Bab 03 ~ Gadis itu harus MATI!

"Dimandikan pelayan atau aku yang mandikan?" suara bass sedalam lautan itu seakan mampu menusuk jantung Faylan hingga kesulitan menelan saliva.

"Pelayan! Saya mau dimandikan pelayan saja, Tuan Son!" balas Faylan dengan cepat. Allison tak lagi menekannya.

"Patuhlah!" Faylan menganggukkan kepala. Allison pun pergi menuju ruang kerjanya.

Faylan menatap punggung kekar suaminya hingga tak lagi tampak. Faylan masih tak percaya bahwa kini ia sudah menjadi seorang istri. Tapi, bukan istri yang sesungguhnya, melainkan hanya istri mainan yang akan dibuang bila sudah habis masanya.

"Mari ikut saya, Nona Fay," ajak Asisten Juan.

"Faylan, Tuan."

"Terlalu panjang, saya ambil awalnya saja," balas Asisten Juan dengan sopan.

"Apa dia balas dendam untuk tuannya?" batin Faylan sambil mengekor di belakang Asisten Juan.

Rumah itu sangatlah luas. Faylan berjalan melewati ruangan demi ruangan dengan banyaknya tiang-tiang besar. Langkahnya berhenti ketika sudah berada di depan sebuah lift. Asisten Juan mempersilahkan Faylan masuk.

Ting!

Lift terbuka, Faylan keluar dan kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di depan sebuah pintu baja setebal lima sentimeter.

"Silahkan masuk, Nona Fay," Asisten Juan mempersilahkan Faylan masuk ke dalam kamar yang sangat luas dengan dinding dan lantai berlapis emas. Faylan menggelengkan kepala melihat seberapa kayanya kerajaan Oesteria.

Semua yang menempel di rumah itu adalah uang. Tampaknya Allison tak tahu bagaimana nasib anak-anak di panti yang sering menahan lapar. Ingin rasanya Faylan congkel dinding itu, kemudian ia jual dan uangnya akan ia berikan kepada ibu panti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Tuan Son tidak akan tidur sekamar dengan saya, bukan?" Faylan bertanya memastikan.

"Mansion ini adalah milik Tuan Allison. Itu artinya, Tuan Allison bebas memilih untuk tidur di mana pun, termasuk di kamar Nona Fay," terang Asisten Juan.

Apa yang dikatakan Asisten Juan tidak pula salah. Faylan menghela napas panjang, ia berharap Allison tidak akan tidur sekamar dengannya. Ia juga berharap Allison tidak meminta haknya sebagai seorang suami. Faylan menggelengkan kepala dengan kasar kala memikirkan hal mengerikan itu.

"Kalau sudah tidak ada lagi yang ingin nona tanyakan, saya akan panggil pelayan untuk membantu nona."

"Pelayan wanita?" tanya Faylan.

"Nona Fay mau pelayan laki-laki?" tanya balik Asisten Juan.

"Tidak! Pelayan wanita saja!"

"Baiklah, Nona Fay."

Setelah kepergian Asisten Juan, Faylan mulai melangkah memasuki kamarnya. Ia menjatuhkan tubuh dan duduk di pinggir ranjang. Faylan merasai kasur empuk yang ia duduki. Senyaman apa pun itu, kamar itu tetap akan menjadi neraka baru baginya.

Pintu kamarnya diketuk perlahan, kemudian masuklah seorang pelayan wanita paruhbaya. Faylan membatu, ia merasa tak nyaman tubuhnya dilihat oleh siapa pun, termasuk seorang pelayan wanita. Saat pelayan mendekat, Faylan menundukkan wajah dalam.

"Jika nona merasa tidak nyaman, nona boleh mandi sendiri. Gunakan sabun dan shampo ini untuk menghilangkan bau amis dari tubuh nona."

Mendengar itu, Faylan mendongak menatap sang pelayan dengan senyum manis di bibir sensualnya. Faylan tak menyangka ada seorang pelayan baik di rumah sebesar itu. Andai pelayan di rumahnya juga baik, mungkin Faylan tak akan terlalu menderita.

"Terima kasih banyak, Bu. Saya kira di rumah ini tidak ada orang baik, hampir saya putus asa," balas Faylan berterima kasih.

"Bibik, panggil saya Bibik saja," balas sang pelayan ramah.

"Baiklah, Bik. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama, nona harus mandi sekarang sebelum tuan datang," ujarnya membuat Faylan kelabakan masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat.

Sesaat setelah berada di dalam kamar mandi, Faylan kembali berteriak berterima kasih. Sang pelayan menggelengkan kepala tersenyum simpul.

Sekitar 30 menit berkutat di dalam kamar mandi, Faylan pun keluar dari dengan handuk mini menggantung di tubuh seksinya.

"Bagaimana, Bik? Tidak bau amis lagi, kan?" tanya Faylan mendekatkan tubuhnya pada sang pelayan.

Pelayan paruh baya itu tak fokus pada aroma dari tubuh Faylan. Matanya justru menatap Faylan iba, kala melihat ada banyak bekas memerah, keunguan bahkan ada kulit yang robek.

Pelayan meminta Faylan duduk, ia pun duduk dengan kebingungan. Faylan bertanya-tanya, mungkinkah bau amis dari tubuhnya belum juga hilang? Padahal Faylan sudah menghabiskan sebotol sabun dan juga shampo.

Faylan tertegun kala melihat sang pelayan mengambil kotak p3k, lalu mengobati luka di sekujur tubuhnya, termasuk keningnya yang membengkak.

"Tubuh nona sangat indah dan sempurna, sayangnya ada banyak luka. Apa nona tidak merasa sakit?"

Bukannya menjawab, Faylan justru menitikkan air mata. Sudah terbiasa diperlakukan tak baik oleh orang-orang di rumahnya, menjadikannya amat sensitif bila ada yang peduli padanya.

"Nona kenapa? Apa obat ini membuat Nona merasa sakit?" tanya sang pelayan khawatir.

Faylan langsung memeluk pelayan dengan erat, lalu berkata, "Semenjak ibu meninggal, tidak pernah seorang pun bertanya apakah saya merasa sakit. Saya bahkan tidak peduli pada luka-luka ini, terima kasih karena Bibik telah bertanya," tutur Faylan terisak.

"Nona sangat cantik, jadi jangan menangis lagi."

Perkataan itu membuatnya teringat akan almarhum sang ibu. Tubuh Faylan pun bergetar dan lagi-lagi air matanya mengalir deras tak bisa ia kendalikan.

Kecantikan serta kemolekan tubuh Faylan didapat dari sang ibu. Sama sepertinya, kecantikan dan kemolekan itu justru menjadi boomerang yang menghancurkan mereka. Faylan ingin menjadi gadis biasa, yang penting bisa hidup tenang tanpa penderitaan yang terus berdatangan tanpa henti.

"Saya adalah Unlucky Bride, Bibik tidak takut terkena sial?"

"Saya tidak percaya dengan lelucon itu. Ini, kenakan lingerie ini, sebentar lagi tuan Allison akan datang." Faylan menerima lingerie seksi itu.

"Sebenarnya taun Allison adalah pria yang baik. Nona hanya perlu patuh padanya," pesan sang pelayan, kemudian keluar dari kamar, meninggalkan Faylan seorang diri.

"Setidaknya ada Bibik yang baik di rumah ini. Kamu harus kuat Faylan, kamu pasti bisa! Kamu tidak boleh menyerah!" Faylan menyemangati dirinya sendiri, kemudian membentang lingerie seksi yang diberikan padanya.

"Baju kurang bahan ini lagi," gumamnya langsung berdiri dan mengenakannya. Faylan naik ke atas ranjang, menyembunyikan tubuh seksinya di balik selimut.

Tak lama kemudian, pintu kamar dibuka, masuklah seorang pria tampan jelmaan pangeran disney yang nyata. Dari ujung kaki sampai ujung rambut, Allison memang sangat sempurna.

Garis wajahnya persis seperti patung dewa yunani, mata sipit dengan netra biru terang, hidung lancip serta bibir tipis kemerahan. Tingginya mencapai 190 cm, disempurnakan oleh otot-otot yang besar dan keras. Jangan lupakan suara khas sedalam lautan. Kaum hawa mana yang tidak tertarik pada kesempurnaannya?

Lihatlah bagaimana Faylan menelan saliva, menggelengkan kepala, mengerjabkan mata, menyadarkan diri karena hampir terhipnotis oleh ketampanan Allison.

Semakin dekat Allison melangkah, semakin cepat pula detak jantung Faylan. Allison duduk di pinggi ranjang tanpa mengalihkan pandangan dari Faylan, pasangan netra mereka saling bertautan erat.

"Tu-tuan mau apa?" Faylan menahan selimut disaat Allison ingin menarik selimutnya.

"Sebenarnya taun Allison adalah pria yang baik. Nona hanya perlu patuh."

Perkataan sang Bibik membuat Faylan langsung melepaskan genggamannya. Faylan membiarkan Allison menyingkirkan selimut hingga tampaklah tubuhnya, Faylan berusaha menutupi dengan telapak tangan seadanya.

Allison menatap tubuh Faylan lama, setelah itu ia bangkit, lalu melemparkan selembar kertas yang di pres ke wajah Faylan.

"Apa ini, Tuan Son?"

"Kau bisa baca?"

"Bisa, Tuan." Faylan pun mulai membacanya satu persatu.

"Patuhi semua peraturan itu!" tegas Allison akan pergi.

"Tunggu!" cegat Faylan. Allison membalikkan badan.

"Peraturan yang ini, Tuan. Di sini tertulis saya tidak boleh ke luar dari rumah. Lalu, bagaimana kalau saya mau sekolah?"

"Ya sekolah saja." balas Allison melenggang pergi.

"Apa peraturan ini dibuat untuk dilanggar?" tanya Faylan tak mengerti.

Usai menyerahkan selembar kertas berisi peraturan, Allison pun pergi. Faylan menghela napas lega. Mengingat besok ia harus pergi sekolah, mau tidak mau Faylan menghubungi sang ayah dengan menggunakan ponsel jadulnya. Faylan meminta untuk dikirimkan sepeda serta seragam sekolah. Meski harus memohon, tapi Redmir benar-benar mengirimkan barang-barang putrinya itu. Tak hanya sepeda dan seragam sekolah. Tapi, juga baju-baju lusuh milik Faylan.

***

Keesokan harinya, Faylan telah siap dengan seragam, tas lusuh serta sepeda ontelnya kesayangan peninggalan almarhum ibunya.

Tak seberapa jauh darinya, tepatnya di dalam mobil lamborghini keluaran terbaru berwarna putih, tampak Allison sedang memperhatikan Faylan yang mulai menaiki sepedanya.

"Nona akan berangkat sekolah, Tuan." lapor Asisten Juan yang duduk di kursi kemudi.

"Catat berapa kali dia melanggar peraturan dalam sehari," titah Allison tersenyum smirk.

"Baik, Tuan."

"Ikuti dia," Allison kembali memberi titah. Asisten Juan mulai melajukan mobil mengekor di belakang Faylan yang mengayuh sepeda ontelnya menuju sekolah.

Setelah mamastikan Faylan memasuki sekolah, barulah Allison melanjutkan kembali perjalanan menuju perusahaan.

***

Di suatu negara, tempat di mana Tuan Torres tengah menikmati liburan bersama dengan para wanitanya. Bahkan, ia tak peduli dengan Melvin, putra semata wayangnya yang tengah menjalani tradisi di kerajaan Oesteria.

Perjalanan bisnis menjadi alasannya untuk bersenang-senang. Meski begitu, Tuan Torres dikenal sangat mencintai istrinya. Ia dicap sebagai laki-laki bucin yang akan melakukan apa pun demi istrinya. Hanya saja ia tak bisa menghentikan kebiasaannya. Bila topengnya dilepas, maka ia akan menjadi sosok yang berbeda.

"Masih hidup?"

"Benar, Tuan. Dan sekarang dia menjadi Unlucky Bride-nya Prince Allison."

"F U C K! REDMIR PLAVIUS, BERANINYA KAU MEMBOHONGIKU!"

Semua alat yang ada di atas meja berakhir mengenaskan usai tuan Torres sapu dengan tangan kekarnya.

"Bagaimana pun caranya, gadis itu harus MATI!"

.

.

.

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

kenapaa yaa

2025-01-19

0

Teh Yen

Teh Yen

ada apa dengan tuan Torres knp dia menginginkan fayl mati

2023-03-05

1

Sony Sondang

Sony Sondang

ada apa dengan torres sampe mengingikan fay meninggal🤔

2023-03-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!