Setelah acara selesai, Megan langsung pergi meninggalkan tempat itu untuk ke kamar yang sudah diberitahukan oleh Daris sebelumnya. Dia berjalan dengan gontai sambil membuka kamar itu, dan langsung masuk ke dalamnya.
Bruk.
Magen menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kasar, sungguh kakinya sudah terasa sangat pegal sekali saat ini.
Ketika kedua mata Megan mulai terpejam, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik tangannya sampai tubuhnya terduduk di atas ranjang. Tentu saja semua itu membuat kedua matanya langsung terbuka lebar.
"Apa-apaan ini?" teriak Megan sambil menghempaskan tangan seseorang yang sedang memegangi tangannya. "Dan siapa kalian?"
Ketiga wanita yang ada di dalam ruangan itu tertawa sinis mendengar pertanyaan Megan. "Lihat, kau bahkan tidak mengenali keluarga suamimu sendiri."
Megan mengernyitkan keningnya dengan bingung. "Ka-kalian keluarganya Tuan Rolize?"
"Cih, bagaimana mungkin kau menjadi istri anakku sementara kau saja tidak tau keluarganya?"
Otak pintar Megan langsung menangkap kata-kata wanita paruh baya itu dengan cepat. "I-ibu? Maaf, aku tidak tau." Dia beranjak mendekati mama Falesha dan hendak mencium tangan wanita itu.
Namun, mama Falesha segera menghindar saat tau apa yang akan wanita itu lakukan membuat Megan terdiam dengan canggung.
"Dengar, kami mendatangimu bukan untuk perkenalan. Tapi untuk memberitahumu bahwa kau tidak diterima dalam keluarga kami. Seharusnya wanita kampungan sepertimu sadar diri, dan tidak mengharapkan sesuatu yang sangat tidak pantas untukmu," ucap Jean dengan tajam.
Megan hanya diam mendengar ucapan wanita-wanita yang saat ini ada di hadapannya. "Kenapa mereka seperti ini sih? Belum apa-apa sudah mengibarkan bendera perang padaku." Dia merasa kesal sekaligus heran.
"Dan kau ingat satu hal lagi. Pernikahan ini tidak akan berlangsung lama, karna Rolize pasti akan segera menceraikanmu. Heh, sayang sekali mimpimu terlalu tinggi."
Megan menghela napas kasar. Seharusnya raganya saja yang lelah, tetapi sekarang baik jiwa dan raganya sama-sama lelah.
"Sepertinya dia terlalu terkejut, Kak. Makanya diam aja kayak patung," bisik Aura ke telinga Jean.
"Cih, wanita lemah dan kampungan sepertinya memang tidak pantas untuk-"
"Tunggu, tunggu sebentar." Megan mengangkat tangannya membuat ucapan Jean terhenti. "Sebelum Anda semua memarahi atau mencaci maki diriku, setidaknya beritahu dulu siapa kalian ini. Rasanya aneh sekali saat aku tidak tau siapa yang sedang memakiku sedari tadi."
Ketiga wanita itu tercengang mendengar apa yang Megan katakan, bisa-bisanya wanita itu malah fokus pada siapa mereka dan bukannya pada apa yang mereka katakan.
"Cih, untuk apa kami mengatakannya padamu? Jelas-jelas suamimu saja tidak mau mengatakannya, itu berarti kau sama sekali tidak penting."
"Hah." Helaan napas kasar kembali terdengar dari hidung dan juga mulut Megan. Baiklah, sudahi semua ini sebelum tenaganya bena-benar habis. "Baiklah Nona-Nona dan juga Ibu, maaf kalau kehadiran saya sudah mengusik Anda semua. Tapi bisakah Anda membiarkan saya istirahat dulu? Saya juga butuh energi untuk mendengarkan segala cacian dari Anda semua."
Ketiga wanita itu semakin tidak percaya dengan apa yang Megan lakukan. "Dia benar-benar wanita gila!" Itulah yang saat ini ada di dalam pikiran mereka bertiga.
Rolize yang sejak tadi mendengarkan percapakan itu tersenyum miring. Ternyata tidak salah dia menjadikan Megan sebagai istrinya, karena wanita itu benar-benar di luar kewarasan manusia.
"Kau, beraninya kau-"
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Semua orang terlonjak kaget saat mendengar suara baritone seseorang, sontak semua mata langsung bearalih ke arah pintu.
"Kakak?"
"Rolize?" ucap mereka bertiga secara bersamaan, sementara Megan hanya diam dan tidak memberikan reaksi apa-apa.
"Ka-kau mau istirahat di sini, Rolize?" tanya mama Falesha yang dijawab dengan anggukkan kepala Rolize.
"Baiklah. Kalau gitu kami permisi dulu, selamat malam." Jean segera mengajak mama dan juga adiknya keluar dari kamar itu.
"Kalian belum menjawab pertanyaanku, Kak?"
Glek.
Jean dan Aura menelan salive mereka dengan kasar, sementara mama Falesha langsung gugup karena takut kalau putranya akan murka dengan apa yang mereka lakukan.
"Mama, kakak dan juga adikmu cuma ingin berkenalan dengan istrimu saja. Sebelumnya kan, kami belum sempat menyapa istrimu dengan benar."
Rolize menganggukkan kepalanya sambil melirik ke arah Megan. "Apa itu benar?" Dia penasaran dengan jawaban dari wanita itu, walaupun sebenarnya dia sudah tahu.
Mama Falesha dan kedua putrinya menjadi cemas saat Rolize langsung bertanya pada Megan, mereka khawatir jika wanita itu mengatakan semua yang mereka katakan tadi.
Megan menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Rolize. "Memang benar sih mereka datang untuk menyapaku, tetapi dengan cara yang sangat ekstrim."
"Nah, kalau gitu kami pergi dulu, Rolize. Istirahatlah, mama tau kalau hari ini kau pasti sangat lelah."
Rolize terdiam untuk beberapa saat, sampai akhirnya dia menganggukkan kepala membuat keluarganya itu bernapas lega.
"Ka-kalau gitu selamat malam Kak, selamat malam Kakak ipar. Selamat istirahat," ucap Aura karena dia yang paling muda.
Rolize hanya menganggukkan kepalanya saja untuk menanggapi ucapan Aura, sementara Megan juga mengucapkan selamat malam dan selamat istirahat pada mereka semua.
Setelah kepergian keluarga Rolize, akhirnya tinggallah mereka berdua di dalam kamar itu. Suasana mendadak jadi hening dan juga canggung, terutama untuk Megan.
"Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus melayaninya?" Megan merasa bingung. "Tapi, di dalam perjanjian tidak disebutkan tentang melayani di atas ranjang."
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lamunan Megan terhenti saat mendengar suara Rolize. "Em ... itu, a-apa Tuan mau langsung tidur?" Dia merasa ragu dan malu untuk menanyakan perihal pelayanan yang harus dia lakukan.
"Tidak. Aku mau mandi." Rolize langsung berjalan ke kamar mandi meninggalkan Megan yang sedang manggut-manggut di samping ranjang.
Setelah Rolize masuk ke dalam kamar mandi, Megan kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar.
"Selesai mandi, apa yang harus aku lakukan?" Dia kembali memikirkan soal kegiatan di atas ranjang. "Dasar bod*oh. Seharusnya aku menanyakan hal ini pada manusia kaku itu, atau pada Tuan Rolize langsung. Ini kan masalah yang paling penting dimuka bumi ini."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments