NILAM & VANDAM

NILAM & VANDAM

01

Sebuah mobil sedan warna hitam memasuki area perkampungan. Seorang pria yang ada didalam mobil mengemudikan dengan perlahan, matanya menatap kerumah rumah yang berjejeran dan tersenyum saat melihat rumah yang Ia cari.

Vandam, si pengemudi mobil menghentikan laju mobilnya didepan sebuah rumah sederhana.

Ia turun dari mobil lalu disambut seorang pria yang seumuran dengannya.

"Akhirnya kau sampai juga." ucap Pria si pemilik rumah lalu memeluk Vandam.

"Kau tinggal disini?" tanya Vandam yang langsung diangguki oleh Riki nama teman Vandam.

"Ya aku tinggal disini bersama Ibu dan adik ku."

"Adik?" Vandam menatap tak percaya mengingat Riki anak tunggal yang tidak memiliki saudara.

"Adik tiri, bukankah aku sudah pernah mengatakan jika Ibuku menikah lagi? Tapi sekarang suaminya sudah meninggal jadi mau tak mau aku dan ibuku harus merawat adik tiriku itu." ungkap Riki.

Vandam hanya mengangguk mendengar ucapan Riki, Ia segera mengikuti langkah kaki Riki memasuki rumah.

"Dia Vandam, teman smp ku, apa Ibu masih ingat?" tanya Riki pada Marni Ibunya.

Marni terlihat menelisik wajah Vandam, awalnya Ia lupa namun akhirnya Marni ingat jika pria yang berdiri didepannya itu dulu pernah main kerumahnya waktu masih Smp.

"Astaga Vandam, kau sudah semakin besar." kata Marni sambil memukul lengan Vandam.

Vandam tersenyum, "Dulu aku sering datang kerumah untuk meminta makanan, apa makanan Ibu masih seenak dulu?" tanya Vandam.

Marni tertawa, "Tentu saja masih seenak dulu, wah kau terlihat semakin sukses dan tampan ya." puji Marni.

Vandam hanya tersenyum, Ia merasa kurang nyaman dengan pujian Marni.

"Kau bekerja dikota? Ajaklah Riki bersamamu agar dia juga bisa sesukses dirimu." pinta Marni.

"Aku bekerja sebagai kacung seseorang, Riki jelas tidak akan mau ikut karena jiwa Riki itu seorang pengusaha tidak sepertiku." balas Vandam.

"Apa yang kau katakan, aku juga masih sama saja menjadi kacung orang." tambah Riki sambil tertawa.

"Dan kau harus mencontoh Vandam, Lihatlah dia sukses meskipun hanya menjadi kacung orang lain."

Riki berdecak, "Sudahlah Bu, jangan mulai membandingkan aku dengan Vandam, aku juga sudah bekerja keras." protes Riki.

Marni tersenyum, "Ya sudah kalian berdua mengobrol dulu, aku akan memasak untuk makan siang kita." kata Marni lalu pergi ke dapur.

Riki mengajak Vandam duduk disofa yang sudah terlihat lusuh.

Mereka berdua bernostalgia masa sekolah mereka sambil sesekali mengucapkan gurauan yang membuat mereka tertawa bersama.

Pintu rumah terbuka membuat Vandam dan Riki menatap ke arah pintu.

Terlihat seorang gadis berseragam Sma memasuki rumah lalu tersenyum ke arah Riki.

"Kak Riki..." gadis itu tersenyum senang lalu menghampiri Riki dan mencium punggung tangan Riki, "Aku terkejut melihat Kak Riki pulang lebih awal." ucap Gadis itu sambil menatap senang ke arah Riki.

Riki mengelus kepala gadis itu, "Kau juga pulang lebih awal, apa kau membolos hmm?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak, roti goreng ku sudah habis jadi aku bisa pulang lebih awal hari ini." ungkap Gadis itu sambil memperlihatkan kotak makanan besar yang sudah kosong.

"Pintar, aku benar benar bangga padamu."

Gadis itu tersenyum lalu menatap ke arah Vandam yang juga menatap ke arahnya sedari tadi.

"Dia Vandam, teman sekolah Kakak waktu masih Smp dulu." kata Riki mengenalkan.

Gadis itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya, "Halo kak, namaku Nilam. Aku adik Kak Riki."

Vandam tersenyum dan membalas uluran tangan Nilam. Dan Vandam dibuat terkejut saat Nilam juga mencium punggung tangannya, jantungnya berdegup seketika dengan perlakuan Nilam itu.

"Nilaammmm.... Kau sudah pulang?" teriak Marni dari dapur.

"Aku akan ke belakang sekarang Kak, apa Kakak mau ku buatkan minum?" tawar Nilam.

"Boleh, buatkan kami kopi pahit."

"Baiklah Kak."

Nilam segera beranjak meninggalkan ruang tamu dan pergi ke dapur menyusul Ibunya.

"Apa jualan mu habis?" tanya Marni saat melihat Nilam berjalan ke arahnya.

"Sudah Bu, semua habis."

Marni tersenyum senang, "Cepat berikan uangnya padaku!"

Nilam mengambil uang disakunya lalu diberikan pada Marni.

"Ck, kurang 5 ribu!" protes Marni saat menghitung uang yang baru saja diberikan Nilam.

Nilam menunduk takut, "Ma maafkan aku Bu, aku tadi menggunakan uangnya untuk membeli buku."

Marni menatap kesal ke arah Nilam, "Aku tidak mau tahu, kau harus menggantinya dengan uang saku mu besok!"

Nilam menunduk sedih, "Baiklah Bu."

"Sekarang ganti baju mu dan mulailah masak, kakakmu dan temannya sudah menunggu untuk makan siang!" perintah Marni lalu pergi meninggalkan dapur.

Nilam hanya bisa menghela nafas panjang, padahal Ia sudah lelah ingin istirahat sebentar namun ibunya tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Sudahlah Nilam, berhenti mengeluh dan segera kerjakan tugasmu!" ucap Nilam lalu bergegas ke kamar untuk ganti baju sebelum Ia mulai memasak.

Setelah semua masakan sudah matang, Marni kembali ke dapur untuk mencicipi semua masakan Nilam,

"Bagus, semakin lama masakanmu semakin enak." puji Marni.

Nilam tersenyum, jarang jarang Ibunya memuji seperti itu, "Aku akan memanggil kak Riki dan temannya untuk makan siang." kata Nilam namun Marni menahannya.

"Biar aku saja, sebaiknya kau pergi ke kamarmu sekarang." pinta Marni.

"Ta tapi Bu..."

"Jangan lupa akan statusmu Nilam, jangan mencari kesempatan untuk makan siang bersama. Kau bisa makan setelah kami selesai makan!"

Nilam menunduk lesu, "Baiklah Bu, aku akan ke kamar sekarang." kata Nilam lalu berjalan memasuki kamarnya.

Melihat Nilam sudah tidak ada, Marni segera memanggil Riki dan Vandam.

"Ayo makan siang bersama, aku sudah memasak banyak makanan untuk kalian." ajak Marni.

Riki dan Vandam segera duduk dimeja makan, mereka terlihat sudah kelaparan dan bersiap untuk makan.

"Dimana adikmu? Apa dia tidak ikut makan bersama kita?" tanya Vandam yang langsung membuat Riki menatap ke arah Ibunya.

"Dia ada dikamarnya, dia memang seperti itu. Tidak pernah makan bersama kami lagi semenjak Ayahnya meninggal." jelas Marni.

"Kenapa?" Vandam terlihat penasaran.

"Aku juga tidak tahu."

Mendengar jawaban dari Marni, Vandam tidak bertanya lagi dan segera menikmati makan siangnya.

"Rasanya enak, lebih enak dari yang dulu." puji Vandam.

Marni terlihat sedikit kesal dengan ucapan Vandam namun Ia menahan dirinya karena Vandam tidak tahu jika yang memasak bukanlah dirinya.

"Makanlah yang banyak jika memang enak." Riki ikut menimpali.

"Tenang saja, aku pasti akan menghabiskan semuanya." kata Vandam membuat semua orang tertawa.

Sementara dibalik pintu kamar, Terlihat Nilam sedang duduk bersandarkan pintu kamarnya.

Ia sudah sangat lapar saat ini namun belum bisa makan karena harus menunggu mereka selesai makan.

Nilam menghela nafas berkali kali, mengingat betapa menyedihkan hidupnya saat ini.

Dulu semasa orangtuanya masih hidup, Nilam tidak pernah merasakan kelaparan seperti ini justru Ia yang sering menolak tawaran makan dari Ibunya namun sekarang saat Ia hidup bersama Ibu tirinya, hanya untuk makan saja Nilam masih harus menunggu seperti ini.

"Bersabarlah sebentar lagi aku akan memberi kalian makan." gumam Nilam sambil mengelus perutnya.

Bersambung.

Haloo readersss.. ini cerita baru aku... semoga kalian suka dan jangan lupa meninggalkan jejak like, vote dan komenn..

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Yuli Astuti

Yuli Astuti

mulai membaca.....


harusnya mulai baca dari cerita Sarah n alka ya Thor 😁

2023-06-06

0

Devi Dian

Devi Dian

kejam ibunya kasihan Nilam
semangat kakak

jangan lupa mampir di ceritaku ya

2023-04-27

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

ibunya jahat kejam jg ksihan nilam

2023-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!