekarang sangat kurus."
"Ma," ucap Dita menimpali.
"Baiklah, Ma. Biar Lerry bawa Dita pulang, ya? Dan Cika, tolong temani Mama dulu sebelum aku tiba di sini."
"Baik, Lerry," jawab Cika tak berani menolak.
"Ayo, Dita," ajak Lerry, yang langsung merangkul pundak sang adik.
Mau tak mau, dengan sangat terpaksa Dita menerima dan mengikuti langkah yang sama dengan Kakaknya setelah izin pada ipar dan Mamanya untuk kembali pulang.
Bersambung
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🚨⃟V༄༅⃟𝐐ᵇᵃˢᵉW⃠
done moom🥰
2023-03-14
0
Wayan Raningsih
Udah langsung bintang 5 ya kak
2023-03-10
0
Wargie
❤
2023-03-10
0