Unlucky Bride (Pengantin Yang Malang)
"Cantik, bertubuh seksi, perawan pula. Jangankan milyaran, triliunan pun dalam genggaman," tutur nyonya Molina dengan gamblang.
Plavius Group bangkrut, tak ingin kembali hidup miskin, ia membujuk sang suami untuk menjual satu-satunya putri mereka.
Tanpa keduanya sadari, ada sepasang manik yang berair kala mendengar perbincangan mereka. Faylan Laurentika Plavius, gadis cantik berusia 17 tahun itu memejamkan mata, berharap sang ayah tidak menyetujui ide gila yang dilontarkan oleh ibu tirinya.
"Ide bagus!"
Bak disambar petir di siang bolong, dua kata yang diucapkan oleh sang ayah, cukup membuat tubuh Faylan bergetar hingga terjatuh ke lantai. Faylan terisak pilu meratapi nasibnya yang selalu berujung menyedihkan.
"Aku tidak bisa begini terus. Ya, aku harus pergi sebelum dijual!"
Faylan menyeka air mata dengan kasar, kemudian bangkit, menyeret paksa sepasang kaki, melesat pergi melarikan diri.
Praang!
Satu vas bunga terjatuh karena tak sengaja Faylan senggol.
"Siapa di sana!?"
Faylan tak peduli, ia kembali berlari sekuat tenaga, keluar dari rumah tanpa sempat mengenakan alas kaki.
Di malam yang sunyi, sepi serta gelap gulita. Faylan terus berlari tanpa tahu arah dan tujuan. Berbekal cahaya rembulan yang berpendar di langit, ia terus berlari menjauhkan diri dari rumah yang sudah seperti neraka baginya.
Tak seberapa jauh di belakang sana, tampak sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan tinggi.
"Tabrak saja!"
Demi uang, apa pun akan dilakukan oleh Redmir Plavius, tak peduli bila harus menabrak putri kandungnya sendiri.
"JANGAN!" cegat nyonya Molina tak ingin kehilangan mesin penghasil uangnya.
Ckit!
Mobil berhenti mendadak, nyonya Molina bergegas turun dari mobil, kemudian mengejar Faylan yang terus berlari di jalanan yang kiri dan kanannya adalah hutan dengan pepohonan menjulang tinggi.
"Faylan! Berhenti kamu!" teriaknya membuat Faylan menoleh ke belakang, ia kaget karena jaraknya dan ibu tiri sudah sangat dekat.
Faylan pun terpaksa membelok arah dan masuk ke dalam hutan, tak peduli dengan luka di kaki akibat duri serta kayu tajam yang menusuknya.
"Argh!"
Sayangnya, Faylan tak sengaja tersandung dan menyebabkan salah satu kakinya terkilir, Faylan pun tertangkap. Nyonya Molina menarik rambutnya kasar hingga Faylan terpaksa bangkit dengan ringisan di wajah.
Sepersekian detik kemudian, dua orang pria berpakaian serba hitam datang dan mengunci pergerakan Faylan. Faylan berontak ingin melepaskan diri, tapi tenaganya tak cukup kuat, ia pun diseret pulang.
Sampai di rumah, Faylan dikunci di dalam sebuah gudang. Entah sudah berapa hari berlalu, ia pun jatuh pingsan karena tak diberikan makan, maupun minum.
Ketika membuka kedua mata, Faylan sudah berada di rumah sakit.
"Kenapa ibu belum juga menjemput Faylan? Sakit, Bu. Faylan Capek," adunya dengan tangisan histeris.
Maria, wanita bisu yang meninggal usai menjadi korban tabrak lari sembilan tahun lalu. Maria adalah ibu kandung Faylan. Setelah Maria meninggal dunia, hanya kesengsaraan yang menemani hari-hari Faylan.
Sore harinya, sang ibu tiri datang lantas membawanya pulang dengan paksa. Faylan pasrah karena melawan pun percuma, ia tak akan pernah menang sekuat apa pun mencoba melawan.
Sampai di rumah, Faylan tak lagi dikunci di gudang sebelumnya. Kali ini, nyonya Molina berbaik hati menempatkannya di kamar. Meski kecil dan sempit, tapi cukup membuatnya merasa nyaman.
Faylan duduk di pinggir ranjang, kedua telapak kaki masih diperban karena terdapat banyak luka, sementara wajahnya pucat pasi seakan tak ada darah yang mengaliri.
Pintu kamarnya terbuka, beberapa pelayan masuk. Ada yang membawa makanan, pakaian, alat make up, dan ada pula yang membawa kotak p3k. Semuanya mendekati Faylan, sementara Faylan masih mematung di tempat semula.
"Kalian mau apa?" tanya Faylan ketika dua orang pelayan membuka perban di telapak kakinya dan ada pula yang menyuapi makan dengan paksa. Sementara dua lainnya memegangi kedua tangan Faylan agar tak membuat perlawanan.
Faylan mengeryit ketika salah satu perban dibuka, padahal luka di telapak kakinya belum kering sempurna.
"Kalian mau membawaku ke mana?"
"Sebaiknya nona patuh agar tidak dimarahi oleh nyonya besar," balasnya membawa Faylan masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku bisa melakukannya sendiri!" Faylan berontak.
"Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan tugas."
Begitu selesai dimandikan hingga wajahnya kembali berseri, Faylan dikenakan lingerie transparan yang jelas mengekspos lekuk tubuhnya yang indah bak gitar spanyol. Belahan dada yang rendah dan bawahan mini yang memamerkan kaki jenjang, semakin memperjelas kesempurnaan lekuk tubuh Faylan.
Faylan duduk di kursi di depan meja rias. Seorang pelayan memberikan riasan tipis karena tanpa make up Faylan memang sudah sangat cantik. Sementara satu pelayan lainnya menata rambut Faylan yang tadinya lurus panjang, kini bergelombang.
Ketika selesai, Faylan dibawa ke ruang tamu. Di sana sudah ada sang ayah dan ibu tiri yang menunggu. Tuan besar Plavius tersenyum smirk, ia tergoda dengan kecantikan dan kemolekan tubuh sang putri.
Di dalam mobil, Faylan hanya memandang ke sembarang arah.
"Kenapa ayah tega menjualku?" tanya Faylan tanpa menoleh.
"Sudah berapa kali aku katakan! Kau itu bukan putriku!" bentak tuan Plavius murka.
Jangan tanya seperti apa perasaan Faylan saat ini, ia hanya berharap tidak ada seorang pun yang membelinya.
Sampai di tempat pelelangan, Faylan menunggu giliran untuk naik ke atas panggung. Faylan sadar, ayah dan ibu tirinya bukanlah satu-satunya manusia kejam di muka bumi ini. Lihatlah, tak hanya dirinya yang dijual oleh keluarga mereka sendiri. Ada banyak gadis tak berdosa yang bernasib sama sepertinya.
Ketika perusahaan bangkrut, menjadikan anak perempuan sebagai penebus hutang seakan sudah menjadi hal yang tabu. Negara Oesteria sedang tidak baik-baik saja.
"Gadis cantik bertubuh seksi yang kalian lihat saat ini adalah putri dari keluarga Plavius. Tuan Plavius membuka harga senilai satu triliun!" seru sang pembawa acara. Faylan hanya berdiri mematung dengan kedua tangan diikat di sebuah tiang.
"Cantiknya memang tidak perlu diragukan. Tapi, untuk harga segitu sepertinya tuan Plavius terlalu percaya diri," ucap seorang pengusaha dengan perut buncitnya.
"Satu triliun? Yang benar saja? Di Oesterian Bar banyak yang seperti ini, hanya 20 juta permalam," sahut lainnya. Gelak tawa pun memenuhi ruangan. Untuk pertama kalinya Faylan justru tersenyum kecil, ia senang bila tidak ada yang membeli dirinya.
"Nona Plavius ini adalah gadis yang masih perawan. Itulah sebabnya tuan Plavius membuka dengan harga yang fantastis!" seru pembawa acara membuat semuanya terdiam.
Di negara Oesteria yang bebas, seorang gadis yang masih perawan adalah sebuah kelangkaan. Dan sesuatu yang langka memang memiliki harga.
"Oke, aku ambil 1 triliun!" tawar seorang pengusaha membuka pelelangan.
"1,1 triliun!" balas lainnya. Faylan menundukkan wajah dengan setetes air mata karena harapannya telah punah.
"10 triliun!" seru seorang pria paruh baya yang membuat seisi ruangan terperangah mendengar harga yang ditawarkan untuk kecantikan, keseksian serta keperawanan seorang nona Plavius.
"Pantas saja kita kalah, itukan Asisten Juan, tangan kanan kerajaan Oesteria," bisik salah satu pengusaha.
"Benar. Tapi, untuk apa kerajaan Oesteria membeli gadis perawan?" sahut lainnya.
"Entahlah, kita dengar saja beritanya nanti."
"Tiga," pembawa acara mulai menghitung mundur.
"Dua!" siapa yang berani menawar harga lebih dari yang ditawarkan oleh pria paruh baya yang tak lain adalah Asisten Juan.
"Satu! Nona Plavius didapatkan oleh tuan Juan!"
Faylan hanya menghela napas panjang, air mata tak lagi mengalir seakan telah kering. Sementara ayah dan ibu tirinya telah pergi dengan mambawa uang 10 triliun. Dengan uang sebanyak itu, sang ayah dapat mendirikan puluhan Plavius grup lainnya dan uang itu tak akan habis hingga tujuh turunan.
Sebelum dibawa, Faylan dikenakan sebuah jas untuk menutupi lekuk tubuhnya yang terekspos. Saat dua orang pengawal itu lengah, saat itu pula Faylan mengambil kesempatan dan melesat pergi melarikan diri.
"Cepat kejar!" seru seorang pengawal.
"Tidak perlu," balas Asisten Juan santai.
Di trotoar jalan raya yang ramai, Faylan terus berlari dan tak peduli dengan pandangan orang-orang yang menatapnya jijik.
Setelah puas berlarian di tengah keramaian, Faylan pun bersembunyi di dalam sebuah mobil yang beruntung tak dikunci oleh sang pemilik.
BRAK!
Faylan menutup pintu mobil dengan sekuat tenaga.
"Siapa kamu?" tanya seorang pria pemilik suara bass yang duduk di balik kursi kemudi.
"Faylan Laurentika Plavius! Saya dijual! Tolong selamatkan saya, Tuan!"
.
.
.
Allison Jois Afson
Faylan Laurentika Plavius
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
mampir ya thor /Smile/
2024-05-08
0
Alesha Jazila_id 🌷🌹
mampir lah aq kak ...👍👍
2023-05-26
0
Ass Yfa
yayaya baby D
2023-03-06
1