Saat mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Ben, Anindita sekarang merasa bingung dan dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan untuk menyembunyikan identitas diri dia yang sebenarnya.
"A...ahhh kau kan pasti tahu sendiri sudah berapa lama kita bersahabat, itu sudah sangat lama jangan bilang kau mengatakan itu padaku karena kau melupakannya, aahh aku akan sedih jika kau melupakan hal sepenting itu" ucap Anindita yang sangat pandai memalingkan pembicaraan.
Seketika Ben yang sangat mencurigai dia sebelumnya kini dia langsung saja merasa bersalah dan justru dia juga segera meminta maaf kepada Anindya saat itu juga.
"AA..ahhh... Tentu saja aku ingat, mana mungkin aku melupakannya, sudah lah ayo kita lihat lukisan kesayanganmu" ucap pria bernama Ben tersebut kepadaku.
Aku segera mengangguk sambil tersenyum senang dan dia segera menggandeng tanganku lalu membawa aku untuk masuk ke sebuah ruangan khusus di tempat tersebut dan sebuah lukisan matahari yang sangat cantik di kala senja dengan bunga matahari di sampingnya nampak terpajang sangat jelas di tempat lemari kaca yang indah tersebut, Anindita sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan sebuah lukisan karena dia tidak menyukai hal itu dan Anindita justru lebih menyukai hal-hal menegangkan dan menantang namun karena demi membuat Ben agar tidak mencurigai dirinya lagi dia pun harus berpura-pura antusias dan gembira ketika melihat lukisan tersebut.
"Wahhh.... Ini lukisan yang sangat cantik, darimana kamu mendapatkannya?" Ujar Anindita berpura-pura antusias dengan lukisa tersebut yang sebenarnya dia sama sekali tidak menyukai lukisan tersebut.
Sebab setelah di perhatikan lagi olehnya dia bisa mengetahui bahwa lukisan itu adalah palsu sebab dia sudah pernah melihat yang asli dimana lukisan yang asli di berikan oleh pria yang mengaku sebagai ayahnya kepada seorang pria arogan sebelumnya yang tidak dia kenali saat itu.
"Huuh ... Apa bagusnya lukisan palsu seperti ini? Apa Ben tahu kalau lukisan ini sebenarnya palsu yah?" Gumam Anindita memikirkan.
Sedangkan disisi lain Ben justru kini malah merasa percaya sepenuhnya kepada wanita yang berada di hadapannya saat itu karena dia melihat wanita itu begitu antusias dan seperti sangat menyukai lukisan bunga tersebut.
"Apa tadi aku hanya mencurigai dia tanpa dasar yah? Tidak mungkin dia Anindya palsu, wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia memang Anindya, tubuhnya juga sama bahkan senyumannya masih sama indahnya, tapi kenapa aku tidak merasakan jantungku berdegup kencang seperti biasanya saat berada di dekat dia yah?" Apa aku sedang sakit atau bermasalah kali ini?" Gumam Ben memikirkan.
Dia merasa ada yang aneh kepada dirinya sendiri namun dia langsung menghempaskan rasa kecurigaannya tersebut kepada Anindya dan dia berusaha untuk mempercayai Anindya seutuhnya saat itu.
"Aahh... Sudahlah mungkin aku terlalu banyak berpikir, sudah jelas dia adalah Anindya, tidak mungkin juga ada manusia yang berpura-pura menjadi Anindya dengan wajah yang sangat mirip seperti ini" tambah Ben terus menggerutu di dalam hatinya.
Hingga Anindita yang melihat itu dia langsung menyadarkan Ben karena dia melihat Ben yang sedari tadi terus melamun tanpa henti.
"Ben... Ben apa kau baik-baik saja? Kenapa kau melamun terus seperti itu?" Ucap Anindita sambil memegangi tangan Ben saat itu.
Ben pun langsung kembali fokus dengan dirinya dan dia segera tersadarkan dengan cepat saat itu juga.
"A...ahh.. iya, ada apa maaf yah aku tadi tengah terganggu sedikit maafkan aku" ucap Ben meminta maaf dengan rasa bersalah saat itu.
"Tidak masalah, tapi Ben boleh aku menanyakan sesuatu kepadamu kau tadi belum menjawab pertanyaan dariku" tambah Anindita kepadanya.
"Ada apa memangnya, kau tanyakan saja kepadaku" balas dia sambil menatap dengan lembut,
"Dari mana kau mendapatkan lukisan cantik ini? Bukankah lukisan ini sangat langka?" Tanya Anindita mencoba untuk mencari tahu,
"Ahhh... Aku mendapatkannya dari acara lelang amal beberapa hari yang lalu, aku sudah mengincar lukisan ini sejak kau pernah menunjukkan kepadaku dan mengatakan kau ingin memilikinya dan sekarang aku ingin memberikan lukisan ini untukmu" ujar dia membuat Anindita langsung tersentak kaget dan matanya seketika terbuka sangat lebar saat itu.
"Wahhh.... Kau sungguh ingin memberikan ini kepadaku?" Tanya Anindita kembali memastikan,
"Tentu saja, bukankah kau sangat menginginkan lukisan ini sejak kita masih kuliah?" Balas Ben kepadanya,
"Iya... Tapi... Kau tahu kan seberapa hebat dan berharganya lukisan ini, apalagi kau mendapatkannya dari acara lelang amal seperti itu, aku yakin kau pasti mengeluarkan banyak uang untuk lukisan ini, sebaiknya kau simpan saja lukisannya di pameran ini agar bisa terus di nikmati keindahannya oleh semua orang" balas Anindita langsung menolaknya.
Anindita menolak pemberian Ben bukan karena dia tidak senang atau benar-benar tidak menyukai lukisan palsu itu, namun setelah dia berbicara banyak kepada Ben, dia sangat yakin bahwa Ben sudah tertipu oleh seseorang karena jelas sekali Anindita yang pernah belajar dalam bidang seni ke luar negeri sebelumnya dia tahu dengan jelas mana lukisan asli dan mana yang hanya tiruan, sekalipun lukisan ini sangat mirip mulai dari tata letak, tekstur dan gambarnya, namun dia tetap yakin bahwa itu bukan lukisan yang asli karena tidak terdapat coretan kecil di ujungnya.
Karena coretan tipis dan kecil itu adalah tanda yang ditinggalkan oleh sang pencipta agar karyanya tidak mampu di curi atau di tiru oleh orang awam sembarangan dan Anindita jelas mengerti tentang hal itu, di tambah dia belum.bisa menemukan Anindya yang asli sebab dia tidak bisa menerima sebuah hadiah yang memang sangat berharga dan hadiah itu di tujukan untuk Anindya bukan dirinya yang hanya menjadi Anindya palsu saat ini.
Setelah pulang dari pameran seni lukis pribadi milik Ben kini Anindita terus saja memikirkan tentang siapa orang yang tertukar dengannya dan sejak beberapa terakhir ini dia sudah menunggu wanita bernama Anindya itu di rumahnya, namun tetap saja dia tidak mendapatkan wanita itu kembali, dan disaat dia memikirkan kejadian terakhir tentangnya dia pun merasa sangat bersalah kepada ibunya dan Anindita merasa cemas dia takut sang ibu dan Oma akan mencemaskan dirinya karena tidak pulang ke rumah dalam beberapa hari ini.
"Aahhh... Aku harus tetap pulang bagaimana pun caranya, ibu, Oma dan dokter Gavin pasti sangat mengkhawatirkan aku sekarang" gerutu Anindita mendekatkan dirinya.
Saat dia duduk di depan tv dan memikirkan hal tersebut tiba-tiba saja ayahnya itu pulang ke rumah dalam keadaan mabuk dan dia terpaksa harus menggotong sang ayah sampai ke kamarnya dengan badan ayahnya yang sangat berat.
"Aaahhh.... Hey pria tua apa yang terjadi denganmu? Aishh sini biar aku bantu kau ke kamarmu, aaahhh... Kau benar-benar pria tua sialan!" Gerutu Anindita sambil langsung memb*ntingkan tubuh Doni ke ranjangnya dengan keras seperti itu.
Dalam keadaan mabuk seperti itu, ayah Anindya tersebut terus saja berbicara sembarangan tentang banyak hal termasuk merutuki pria arogan yang mengambil lukisan itu dengan cuma-cuma saja.
"Aaahhh... Anindya kau tahu dia bukan, iya dia pria sialan yang mengambil lukisan mahal kita, si Antonio sialan itu kita harus memberi dia pelajaran, ayo curi kembali lukisan itu untuk ayah Anindya dan jual lukisan itu hasilkan banyak uang agar kita tidak di usir dari rumah ini hahaha...." Ucap pria tersebut mengigau tidak jelas.
Namun Anindita yang mendengar itu dia kaget tidak karuan dia baru tahu jika rumah tersebut akan disita sehingga dia pun mulai bertanya kepada pria tersebut tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada dia hingga dia harus mabuk-mabukkan seperti itu.
"Hey... Pria tua jawab aku dengan jujur sekarang, kenapa kau harus mabuk dan menyusahkan aku seperti ini, aku kan sudah bilang aku ini bukan putrimu aku Anindita bukan Anindya" bentak Anindita mengatakannya lagi dengan tegas,
"Ahaha... Anindya kau membohongi aku lagi, sudahlah kau sudah mencuri lukisan itu dari pelanggan denganku dan kau tiba-tiba keluar lebih dulu, kau pasti akan meninggalkan aku tertangkap oleh petugas saat itu bukan, aahhh sayang sekali lukisannya malam kembali di curi oleh Antonio sialan itu, dia sudah memiliki hiks...hiks..hiks.. kita akan mani kelaparan sekarang huaaaaa" ucap pria tua itu sambil terus menangis seperti anak-anak.
Anindita langsung mundur menjauh dan dia jatuh terduduk di lantai sambil memegangi kedua tangannya yang bergetar dengan kuat.
Dia tidak menyangka jika ternyata pria itu dan gadis yang bernama Anindya adalah seorang pencuri sekaligus mengelabui Ben dengan barang palsu yang mereka buat sendiri.
"Sialan kenapa wanita itu jahat sekali melakukan hal seperti ini, dia sudah merugikan pihak lelang dan dia sudah menipu pria yang mencintai dirinya sendiri, aishh... Aku tidak akan melepaskan wanita licik sepertinya" ucap Anindita yang di penuhi kekesalan saat itu.
Sampai ke esokan paginya dia langsung pergi ke rumahnya karena mengira dia tertukar dengan gadis bernama Anindya tersebut dan saat dia sampai di rumahnya dugaan dan kecurigaan yang dia pikirkan sebelumnya memang benar, ketika dia masuk ke dalam rumah ibunya langsung menyambut dirinya dan ada pula dokter Gavin disana namun ibunya itu justru malah menatap heran kepadanya begitu pula dengan Oma.
"Ya ampun sayang kenapa kamu tiba-tiba masuk dari pintu depan, bukannya barusan kamu naik ke lantai atas?" Tanya ibu begitu saja pada Anindita.
Tentu Anindita kaget mendengar itu dan dia refleks langsung melihat ke arah tangga dan saat itu juga dia tidak sengaja melihat seorang perempuan yang memakai gaunnya menatap ke bawah dan Anindita kaget sekali melihat gadis itu memiliki wajah yang sangat mirip dengannya.
"Astaga... Siapa wanita itu kenapa wajahnya sangat mirip denganku?" Gumam Anindita merasa kaget dan dia langsung termenung kuat.
Sampai ibunya langsung datang menghampiri Anindita dan menuntun dia untuk segera duduk di samping dokter Gavin, karena saat itu ternyata dokter Gavin datang ke rumah untuk melakukan pemeriksaan kepada Anindita sebab sebelumnya Anindita tidak datang ke rumah sakit dan ibu mengatakan bahwa Anindita menolak untuk pergi ke rumah sakit saat itu.
Padahal Anindita sendiri tidak pernah merasa dia menolak untuk pergi ke rumah sakit apalagi untuk menemui dokter Gavin karena dia sangat menyukai wajah tampannya tersebut.
"Anindita kenapa kau saat itu menolak untuk menemuiku, apa kau sudah bosan hidup hah?" Tanya dokter Gavin sambil segera memeriksa aku saat itu,
"A..a..aku hanya sedang kesal saja denganmu habisnya kau selalu menolakku, kenapa kau melakukan itu padaku?" Ucap Anindita gugup dan berpura-pura seakan tidak ada keanehan disaat itu.
Dokter Gavin tidak menjawab ucapan dari Anindita lagi dan itu membuat seorang Anindita menjadi sangat kesal, dia selama ini selalu mendapatkan penolakan dari seorang dokter Gavin yang sudah mengenali dia sejak bertahun-tahun lamanya.
Dan setiap kali dia mengungkapkan perasaannya dia selalu tidak mendapatkan jawaban dari dokter Gavin entah itu sebuah penolakkan tegas ataupun persetujuan darinya namun Anindita sendiri selalu menyimpulkan bahwa diamnya dokter Gavin atas semua pernyataan dan pertanyaan yang selalu dia ajukan kepadanya, itu adalah jawaban bahwa dokter Gavin menolaknya.
"Kan... Kau menolakku lagi sekarang bahkan di hadapan ibuku sendiri, aku sangat membencimu dokter Gavin, aku benci karena meski kau terus memperlakukan aku begini aku tetap mencintaimu dan sangat menyayangimu aku ingin men..." Ucap Anindita yang tertahan karena dokter Gavin langsung menutup mulutnya dengan cepat.
Anindita yang tidak terima mendapatkan perlakuan seperti itu dia langsung saja menggigit tangan dokter Gavin yang menutup mulutnya hingga dokter Gavin langsung melepaskan tangannya tersebut dan meringis kesakitan.
"Aaawww... Hey apakah kau sudah menjadi singa sekarang?" Ucap dokter Gavin dengan memegangi tangannya yang kesakitan karena di gigit kuat oleh Anindita,
"Ya ampun dokter Gavin apakah kamu baik-baik saja? Anindita apa yang kamu lakukan jangan melakukan hal tidak sopan seperti itu lagi kepada dokter yang sudah merawat kamu sejak lama!" Ucap ibunya yang memperingati Anindita.
"Iya ibu, tapi tadi itu dokter Gavin sangat menyebalkan aku tidak bisa menahan diri kepadanya" balas Anindita yang memang selalu menjadi gadis keras kepa dan sangat aktif juga pemberani meskipun dia tidak sehat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments