TAKDIR YANG TERTUKAR
Dua saudara kembar yang terpisah karena kedua orang tua mereka yang memilih untuk bercerai dimasa lalu, dan memisahkan kedua putrinya sejak mereka bayi.
Putri pertama bernama Anindya dimana dia di bawa oleh sang ayah dan menerima banyak sekali kesulitan dalam hidupnya, mulai dari harus menjadi tulang punggung keluarga, karena sang ayah yang mabuk-mabukan dan seorang pencuri lukisan yang profesional sehingga Anindya tidak pernah mau memakan ataupun menikmati uang hasil dari curian ayahnya tersebut, selain itu sang ayah juga seorang bodyguard suruhan dimana siapapun atau orang kaya manapun banyak yang memakai jasanya untuk mencakakan orang lain dan melakukan misi berbahaya lainnya, tentu semua itu dengan bayaran yang setimpal, dan ayahnya memiliki rumah yang cukup bagus untuk tempat tinggal namun Anindya sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian ataupun kasih sayang dari sang ayah, justru dia sering kali di paksa dan di ajarkan untuk melakukan hal-hal jahat oleh ayahnya tersebut.
Meski Anindya tidak ingin melakukannya dia tetap saja sering di paksa dan mendapatkan banyak tekanan juga ancaman dari ayahnya tersebut, Anindya adalah gadis yang baik dan dia tidak pernah mau mematuhi ucapan dan ajaran dari ayahnya yang jahat itu, dia terus bekerja menjadi pelayan cafe bahkan sering kali menjadi kasih mini market untuk sekedar mencari uang agar bisa membayar uang sekolahnya.
Dia menerima banyak rasa sakit dan penyiksaan dari sang ayah setiap kali dia tidak mau melakukan hal jahat dan tidak ingin menuruti keinginan ayahnya itu, dia adalah gadis yang lemah lembut dan baik hati, meski di besarkan dalam keadaan dan lingkungan yang sangat buruk dia sama sekali tidak terpengaruh dengan semua itu dan dia memiliki seorang sahabat pria yang selalu menemani dia dan mencintainya dengan tulus, mereka tidak bisa bersama karena sang ayah yang tidak merestui hubungan mereka sehingga hanya bisa menjadi sahabat sejak dulu hingga saat ini.
Malam ini saja sang ayah memaksa Anindya untuk ikut menc*RI sebuah lukisan yang sangat indah dan memiliki harga jual yang tinggi, ayahnya memaksa Anindya untuk melukis lukisan yang sama dengan lukisan yang akan di lelang di acara pelelangan amal di salah satu gedung yang diadakan di kota, sedangkan Anindya tidak ingin membuat lukisan tiruan seperti itu dan dia mendapatkan penyiksaan lagi dari sang ayah.
"Dasar kau anak yang tidak berguna, plak!" Bentak sang ayah dengan melayangkan sebuah tamparan yang cukup kuat pada pipi sebelah kanan milik Anindya.
Gadis anggun nan cantik itu langsung jatuh tersungkur saking kerasnya tamparan dari sang ayah, dia memegangi pipinya yang mulai memerah dan air mata mulai mengalir membasahi pipinya dengan merasakan sakit yang aman di dalam hati dan pipinya tersebut.
"Kenapa ayah? Kenapa kau selalu memaksa aku membuat banyak sekali barang tiruan, kenapa ayah selalu memaksa aku untuk melakukan hal-hal yang melanggar hukum, aku tidak ingin melakukannya ayah, aku tidak akan pernah melakukan hal itu!" Balas Anindya dengan keras dan dia segera bangkit lalu berlari masuk ke dalam kamarnya.
Anindya membanting pintu kamarnya dengan keras dan dia menangis di pojokan ranjangnya dengan menutup kedua telinganya karena dia tidak mau mendengarkan kalimat jahat yang keluar dari mulut sang ayah ketika ayahnya itu marah kepada dirinya.
"Aishh.... Dasar kau bastrad sialan! Kau sama saja dengan ibumu yang lemah dan tidak berguna itu, aku menyesal telah memilihmu, aarghhh....anak tidak berguna!... Trakkkkk....brennggg..." Suara teriakkan sang ayah yang sangat keras dan menggelegar juga barang-barang yang ayahnya banting hingga pecah berhamburan.
Setiap kali marah dan emosi sang ayah selalu saja menghancurkan barang-barang yang ada di dekatnya hingga tidak ada banyak barang yang tersisa di dalam rumah tersebut.
Sang ayah pergi keluar dari rumah meninggalkan Anindya seorang diri yang menangis terisak di pojokan kamar dengan menutupi telinga menggunakan kedua tangannya yang ia tangkup kan.
"Hiks....hiks...hiks...ibu, aku ingin denganmu aku ingin bersamamu ibu, kapan kau akan menemukan aku dan membawaku pergi dari neraka ini" ucap Anindya sambil menangis terisak dan dia memegangi sebuah kalung yang terbuat dari benang berwarna putih.
Dia sudah sejak kecil memakai kalung itu dan dia yakin bahwa kalung itu adalah peninggalan dari ibunya maka dari ibu Anindya tidak pernah melepaskan kalung tersebut sampai dia sebesar sekarang, meski ayahnya selalu memarahi dia ketika sang ayah tahu atau mengetahui bahwa putrinya memakai kalung tersebut, bahkan terakhir kali sang ayah hampir saja merampas kalung itu namun untungnya Anindya berhasil meloloskan diri seperti saat ini.
Sedangkan disisi lain adik kembarnya Anindita justru mendapatkan kehidupan yang layak dan mewah, dia memiliki rumah yang besar dan megah, juga memiliki ibu yang sangat mencintai dia juga memberikan banyak perhatian kepadanya, dia di kelilingi oleh orang-orang yang memperlakukan dia dengan sangat baik, mulai dari sang ibu dan Omanya yang selalu mendukung apapun keputusan dia, sahabatnya Ceri yang selalu menemani dia dan juga seorang dokter tampan yang dia sukai sejak lama. Dokter tersebut bernama dokter Gavin dia adalah seorang dokter muda spesialis bedah dan dia adalah lulusan universitas terbaik juga kedua orangtuanya yang memiliki rumah sakit terbesar di negeri ini.
Dokter Gavin juga dokter yang menangani penyakit kanker hati yang tengah di derita oleh Anindita, dia sudah mengisap kanker hati sejak menginjak usia 17 tahun yang awalnya dia sering sekali mengeluh sakit pada uluh hatinya di dada atas bagian kanan, sampai ketika sang ibu memeriksa lebih lanjut tentang keluhan yang sering dia rasakan tersebut, akhirnya dia di vonis mengidap penyakit kanker hati stadium akhir dimana waktunya untuk hidup hanya tinggal tersisa 16 bulan lagi, sedangkan saat ini Anindita berhenti dari sekolah dan memutuskan untuk belajar dengan bantuan home schooling di rumahnya sendiri.
Dia harus selalu duduk di ruang belajarnya bersama guru home schoolingnga Miss Elen, dia adalah seorang guru yang sangat baik dan selalu memberikan semangat juga pelajaran dengan sangat ramah kepada Anindita meskipun sering sekali dia menerima banyak kejahilan yang dilakukan oleh Anindita selama dia mengajari gadis itu.
Meski tengah sakit dan sudah di vonis menderita kanker hati stadium akhir Anindita sama sekali tidak merasa sedih dan rapih seperti kebanyakan anak remaja yang mengalami nasib sepertinya.
Dia tetap menjadi gadis yang ceria dan bahkan sangat aktif dia selalu membuat semua orang yang ada di sampingnya menjadi bahagia dan ceria juga, dia selalu membawa aura positif kemanapun dia berpihak, meski begitu dia memiliki suatu keunikan dimana dia sangat menyukai warna hitam sejak kecil, apalagi setelah mengetahui bahwa waktunya untuk hidup hanya tinggal 16 bulan lagi, dia merasa semuanya sudah gelap tetapi dia tidak pernah mengungkapkan rasa takut dan kegelapan yang ada di dalam hatinya.
Dia tidak ingin membuat sang ibu, Oma juga semua orang yang mencintai dia menjadi merasa sedih ketika dia terlihat lesu dan tidak bersemangat.
Malam ini saja dia terlihat begitu ceria dan anggun menggunakan sebuah gaun berwarna hitam dan bersiap mengikuti sang ibu untuk pergi ke sebuah acara pelelangan amal di salah satu perusahaan yang besar di kota tersebut.
"Anindita apa kamu sudah selesai?" Teriak sang ibu sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Anindita,
"Aahh... Iya Bu aku sudah siap, hanya sedikit lagi" balas Anindita sambil berusaha menaikkan resleting di bagian punggungnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments