Simbiosis Mutualisme (Tameng Cinta)
Seorang wanita tampak sedang berjalan sempoyongan ke arah salah satu unit apartemen. Tangannya berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh, dan berusaha menggapai pintu apartemen tersebut.
Klek, brak.
Setelah perjuangan panjang, akhirnya dia berhasil sampai juga ke apartemen. Terlihat tempat itu gelap gulita, karena lampunya memang belum dinyalakan.
"Ah, akhirnya terang juga." Setelah menyalakan lampu, wanita itu membaringkan tubuhnya di atas sofa. "Dasar gila. Brutal sekali permainannya, pinggangku sampai terasa remuk." Dia memijat pinggangnya yang terasa sangat pegal.
Malam ini, wanita itu menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk memuaskan hasrat para pelanggannya. Tentu saja semua itu sudah biasa dia lakukan, karena memang itulah pekerjaannya.
Siang menjadi malam, dan malam menjadi siang. Itulah yang selalu wanita bernama Megania Alister lakukan. Dia bekerja di club malam terbesar yang ada di kota itu. Jangan tanya apa pekerjannya, yang pasti dia harus membuat semua lelaki menjadi puas.
Setelah merasa lebih baik, Megan segera beranjak ke kamarnya yang berada di lantai 2. Suasana yang ada di tempat itu sangatlah sunyi karena memang dia hanya tinggal seorang diri. Apalagi saat ini masih jam 4 dini hari, di mana semua orang sedang terlelap dengan nyenyak di atas ranjang masing-masing.
Megan langsung menghempaskan tubuhnya begitu melihat ranjang. Rasa lelah yang sejak tadi dia rasakan sudah tidak tertahan lagi, hingga membuatnya ingin cepat-cepat terlelap.
"Aku harus segera tidur. Besok ada pertemuan dengan orang yang sangat penting, dan aku tidak ingin terlambat."
Setelah bergumam tidak jelas, kedua mata Megan langsung terpejam dan mulai memasuki alam mimpi.
***
Beberapa jam kemudian, sinar mentari pagi mulai menerobos masuk ke dalam kamar. Tampak Magen mengernyitkan kening saat sinar matahari mengenai matanya, dan lambat laun kedua mata itu mulai mengerjap.
"Hoam. Jam berapa ini?" Kedua manik mata berwarna coklat itu melirik ke arah jam yang tergantung di dinding, lalu tiba-tiba ....
"Aaarhh. Dasar gila, aku sudah terlambat." Megan langsung melompat dari ranjang dan berlari ke dalam kamar mandi.
Hari ini dia ada janji bertemu dengan seseorang tepat pukul 10 pagi, dan sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul 9 lewat 40 menit, itu artinya dia hanya punya waktu 20 menit saja untuk bersiap dan sampai di tempat yang sudah di tentukan.
Beberapa saat kemudian, Megan sudah selesai bersiap. Dengan menggunakan gaun berwarna putih gading, dia melangkahkan kakinya dengan cepat untuk keluar dari apartemen.
"Si*al si*al si*al. Aku akan terlambat kalau kayak gini." Megan merasa frustasi saat mobilnya terkena macet. Namun, dia tidak bisa melakukan apapun selain menunggu agar mobilnya itu bisa kembali dijalankan.
Tepat pukul 10 lewat 15 menit. Megan sampai di sebuah restoran di mana seseorang sudah menunggu kedatangannya. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat untuk memasuki tempat itu dan mencari keberadaan mereka.
"Anda terlambat, Nona," ucap seorang lelaki bernama Daris, dia merupakan sekretaris dari pimpinan di Semesta Group.
"Ma-maaf. Tadi, tadi jalanannya macet." Napas Megan tersengal-sengal karena terlalu terburu-buru, bahkan kakinya gemetaran karena dia tidak sempat untuk sarapan.
Daris terdiam sambil memperhatikan penampilan wanita itu. Dia terus melihat dari atas sampai bawah untuk menilai apakah wanita itu pantas untuk bertemu dengan tuannya.
Megan yang merasa diperhatikan menjadi gugup dan salah tingkah. Dia merasa seperti sedang ditelanjangi oleh seseorang saat ini.
"Tuan sudah menunggumu di dalam. Tapi, kau harus menjaga sopan santunmu saat berhadapan dengan beliau. Jangan mengatakan sesuatu yang tidak dia tanyakan, dan jangan diam di saat dia bertanya. Apa kau mengerti?"
Megan langsung mengangguk paham. Dia lalu mengikuti langkah Daris untuk masuk ke dalam ruangan itu dengan perasaan yang tidak menentu.
"Ya Tuhan, tolong lindungi aku." Itulah do'a yang Megan panjatkan seperti seseorang yang hendak berperang.
Mata Megan memperhatikan setiap sudut ruangan yang sedang dia masuki, tidak lupa mencoba untuk melihat ke balik tubuh Daris untuk memastikan kalau orang yang ingin bertemu dengannya benar-benar ada di dalam ruangan itu.
"Silahkan duduk." Daris menarik kursi untuk mempersilahkan Megan duduk, sementara wanita itu terdiam kaku di belakang tubuhnya.
"I-itu, itu benar-benar dia?" Megan merasa seperti mimpi saat melihat orang yang dia inginkan benar-benar ada di hadapannya.
"Nona,"
"Y-ya?" Megan torlanjak kaget saat mendengar panggilan dari Daris.
"Silahkan duduk!" ucap Daris kembali dengan penuh penekanan, bahkan saat ini rahangnya mulai mengeras.
"Ba-baik." Megan segera duduk di kursi yang tadi ditarik oleh Daris, dan saat ini dia berada tepat di hadapan seorang laki-laki yang sejak tadi tidak sedikit pun melihat ke arahnya.
"Ya ampun, aku benar-benar merasa senang sekaligus takut." Megan benar-benar merasa gugup dan gelisah. Jangankan untuk bicara, untuk menarik napas saja rasanya dia tidak sanggup.
Untuk beberapa saat suasana menjadi hening. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mengeluarkan suara, membuat Megan benar-benar merasa tidak tahan.
"Ma-maaf, Tuan. Apa, apa yang-" Megan tidak dapat menyelesaikan ucapannya saat menyadari ada sepasang mata yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Dasar bod*oh. Padahal tadi dia sudah menjelaskannya padaku, tapi mulutku ini tidak bisa diam sebentar saja,"
"Kau terlambat." Tiba-tiba laki-laki yang ada di hadapan Megan buka suara. "Kau terlambat 15 menit, dan aku tidak menyukainya."
Glek.
Megan menelan salivenya dengan kasar. Keringat dingin sudah menjalar di seluruh tubuhnya saat ini. "Ma-maaf, Tuan. Tadi jalanannya macet sekali, jadi mobil saya tidak bisa jalan. Tuan tau kan, kalau kota kita ini sangat ramai?"
Lupa sudah aturan yang tadi baru saja dikatakan oleh Daris, membuat lak-laki itu menatap Megan dengan sorot kemarahan.
"Kali ini aku memaafkanmu, tapi tidak untuk lain kali,"
"Wah, Anda sangat baik sekali, Tuan Rolize,"
"Tutup mulutmu!"
Megan tersentak kaget mendengar suara Daris. Dia langsung menundukkan kepalanya dengan takut saat baru menyadari kesalahan yang dia lakukan. "Habislah aku."
Lelaki bernama Rolize itu mengangkat tangannya membuat Daris diam. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Mendengar suara Rolize, Megan mulai berani mengangkat kepalanya dan melihat laki-laki itu dengan takut.
"Aku ingin menawarkan sebuah pernikahan kontrak padamu,"
"Apa?"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Kustri
coba mampir, udh biasa bc nikah kontrak, tp penasaran
2023-06-12
1
Nayra Syafira Ahzahra
hadir disini thor
2023-04-12
1
bank sha one
mampir aaaach
2023-03-20
0