Antonio

Anindita terus merasa heran dan dia sekarang hanya bisa diam saja sebab pria tua itu membawanya pergi entah kemana dan Anindita juga tidak bisa menjelaskan semuanya kepada pria tersebut karena dia terus saja memanggil dirinya dengan sebutan Anindya dan mengatakan masalah lukisan matahari yang tengah dia bawa saat itu.

"Ahaha... Anindya kau memang anak yang baik, haha... Coba saja kau menuruti ayah sejak lama pasti kita akan menjadi kaya raya dengan cepat, sekarang lukisan itu bisa ayah serahkan kepada tuan Antonio dan kita akan mendapatkan uang yang sangat banyak darinya huaahahaha...ayah sangat senang sekali" ucap pria tua tersebut yang tidak lain adalah ayahnya Anindya.

Tanpa Anindita sadari bahwa dia semakin jauh dari ibunya dan terus pergi dengan pria bernama Doni tersebut, hingga Doni membawa Anindita ke sebuah rumah mewah milik Antonio yang sangat besar dan mewah.

"Ayo sayang kita harus segera memberikan lukisan ini kepada tuan Antonio dan setelah itu kita akan mendapatkan uang yang banyak darinya" ujar pria tersebut.

Namun saat itu Anindita menolaknya karena dia sama sekali tidak mengenali pria tua tersebut, dia juga berusaha menjelaskan sekali lagi kepada pria yang bersamanya bahwa dia bukanlah Anindya, melainkan Anindita.

"Maaf tuan tapi sepertinya kau salah mengenali orang aku bukan putrimu aku bukan Anindya yang kau sebut sedari tadi" ujar Anindita berusaha menjelaskan kepada pria tua tersebut,

"Aaahh... Anindya meski ayah tahu kau membenci ayah karena pekerjaan ini, tapi kau tidak perlu berbicara seperti itu sampai tidak mengakui ayahmu sendiri, ayo cepat ikut saja dengan ayah kita akan makan enak malam ini" ujar pria itu sambil terus saja menarik tangan Anindita hingga mereka masuk menghadap tuan Antonio.

Anindita tidak bisa berkutik lagi dan dia hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar dan terus mengikuti pria tersebut karena tangannya terus di tarik untuk masuk ke dalam sampai ketika dia masuk ke dalam dan menghadap seorang pria yang arogan juga terlihat begitu sinis dan tajam saat menatapnya, Anindita yang tidak bisa mendapatkan tatapan itu dia hanya memalingkan pandangannya ke arah lain dan membiarkan pria yang mengaku sebagai ayahnya tersebut berbicara dengan pria tersebut.

"Tuan... Ini lukisan yang anda minta saya sudah berhasil mengambilnya dan saya harap anda akan memberikan kepada saya uang yang sesuai dengan janji yang anda katakan sebelumnya hehe" ucap pria itu.

Bukannya memberikan uang kepada Doni, Antonio justru malah langsung menyuruh anak buahnya untuk merampas lukisan tersebut dan dia langsung meringkus Doni dengan menodongkan senjata ke depan jidatnya.

"A..a..apa yang terjadi ini, tuan Antonio apa yang kau lakukan kau sudah berjanji untuk bekerjasama denganku kenapa kau menodongkan senjata padaku seperti ini?" Ucap ayah Doni dengan wajah yang panik.

Bukan hanya itu tetapi Anindita yang melihat itu dia juga sama paniknya dan dengan berani dia langsung saja memegang pistol yang di todongkan oleh Antonio kepada pria itu, Anindita dengan sikapnya yang memang tidak takut mati dia langsung mengambil pistol itu dan menatap tangan pria bernama Antonio tersebut.

"Heh .. hentikan, apa yang kau lakukan kepada ayahku?" Ucap Anindita yang terpaksa harus mengakui pria itu sebagai ayahnya karena dalam keadaan yang mendesak,

Antonio langsung beralih kepada Anindita dan dia tersenyum kecil melihat seorang perempuan yang sangat berani sepertinya, bahkan disaat anak buahnya hendak menyentuh Anindita, Antonio langsung menatap mereka dengan tajam dan memberikan kode untuk tidak ikut campur dengan urusannya kali ini.

"Biarkan dia melakukan apapun yang ingin dia lakukan, aku tidak akan memberikan sepeser uangpun kepada kedua orang pencuri ini" ucap Antonio dengan sinis dan dia menarik kembali pistolnya,

"Hey, sembarangan sekali kau mengatai aku seorang pencuri aku bukan pencuri dasar manusia tidak bermoral!" Bentak Anindita tanpa rasa takut sedikitpun.

Bahkan Doni membelalakkan matanya kaget dia tidak menyangka putrinya yang selama ini selalu bersikap lemah lembut dan baik hati bisa berbicara sekasar itu kepada seorang tuan Antonio yang maha kuasa di kota ini, bahkan tidak ada siapapun yang berani menyenggol dia sedikitpun pagi membentak dia dan berbicara sekasar itu kepadanya secara langsung.

Doni langsung menarik tangan Anindita dan dia segera membungkuk meminta maaf kepada tuan Antonio karena dia takut tuan Antonio akan memberikan dia hukuman yang lebih parah lagi.

"Ah..ahh... Tuan Antonio maafkan saya dan putri saya dia memiliki sedikit gangguan jiwa tolong maafkan dia tuan Antonio, saya tidak papa meski tidak memiliki bayaran karena saya tahu lukisan itu milik anda yang pernah saya curi juga di masa lalu, maafkan putri saya tuan, tolong bebaskan kami" ucap Doni yang sebaliknya malah membuat Anindita semakin kesal dan merasa aneh.

"Heh... Pria tua kenapa kau malah mengatai aku gila? Aku masih sehat dan waras walaupun aku akan segera mati tapi otakku ini waras dan berpungsi dengan baik, bagaimana bisa kau mengatai aku gila sedangkan aku sudah membelamu barusan, aishh benar-benar tidak tahu diri!" Balas Anindita sambil menggelengkan kepalanya.

Dia berjalan dengan berani mendekati tuan Antonio dan dia langsung berkacak pinggang di depannya dan bicara dengan sangat lantang kepada dia.

"Dan kau... Kau pria yang angkuh dan aku tahu kau dari kalangan atas tapi aku tidak takut dengan siapapun di dunia ini, dengar baik-baik ucapanku aku akan tetap pergi dari sini dengan atau tanpa izin darimu!" Ucap Anindita lalu dia pergi seorang diri keluar dari rumah itu.

Sedangkan Doni yang terperangah membuka matanya dia merasa heran dan bingung namun dia meminta maaf lagi pada tuan Antonio dan segera berlari mengejar putrinya yang menurut dia sangat aneh saat itu.

"A...ahhh... Maafkan putri saya tuan tolong maafkan dia, dan terimakasih sudah membebaskan kami aku sangat berhutang kepadamu, terimakasih tuan..... Anindya tunggu ayah!" Teriak pria itu memanggil Anindita.

Anindita langsung keluar dari sana sambil terus menggerutu kesal dan berdecak tidak ada habisnya karena dia sangat kesal telah bertemu dengan dia orang aneh yang menjengkelkan malam ini padahal uluh hatinya sedang tidak baik-baik saja namun dia masih harus menghadapi dia orang aneh dan menyebalkan tersebut.

"Aishhh... Dasar dua manusia aneh dan menjengkelkan aaarrhkkkk mereka membuat darahku naik saja" gerutu Anindita tiasa habisnya.

Sampai dia merasakan bagian uluh hatinya terasa nyeri dan sakit, dia mulai merasakan penyakit yang dia derita selama ini kembali kambuh, dan rasanya cukup menyakitkan bagi dia hingga Anindita tertunduk dan jatuh ke tanah sambil memegangi dada bagian kanan atas yang terasa sakit.

"A...a..aaahhh... Ada apa dengan penyakit sialan ini, kenapa harus kambuh di saat seperti ini, aaahhh....ini sakit sekali" ringis Anindita memegangi dadanya itu dengan kuat.

Sampai tidak lama Doni datang menghampirinya dan dia langsung membantu Anindita untuk masuk ke dalam mobil.

"Sayang ada apa denganmu? Aaahhh... Kau menyusahkan aku saja apa kau sakit?" Tanya Doni dengan wajah sedikit cemas dan kesal.

Dia segera menggendong Anindita masuk ke dalam mobil dan dia dengan cepat membawanya pulang ke rumah sebab dia tidak bisa membawa Anindita ke rumah sakit, karena tidak memiliki cukup uang untuk hal tersebut.

"Sudah kau beristirahat saja di kamarmu nanti kau akan membaik" ucap Doni lalu segera keluar dari sana.

Meski Doni selama ini tidak pernah mengurusi Anindya namun ketika melihat putrinya sakit seperti itu entah kenapa kali ini dia merasa begitu cemas dan panik bahkan dia tidak bisa merasa tenang karena hal itu, padahal sebelumnya Doni tidak pernah merasakan hal yang seperti itu ketika Anindya sakit sebelumnya.

"Aahh .. kenapa perasaanku mencemakan bocah itu? Dia juga paling kelelahan saja kan?" Gerutu Doni memikirkan Anindita yang dia pikir itu adalah putrinya Anindya.

Sedangkan disisi lain Anindya yang sudah pulang bersama ibunya Anindita dia mendapatkan semua kemewahan dan kasih sayang yang selama ini di dapatkan dan di rasakan oleh Anindita, dia mendapatkan banyak makanan enak dan begitu banyak perhatian dari Oma juga ibunya Anindita.

Sehingga karena dia mendapatkan semua kebahagiaan dan perhatian yang selama ini dia dambakan dia merasa tidak ingin mengatakan yang sesungguhnya kepada ibu Kasih yang menganggap dia sebagai seseorang bernama Anindita.

Hanya saja dia merasa heran karena setiap hari dia selalu di minta untuk meminum sebuah obat yang tidak dia ketahui tersebut sedangkan dia hanya terus saja berpura-pura memakan obat itu padahal dia selalu membuangnya selama beberapa hari ini, dia juga merasa begitu bahagia dan senang sekali karena ibu Masih merawat dia dengan penuh kasih sayang dan dia mendapatkan ke berlimpahan harta juga tinggal di rumah yang sangat mewah.

Sementara Anindita yang asli terus menderita dan dia semakin merasakan sakit di dalam tubuhnya semakin banyak dan mulai merasakan penyakit kanker hatinya itu semakin kerap kambuh dalam beberapa hari ini, wajahnya juga terlihat semakin pucat sedangkan dia hari ini bertemu dengan seorang pria yang begitu memperhatikannya dengan baik dan saat dia melihat tanggal hari ini dia ingat bahwa seharusnya itu adalah tanggal kontrol dia ke rumah sakit menemui dokter Gavin yang sangat dia cintai namun tidak pernah membalas perasaannya selama ini, karena dokter Gavin memilih untuk tidak menikah dan malah memfokuskan dirinya dalam pekerjaannya menjadi seorang dokter.

Mendapatkan banyak perhatian dari seorang pria yang bernama Ben, yang merupakan sahabat dari Anindya sebelumnya.

Anindita yang selama ini selalu mengejar cinta dokter Gavin namun selalu di campakkan kini dia bisa merasakan bagaimana rasanya di cintai oleh seorang kawan jenis, dia di suapi ketika sakit dan dia diajak berjalan-jalan ke tempat yang sangat menyenangkan, dimana sebelumnya dia tidak pernah bisa keluar dari rumah semenjak di vonis mengidap kanker hati.

Hari ini Anindita diajak keluar bermain dengan Ben dan kebetulan saat itu Ben tengah tidak pergi ke perusahaan dan dia mengadakan sebuah pameran seni juga mengajak Anindita untuk melihat lihat pameran seni lukisnya.

Anindita yang sebenarnya tidak menyukai lukisan dan karya seni yang sangat membosankan dia terpaksa mengangguk menyetujui untuk pergi ke sana karena dia hanya ingin bersama dengan Ben.

"Anindya apa kamu senang aku membawamu ke pameran lukisan pertamaku?" Tanya Ben kepada Anindita,

"A..ahh... Aku sangat senang sekali, terimakasih kamu selalu memperhatikan aku, aku sebelumnya tidak pernah memiliki seorang sahabat, apalagi sahabat pria sebaik kamu, aku sangat senang bisa mengenalmu Ben" ujar Anindita sambil memegangi tangan Ben dengan erat dan tersenyum lebar kepadanya.

Disisi lain Ben yang mengira itu adalah Anindya dia merasa sangat senang bahkan pipinya sampai merona karena selama ini dia menyukai Anindya sudah sejak lama tapi dia tidak berani mengungkapkannya sampai saat ini sebab dia takut dengan ayahnya Anindya yang selalu tidak menyukai dia sebab dia hanyalah seorang seniman lukisan.

Ben sangat senang melihat Anindya akhir-akhir ini menjadi sangat aktif dan selalu memeluk dia juga menyentuh tangannya padahal sebelumnya Anindya selalu bersikap malu malu dan selalu sedikit menjaga jarak darinya bahkan Anindya terkadang menolak disaat dia mengajaknya pergi ke luar.

Meski pada awalnya Ben merasa sedikit aneh karena Anindya yang bersamanya saat ini, sangat bertolak belakang dengan Anindya yang dia kenal selama 12 tahun lamanya, walau dia merasa senang dengan perubahan tersebut tetapi dia tetap saja merasa semakin curiga dan heran sebab dia melihat Anindya sama sekali tidak terlalu tertarik ketika dia membawanya ke pameran seni yang selama ini di tunggu-tunggu olehnya.

"Kenapa aku merasa dia bukan Anindya yah? Apa aku menanyakannya saja yah, untuk memastikan?" Gumam Ben memikirkan keanehan itu.

Karena sangat aneh dia pun segera bertanya pada Anindya yang saat itu hanya berjalan-jalan melihat lukisan disana dengan ekspresi yang datar saja.

"Ehhkkmm... Anindya, apa kau tahu sebelumnya bahwa lukisan seni ini aku buat khusus untukmu dan mengenang persahabatan kita" ujar Ben sengaja memberikan pertanyaan itu untuk mengujinya,

"AA..ahhh... Iya tentu saja aku tahu" balas Anindita dengan gugup, karena sebenarnya dia sama sekali tidak tahu apapun tentang itu,

"Kalau begitu apa kamu ingat sudah berapa lama kita bersahabat?" Tambah Ben mulai menanyakannya.

Ben menanyakan pertanyaan itu karena hanya mereka berdualah yang mengetahui hal tersebut, dan hanya Anindya yang asli yang mengetahui hal tersebut dan dia tidak mungkin melupakan hal tersebut sebab Ben tahu betul bahwa Anindya juga menyukainya, walau tidak pernah menunjukkan perasaan dia secara langsung kepadanya.

Suasana menjadi tegang, Ben sudah tidak sabar lagi menunggu Anindya agar menjawab pertanyaan darinya tersebut, sedangkan Anindita kini mulai merasa gugup dan cemas, dia bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan dari Ben, sebab dia sama sekali tidak mengetahui hal itu dan dia tidak tahu apapun tentang perempuan bernama Anindya tersebut, yang sering mereka panggil kepada dirinya selama beberapa hari ini.

Anindita hanya menatapnya dengan linglung dan terus memikirkan berapa jumlah yang harus dia katakan kepada Ben saat itu, dia memegangi tangannya sendiri dan terus merasa bingung.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!