Bab 04 ~ Dipecat

"Mana Unlucky Bride?" tanya seorang murid yang datang dari kelas lain. Faylan yang duduk di kursi sambil membaca buku seketika mengangkat wajah, ia kaget ketika semua murid menunjuk ke arahnya.

"Lepaskan aku!" Faylan berontak saat diseret dengan paksa hingga sampai ke atap gedung sekolah. Ada banyak murid turut menyaksikan.

"Apa yang ingin kalian lakukan? Lepaskan aku!" teriak Faylan berusaha melepaskan diri. Tapi, tenaganya tak cukup banyak untuk melawan para murid yang mengerumuninya.

"Pergi dan jangan pernah datang ke sekolah ini lagi!" tegasnya membuat Faylan tersenyum kecut, ia tak lagi berontak.

"Kau itu sudah buruk rupa dan menjijikkan, dijual, dibeli, kemudian dijadikan Unlucky Bride. Kau terlahir untuk menjadi sial. Pembawa sial tidak boleh berada di sekolah ini!" sahutnya disetujui oleh murid lainnya.

"Apa hak kalian melarangku sekolah?" tanya Faylan dengan berani.

"Ayahku adalah investor di sekolah ini."

"Kalau begitu memohonlah pada ayahmu untuk mengeluarkanku dari sekolah ini. Kenapa? Kamu takut karena suamiku juga investor di sekolah ini?" lanjut Faylan tak ingin kalah. Ia tahu Allison juga salah satu investor terbesar di sekolahnya.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Faylan, rasa perih dan panas berusaha Faylan tahan. Ia sengaja tersenyum miring agar tak terlihat lemah di hadapan para pem-bully.

"Kau itu hanya seorang Unlucky Bride. Kau pikir tuan muda Allison peduli pada ja lang buruk rupa sepertimu?" bentaknya murka.

"Keluar dari sekolah atau kami semua akan membuatmu hidup menderita!" lanjutnya lagi.

Bibir Faylan bergetar kala menahan air mata agar tak lolos. Ia masih keukeuh untuk terlihat kuat agar tak semakin tertindas. "Kalian tahu aku adalah seorang Unlucky Bride. Apa peduliku pada penderitaan? Aku tak takut kehilangan nyawa jika membalas dendam," ancam Faylan berhasil membuat kedua murid langsung melepaskannya.

"Dasar Unlucky Bride pembawa sial!" ejek mereka berangsur pergi meninggalkan Faylan seorang diri di atap gedung sekolahnya.

Faylan menjatuhkan tubuhnya kasar ketika semua murid telah meninggalkannya. Air mata yang tadi ia bendung kini mengalir deras. "Sampai kapan aku akan hidup seperti ini Tuhan?"

Bagaimana tidak lelah? Sekolah yang saat ini ia tempati adalah sekolah barunya yang ketiga. Sebelumnya Faylan bersekolah di sekolah populer di Oesteria karena mendapat beasiswa. Tapi, Faylan memutuskan untuk pindah karena lelah terus dibully.

Akan tetapi, pindah sekolah tak membuatnya lepas dari bullying. Tapi setidaknya bully yang ia terima kali ini tak separah yang dilakukan saat berada di sekolah pertama dan juga kedua.

***

Pulang sekolah Faylan tak langsung kembali ke rumah, melainkan pergi bekerja paruh waktu di sebuah restoran cepat saji yang cukup terkenal di kota Oesteria. Ketika sampai, Faylan mengganti pakaian dengan cepat. Ia langsung disibukkan dengan berbagai pekerjaan tanpa sempat makan siang terlebih dahulu.

Karena sudah memasuki jam makan siang, restoran pun diramaikan oleh banyak pengunjung yang datang silih berganti. Ada begitu banyak pesanan yang harus Faylan antarkan ke setiap meja. Faylan bekerja dengan menggunakan masker, karena itulah tak seorang pun yang mengenali bahwa ia adalah seorang Unlucky Bride.

"Aw!" teriak histeris seorang pengunjung yang terkena siraman kopi panas yang tak sengaja Faylan jatuhkan karena terpeleset.

"Ma-maaf nyonya, sa-saya tidak sengaja," ucap Faylan memohon maaf.

Bruk!

Tubuh Faylan terjatuh ke lantai usai didorong kasar oleh seorang pria yang tak lain adalah suami dari wanita yang terkena siraman kopi.

"Kau pikir kata maafmu bisa membuat wajah istriku tidak melepuh! Aku akan menuntutmu dan restoran ini kalau sampai terjadi sesuatu pada wajah istriku!" ancamnya langsung membawa istrinya pergi ke rumah sakit.

Semua pengunjung menatap Faylan dengan tatapan merendahkan. Salah satu dari mereka mendekat dan mengulurkan tangannya untuk Faylan. Faylan menengadah, menatap seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas.

Faylan tak menerima uluran tangan kekar pria itu, ia berusaha berdiri sendiri. "Faylan, kamu dipanggil pak Liam tu!"

Mendengar panggilan itu, Faylan langsung melangkah menuju ruangan pak Liam yang tak lain adalah manager restoran. Sebelum mengetuk pintu, Faylan menghela napas panjang terlebih dahulu karena sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tok, tok, tok!

"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam ruangan. Faylan memutar ganggang pintu yang tak dikunci, kemudian masuk ke dalamnya.

"Kemarilah!" titah pak Liam dengan kening yang berkerut. Faylan mendekat dan berdiri di hadapan pak Liam yang tetap duduk di singasananya.

"Kamu tahu apa kesalahanmu?" Faylan mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu pergilah, kamu dipecat!" .

Tubuh Faylan bergetar hebat, lagi dan lagi ia menahan tangisannya. Sulit baginya melepas satu-satunya pekerjaan yang mau menerima dirinya. Akan tetapi, ia sadar atas kesalahan yang sudah ia lakukan.

"Jangan berharap gaji, karena gajimu bulan ini akan digunakan untuk mengganti rugi biaya rumah sakit pengunjung yang kau lukai," lanjutnya lagi, Faylan mengumpat kecerobohan yang ia lakukan.

"Apalagi yang kamu tunggu? Pergilah atau kau mau mendekam di penjara!" bentaknya membuat Faylan langsung pergi. Sebelum keluar dari restoran, Faylan mengambil tasnya di laci, kemudian pergi ke kamar mandi dan mengganti baju.

Di dalam kamar mandi, Faylan menangis sejadi-jadinya. Ia bersedih karena harus merelakan kehilangan hasil keringat bahkan darahnya selama sebulan. Faylan sangat berharap karena hari ini seharusnya ia akan menerima gajinya. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Ia tak hanya kehilangan gaji yang sudah ia tunggu lama, tapi juga kehilangan satu-satunya pekerjaan yang ia punya.

Puas menangis hingga matanya membengkak, Faylan segera keluar dari kamar mandi. Ia baru sadar bahwa telapak tangannya juga melepuh karena tersiram kopi panas.

Tiba di luar restoran, Faylan membalikkan badan, menatap restoran yang selama ini menjadi ladang penghasilannya. Faylan bingung harus mencari pekerjaan di mana lagi? Sementara ia butuh banyak uang untuk biaya pengobatan adik laki-lakinya yang terbaring tak berdaya di rumah sakit dan biaya sekolahnya. Selain itu Faylan juga punya banyak anak panti yang harus ia nafkahi.

"Selamat siang nona Faylan," sapa seseorang menghentikan langkah gontai Faylan. Faylan mengangkat pandangan, menatap pria dengan setelan jas yang sebelumnya ingin membantunya saat di restoran.

"Siapa kamu?" tanya Faylan waspada.

"Ini kartu nama saya, saya ingin menawarkan sebuah pekerjaan untuk nona Faylan. Nona bisa pikirkan terlebih dahulu, hubungi saya segera jika sudah membuat keputusan," ucapnya sambil mengulurkan sebuah kartu nama. Faylan menatap kartu itu dengan ragu.

"Ambillah," ucapnya memberikan kartunya secara paksa kepada Faylan. Pria dengan pakaian rapi itu langsung pergi begitu saja. Faylan menatap punggungnya dengan heran.

"Aku menemukannya," batin pria paruh baya itu dengan seringai'an mengerikan yang terbit di bibir tipisnya.

.

.

.

Allison Jois Afson

Faylan Laurentika Plavius

Terpopuler

Comments

Erina Munir

Erina Munir

waduuhh...faylan siap2 aja nih...appess lgi...karunyaeeunn thoor faylan..mna tanggung jawabnya banyak...othoorr tega banget...nasibnya ga ada yg mulus..mna udh kurus gitu..

2025-01-19

0

Umi Tum

Umi Tum

jangan2 itu tuan Torres 🤔

2023-03-07

1

Anggi Susanti

Anggi Susanti

fay km masih akan menderita itu orang bukan bener² menolong

2023-03-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 51 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!