"Faylan Laurentika Plavius! Saya dijual! Tolong selamatkan saya, Tuan!"
Tanpa membalas perkataan Faylan, pria dengan punggung kekar yang duduk di balik kursi kemudi langsung melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Faylan menjatuhkan kepalanya ke sandaran kursi, ia menghela napas lega karena akhirnya berhasil melarikan diri.
"Ssshh," Faylan mendesis akibat ac mobil berhembus mendinginkan tubuhnya yang hanya berbalut kain tipis. Faylan meringkuk, memeluk diri dengan erat berharap tetap hangat.
Beberapa menit kemudian, mobil pun sudah menjauh dari lokasi kejadian.
"Terima kasih atas tumpangannya, saya ingin berhenti di sini saja, Tuan," pinta Faylan.
Tak ada sahutan, mobil justru melaju semakin kencang. Faylan mulai gelisah.
"Hentikan mobilnya, saya mohon!" pinta Faylan lagi, tapi mobil tak juga dihentikan.
Faylan yang panik mencoba membuka pintu dan jendela mobil, tapi tidak bisa karena dikunci otomatis.
"Siapa anda?" tanya Faylan, tapi sang pria masih membisu.
Faylan bangkit, lalu maju ingin memeriksa siapa sosok kekar dengan suara bass di kursi kemudi.
Ckit!
Bruk!
Faylan tersungkur ke depan, darah segar mengalir dari keningnya yang terbentur bagian sudut mobil yang tajam, Faylan membenarkan posisi, tersungkur membuatnya berpindah ke kursi samping kemudi.
Faylan mendongak sambil memegang keningnya yang berdarah. "Tu ... tuan A ... Allison," ucap Faylan terbata karena terlalu kaget dengan sosok pria di sebelahnya.
Allison Jois Afson, tentu Faylan mengenali sosok pangeran tampan kerajaan Oesteria. Paras tampan itu sering menghiasi layar televisi, majalah maupun koran.
Berita tentangnya selalu menjadi tranding topik di berbagai media. Sosoknya yang sempurna dikagumi banyak kaum hawa.
"Turun!" tegas suara bass itu membuat siapa pun merinding mendengarnya.
Faylan menoleh ke luar jendela, kemudian turun dari mobil sesuai perintah Allison. Faylan mendongak, menatap kagum bangunan bergaya kastil di hadapannya saat ini.
"Apa ini istana?" monolog Faylan bertanya pada diri sendiri.
"Ikut aku!" bak terhipnotis, suara bas milik Allison membuat Faylan patuh mengekor di belakangnya.
Faylan menelisik, memperhatikan interior bangunan yang super mewah. Entah asli atau tidak, tapi dinding, atap maupun lantai berwarna terang keemasan. Faylan terus menatap kagum.
"Selamat datang, Tuan Allison," sambut Asisten Juan membungkukkan badan.
Allison terus melangkah dan duduk di sofa yang tersedia. Sementara Faylan membatu, otot-otot tubuhnya melemas, lidahnya terasa kelu, bahkan keringat dingin membasahi kain tipis yang membalut tubuh indahnya.
Ibarat keluar dari mulut harimau, lalu masuk ke mulut singa. Lepas dari Asisten Juan, Faylan justru masuk perangkap prince Allison.
"Selamat datang, Nona Plavius," Asisten Juan tersenyum kecil.
Faylan meremas jemari hingga memutih, kemudian membalikkan badan akan melarikan diri lagi. Tapi sayang, gerakannya kalah cepat dengan dua orang pria berwajah sangar bertubuh kekar yang kini mencengkram kedua lengannya.
Faylan berusaha berontak ketika dibawa dan dipaksa duduk di sofa di hadapan Allison.
Tahu siapa lawannya, Faylan pun enggan berontak lagi. Ia menjatuhkan tubuh, berlutut dan memohon di hadapan Allison.
"Tuan Allison adalah seorang pemimpin di negari ini, saya hanyalah salah satu dari rakyat kecil anda. Jadi, mohon lepaskan saya," pinta Faylan sambil menyatukan kedua tangan, berharap Allison mau melepaskannya.
"Boleh saja, asal kembalikan 10 triliunku," Allison berucap dengan arogant.
Faylan menengadah, menatap Allison dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga, Faylan berusaha membendung air matanya.
"Apa yang anda inginkan dari saya, Tuan?" tanya Faylan pada akhirnya menyerah.
Menjual nyawa sekalipun, belum tentu ada yang mau membelinya dengan harga 10 triliun. Faylan merasa takut, entah akan diapakan dirinya dengan harga setinggi itu.
"Jadilah Unlucky Bride-ku," ucapnya lugas dan santai.
Faylan langsung menggeleng cepat, "Tidak, saya tidak mau! Lebih baik tuan jadikan saya budak, daripada Unlucky Bride!" Faylan menolak dengan tegas.
10 Triliun jelas tidak ada apa-apanya, bila harus menjadi Unlucky Bride. Unlucky Bride adalah gadis yang akan dijadikan tumbal tradisi kerajaan Oesteria. Di mana Faylan akan dinikahi, sebulan kemudian diceraikan. Setelah menjadi janda, Faylan akan diasingkan ke pelosok hutan dan seumur hidup diharamkan menikah lagi.
Allison memetik jari dan layar televisi berukuran 144 inch menyala, menampilkan seorang anak laki-laki yang terbaring lemah di atas brankar.
"Jangan! Jangan libatkan adikku!" jerit Faylan bangkit ingin menerkam Allison.
Tapi, lagi dan lagi usahanya gagal. Kedua pengawal lebih dulu menahannya.
"Jangan, Tuan. Adik saya tidak bersalah, jangan libatkan dia, saya mohon," Faylan kembali berlutut. Kali ini ia menangis sejadi-jadinya. Tembok pertahanan roboh kala tak kuasa melihat kondisi sang adik di dalam sana.
"Kalau begitu patuh dan jadilah Unlucky Bride-ku," tawar Allison lagi. Faylan pun menganggukkan kepala dengan cepat. Allison tersenyum puas.
***
Menjadi duda sebelum genap berusia 28 tahun adalah tradisi yang harus dilakukan oleh seluruh keturunan bangsawan, khususnya laki-laki. Tradisi itu dipercaya dapat menghindari negara Oesteria dari kutukan. Jika tidak dilakukan, maka negara Oesteria akan dilanda kesialan secara terus menerus.
"Aku bersedia! Aku akan mencintainya, menyayanginya, menghiburnya, menghormatinya, melindunginya walau dalam kondisi baik atau buruk, kaya atau miskin, sehat atau sakit, bahagia atau sedih, selamanya setia padanya sampai maut memisahkan!"
Janji suci nan sakral itu diucapkan serentak di hadapan pendeta, tak hanya Allison saja. Tapi, juga ketiga sahabatnya yaitu Melvin Torres, pewaris keluarga Torres. Castillo Fidelyo, pewaris keluarga Fidel. Dan Shanan Reyes, pewaris keluarga Reyes.
Faylan menoleh pada tiga gadis yang juga bernasib sama sepertinya. Yang membuatnya sakit hati adalah karena Faylan mengenali tiga gadis berusia lebih muda darinya. Faylan tak habis pikir, bagaimana mungkin mereka setega itu menjadikan anak panti sebagai Unlucky Bride.
Olivia, Daisy dan Alexa. Tiga gadis berusia 16 tahun yang sudah Faylan anggap seperti adik sendiri.
Usai pengucapan janji suci, Faylan, Olivia, Daisy dan Alexa dibawa keluar dari istana. Acara selanjutnya adalah upacara iring-iringan, memperkenalkan mereka kepada seluruh masyarakat Oesteria.
Di luar sana, kerumunan rakyat Oesteria sudah menanti kedatangan mereka. Faylan dan ketiga gadis lainnya berdiri sejajar. Faylan berada di tengah-tengah.
"Kenapa kalian bertiga bisa sampai di sini?" tanya Faylan sambil menyeka air matanya.
"Tidak masalah, Kak. Mereka memberi kami banyak uang, anak-anak tidak akan kelaparan," Olivia tersenyum kecut.
"Ya Tuhan," air mata Faylan tak lagi terbendung.
Di belakang mereka, ada empat pengantin pria yang masing-masing menaiki kuda. Allison berada di tengah-tengah.
"Upacara apa ini?" Shanan menggelengkan kepala.
"Aku merasa seperti orang bodoh yang dibodohi," lanjut Castillo.
"Sulit untuk merubah tradisi ini. Jangankan masyarakat, petinggi kerajaan yang katanya pintar dan cerdas nyatanya juga gampang dibodohi," Melvin ikut menimpali.
Saat sudah berada di tengah-tengah kerumunan rakyat, mereka pun berhenti. Hal yang sama juga dilakukan oleh Faylan, Olivia, Daisy dan Alexa.
Rakyat Oesteria bersorak, kemudian melempari keempat Unlucky Bride dengan telur, tepung, botol minuman bahkan juga ada yang melempari mereka batu.
Faylan berusaha melindungi ketiga adiknya, mereka berempat hanya menangis saling menguatkan.
"Allison, lakukan sesuatu!" seru Shanan tak tega.
Bukannya menolong keempat gadis yang masih dilempari, Allison justru pergi begitu saja. Sementara Melvin turun dari kudanya.
"Hentikan!" bentak Melvin dan rakyat Oesteria berhenti melempari Faylan dan ketiga adiknya. Melihat aksi sang sahabat, Castillo dan Shanan juga turut membantu.
Mereka membawa keempat Unlucky Bride masuk kembali ke dalam istana utama. "Kau baik-baik saja?" tanya Melvin pada Faylan, Faylan pun menganggukkan kepala.
"Bawa mereka semua ke kamar," titah Melvin kepada pelayan.
"Baik, Tuan."
***
"Kenapa tidak tinggal di sini saja, Sayang?" tanya ratu Diona yang masih tampak cantik diusia yang sudah menginjak 65 tahun.
"Allison butuh privasi, Nek," jawabnya singkat. Ratu Diona hanya menghela napas panjang.
"Sering-seringlah berkunjung," balas raja Altan.
"Baik, Kek."
Usai berpamitan, Allison langsung membawa pergi Faylan menuju spring mansion. Di dalam mobil, Faylan terus mengkhawatirkan nasib ketiga adiknya yang akan tinggal bersama dengan suami mereka masing-masing.
Malam itu, Allison membawa Faylan kembali ke bangunan bergaya kastil yang sempat Faylan kira istana kerajaan.
"Bawa dia ke kamar, pinta pelayan untuk membantu menyingkirkan bau amis dari badannya," perintah Allison kepada Asisten Juan.
"Baik, Tuan."
"Saya bisa melakukannya sendiri, Tuan Son," balas Faylan menghentikan langkah Allison. Allison membalikkan badan, menatap Faylan dengan tajam.
"Saya tidak bermaksud menjelekkan nama tuan. Hanya saja, nama asli tuan terlalu panjang, jadi saya ambil ujungnya saja, hehe ...."
Allison melangkah mendekati Faylan hingga tubuhnya mentok di dinding beton rumah. Faylan berusaha menahan dada bidang Allison sambil berkata, "Tuan mau apa?"
"Dimandikan pelayan atau aku yang mandikan?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Erina Munir
nurut ajjah deeh faylan...drpda boncos..yaah tpi teteo boncoz juga sih nntinya
2025-01-19
0
Nor Azlin
hanya di dunia halu aja kayak nya ni😂😂 di dunia nyata mana mungkin ada mbak itu udah melanggar etika kemanusiaan...ini semua hanya ada di dunia author yang tau apa hukumnya & peraturan nya 🥰🥰🤣🙏
2023-03-24
0
Teh Yen
duh jahat banget yah kok.pengantin perempuannya malah d lempari telur terigu dll nya dmn letak kemanusiaan warga oesteria
2023-03-05
0