Tak ingin ambil pusing, Faylan kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah sambil mendorong sepeda yang rantainya putus. Berhenti di sebuah bengkel pinggir jalan, Faylan memperbaiki rantai sepedanya dengan menggunakan uang terakhir yang ia punya. Sisa uang yang tak seberapa Faylan gunakan untuk membeli beberapa bungkus mie instan.
Setelah sepedanya selesai diservis, Faylan mengayuhnya hingga sampai di rumah. Faylan berjalan gontai sambil menundukkan wajah melewati Allison yang duduk di ruang tamu. Allison melirik Faylan sekilas, lalu kembali fokus pada laptopnya.
Di dalam kamar Faylan membersihkan diri, kemudian bersiap dengan pakaian lusuhnya. Perut yang keroncong menuntun langkahnya hingga tiba di dapur. Beberapa pelayan menyambut dan mempersilahkan Faylan untuk menyantap hidangan yang tersedia di atas meja. Akan tetapi, Faylan tak melakukannya. Ia lebih memilih menyeduh dan menikmati mie instan yang ia beli dengan uangnya sendiri.
"Kenapa nona melakukan ini?" tanya bibi fani menatap Faylan kasihan.
"Tidak apa-apa, Bik. Faylan sudah terbiasa makan seadanya," jawab Faylan.
"Tapi, mie instan tidak baik untuk kesehatan. Katakan nona ingin makanan apa, saya akan segera buatkan."
"Sudah, Bik. Faylan sudah kenyang, lain kali saja, ya," balas Faylan bangkit dari duduknya karena telah menghabiskan makan malamnya.
"Sudah larut malam, Faylan sangat mengantuk. Kalau begitu selamat malam bik," ucap Faylan melenggang pergi menuju kamarnya.
"Nona terlalu keras kepala," ungkap bibik Fani menatap kepergian Faylan dengan helaan napas yang panjang.
***
"Hallo, Buk," sapa Faylan mengangkat panggilan dengan cepat.
"Maaf ibu mengganggu waktu istirahatmu, Nak."
"Tidak apa-apa, Buk. Kebetulan Faylan tidak bisa tidur. Kenapa ibu menghubungi Faylan malam-malam begini? Apa sesuatu terjadi?" tanya Faylan khawatir.
"Ibu tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi, Nak."
"Apa yang terjadi, Buk?" Faylan semakin khawatir.
"Adik-adikmu, Nak. Mereka belum makan seharian. Semua uang yang didapat oleh Olivia, Daisy dan Alexa telah direbut oleh gangster elang, mereka datang dan mengacaukan panti," tuturnya dengan isakan tangis yang terdengar begitu memilukan.
"Faylan segera ke sana sekarang!" balas Faylan langsung menutup panggilan dan berlari keluar dari kamarnya.
Faylan pergi ke ruang tamu menemui Allison untuk meminjam uangnya. Saat tiba di hadapan Allison, Faylan justru bingung harus berkata apa, lidahnya mendadak kelu.
Melihat kedatangan Faylan, Allison meminta asisten Juan untuk pergi meninggalkannya dan Faylan. Usai kepergian asisten Juan, Allison bangkit dari duduknya, kemudian melangkah mendekat pada Faylan.
"Apa?" tanyanya singkat. Faylan mengangkat wajahnya, menatap mata elang milik Allison.
"Uang, bisakah tuan meminjamkan saya uang? Saya berjanji akan mengembalikannya," ucap Faylan setelah berperang melawan hatinya.
"Jangan harap bisa memanfaatkanku," balas Allison langsung membalikkan badan.
"Saya mohon," Faylan menahan pergelangan tangan Allison.
"Aku akan memberikanmu uang, tapi harus ada jaminannya?" ucap Allison dengan seringai'an di bibir tipisnya.
"Apa yang tuan inginkan?"
"Bagaimana dengan tubuhmu?"
Faylan mengepalkan kedua tangannya dengan erat, napasnya berpacu dengan cepat. Tak ingin kehilangan harga diri di hadapan Allison, Faylan langsung pergi meninggalkan Allison seorang diri.
Di dapur.
"Ada apa nona? Apa nona ingin makan sesuatu?" tanya bibik Fani yang tengah melakukan tugasnya yang sedikit lagi akan selesai.
"Saya ingin pinjam uang, Bik. 300 ribu saja. Saya berjanji akan mengembalikannya secepat mungkin."
"Tentu akan saya pinjamkan. Tapi, kalau boleh tahu untuk apa nona uang itu?" tanya bibi Fani penasaran.
"Untuk adik-adik saya di panti asuhan, Bik. Mereka belum makan apa pun seharian," balas Faylan dengan cepat.
"Astaga, ini nona. Ambillah dan tidak perlu dikembalikan," bibik Fani mengulurkan uang sejumlah 500 ribu kepada Faylan.
"Tapi, tuan muda harus—"
"Terima kasih banyak, Bik. Saya harus pergi sekarang juga!" potong Faylan langsung berlalu pergi.
Bibik Fani yang khawatir turut berlari menyusul Faylan hingga sampai ke ruang tamu. Melihat sang tuan muda yang masih di ruang tamu bersama dengan asisten Juan, bibik Fani segera menghampiri.
"Tuan, Nona pergi. Saya takut terjadi—"
"Apa peduliku!" potong Allison bangkit dan kembali ke kamarnya.
Yang dilakukan berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan. Itulah yang dilakukan oleh seorang Prince Allison Jois Afson. Meski berkata tak peduli, tapi diam-diam ia pergi menyusul Faylan dengan menggunakan mobil mewahnya.
"Ke mana dia akan pergi?" tanya Allison pada dirinya sendiri. Ia menjaga jarak dengan Faylan yang mengayuh sepedanya di depan sana.
"Sial! Apa yang aku lakukan?!" umpat Allison saat baru menyadari apa yang kini ia lakukan.
Allison menginjak rem ketika melihat Faylan berhenti dan berbincang dengan seorang pria muda nan tampan di seberang sana. Allison menggertakkan gigi dan memukul stir kemudi tanpa sadar.
"Bodoh! Untuk apa aku di sini?!" kesal melihat pemandangan itu, Allison langsung putar balik.
.
.
.
Jangan lupa komentar dan bintang limanya, Guys. Terima kasih banyak 🙏🏻😍🥰
Allison Jois Afson
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Erina Munir
kok jdi kaya gitu sifatnya...castin masih hidup apa ya juga cloana...kok sifatnya jelej banget
2025-01-19
0
💗vanilla💗🎶
hari yg berat ya fay
2024-05-09
0
Nor Azlin
bilang aja kamu suka sama fay kan senang ...jangan sok jual mahal kamu nya 😂😂🥰
2023-03-24
1